Home / Romansa / Menulis Ulang Takdir / BAB 11 - Panggung Sandiwara

Share

BAB 11 - Panggung Sandiwara

Author: vitafajar
last update Last Updated: 2025-12-08 23:41:42

Lyra tiba di rumah. Gaun malam berwarna soft peach tergantung rapi di pintu lemarinya. Kainnya halus, memancarkan rona lembut yang kontras dengan tekad keras yang memenuhi pikiran Lyra.

Gaun yang sama. Lyra menatap gaun itu. Dulu, ia mengenakannya dengan hati penuh harap. Sekarang gaun itu adalah seragam perangnya. Warna soft peach yang lembut adalah kamuflase sempurna untuk strategi yang tajam.

Lyra duduk di meja rias, membiarkan penata rias bekerja. Dia harus memancarkan kekuatan, bukan kesedihan. Malam ini Lyra harus melupakan segala keraguan.

William benar. Lyra memikirkan peringatan William tentang kegagalan investasi tahun 2012. Jika ancaman itu terjadi karena musuh yang mampu memengaruhi William yang jenius, maka ancaman yang sama pasti mengincar aset ayahnya. Dia tidak hanya harus mengisolasi Adrian, dia harus belajar mengenali musuh level tertinggi.

Setelah selesai dirias, Lyra berdiri. Gaun itu memeluk tubuhnya, elegan, anggun, dan tertutup, memancarkan aura dewasa dan penuh
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Menulis Ulang Takdir   BAB 29 - Strategi Dua Arah

    Kata itu bergaung di benak Lyra dan William saat mereka menyatu dengan kegelapan hutan. William mencengkeram lengan Lyra, menggunakan kecepatan yang menakutkan, berlari menjauh dari cahaya sorot The Havendan tawa kemenangan Arthur, Peter, Adrian, dan Della.Lyra, meskipun lelah dan terluka di pergelangan tangannya, memaksa dirinya untuk berlari. Setiap lompatan adalah pengakuan pahit, mereka telah kalah di The Haven. Mereka mendapatkan bukti, tetapi kehilangan segalanya. Aset, sekutu tepercaya, dan rasa aman mereka.Mereka berhenti hanya setelah berlari sejauh satu kilometer, jauh di dalam hutan yang lebat dan basah, di mana suara sirene darurat Arthur tidak lagi terdengar.William bersandar pada pohon ek besar, terengah-engah. Pistolnya kini kembali tersimpan, tetapi tangannya berada di saku, memastikan flash driveitu masih ada.Lyra merasakan gejolak emosi dalam diri William, trauma, pengkhianatan, dan kemarahan dingin yang terkendali.

  • Menulis Ulang Takdir   BAB 28 - Kartu Truf Terakhir

    William tidak bereaksi terhadap Max. Dia tidak berteriak, tidak menembak. Dia hanya menatap Max yang gemetar saat menyerahkan tas berisi seluruh kekayaan dan rahasia backupGrup Hawkins kepada Arthur.Di mata William, bukan amarah yang terlihat, melainkan kehampaan yang mematikan, efek kumulatif dari semua pengkhianatan yang pernah ia alami kini mencapai puncaknya.“William, Nak,” kata Arthur, suaranya dipenuhi kepuasan yang dingin saat ia mengambil tas itu dari tangan Max.“Aku memberimu pilihan. Kau menolak. Sekarang, aku yang memilih. Kau kehilangan semua asetmu, dan kau kehilangan sekutumu. Tapi aku murah hati. Aku membiarkanmu pergi dengan flash driveitu, sebagai kenang-kenangan.”Peter, yang berdiri di samping Arthur, mengangkat shotgunnya, mengarahkannya lurus ke dada William.“Cukup bicara, Tuan Arthur. Tembak mereka sekarang. Mereka tahu terlalu banyak,” desak Peter, matanya penuh kebencian.

  • Menulis Ulang Takdir   BAB 27 - Pengorbanan Tragis

    Suara langkah kaki William yang menginjak beton di tangga semakin keras. Bayangannya jatuh ke dalam laboratorium tua yang terang benderang, tepat saat Lyra memutar cepat, menatap tubuh Dr. Simon Vance yang kini tergeletak terkulai di kursi dengan tabung reagen pecah di dekatnya. Darah mulai merembes dari luka di kepala pria tua itu.William melompat turun dari anak tangga terakhir. Pistol di tangan kanannya diarahkan lurus ke depan. Matanya yang tajam menyapu seisi ruangan: peralatan usang, papan tulis, dan di tengahnya, Dr. Vance yang terluka parah. Lyra berdiri diam, tangan kirinya memegang flash drivekecil yang berkilauan di bawah cahaya redup, tangan kanannya masih memegang tabung reagen yang berat.Kebisuan sesaat itu lebih memekakkan telinga daripada sirene darurat Arthur di atas.“Lyra,” suara William terdengar serak dan tajam, dipenuhi pertanyaan dan kecurigaan yang membeku. “Apa… yang kau lakukan?”Lyra

  • Menulis Ulang Takdir   BAB 26 - Di Bawah Perisai

    Sistem Proyek Perisaiyang diaktifkan Arthur Hawkins bukan hanya pagar listrik, melainkan jaringan kawat tegangan tinggi yang diatur sedemikian rupa sehingga William benar-benar terjebak di area kecil di belakang rumah kaca.Percikan biru mematikan menyambar di sekelilingnya, memotong rute pelarian. Di depannya, pintu baja tebal yang menutup jalur ke bawah tanah memancarkan panas yang hampir membakar.William menarik napas dalam, memaksakan dirinya untuk tenang. Amarahnya terhadap Arthur adalah bahan bakar, tetapi kepanikan adalah kematian.“Max, jelaskan Proyek Perisaisecara rinci, sekarang!” perintah William melalui headset, suaranya tenang meskipun situasi kritis.“Tuan, data yang baru saya tarik menunjukkan itu adalah sistem pertahanan bio-elektronik warisan dari Proyek Vance. Ini bukan sekadar kawat listrik. Ini disinkronkan dengan deteksi panas.”Suara Max terdengar gemetar.“Jika Anda menyentuhny

  • Menulis Ulang Takdir   BAB 25 - Jaring Listrik

    Panggilan Arthur Hawkins terputus, meninggalkan keheningan yang dingin dan mematikan. William menatap ponselnya, tangannya mencengkeram erat. Dia berada di mobilnya, tersembunyi di balik semak-semak dekat klinik tua, merasakan dinginnya pistol kosong yang baru saja ia lihat di ruang arsip. Perusahaan atau Lyra?Pilihan itu bukan hanya ultimatum, itu adalah pengakuan paling mendalam dari Arthur bahwa ia tahu William kini memiliki kelemahan yang nyata.William menurunkan pistol berisi amunisi penuh. Urat di lehernya menegang, tetapi matanya tetap dingin dan tajam. Grup Hawkins adalah takdirnya, warisan yang harus ia rebut untuk membalaskan dendam Ibunya yang terbunuh.Namun, Lyra adalah jangkar barunya, alasan barunya untuk hidup, dan satu-satunya orang yang memahaminya di tingkat yang paling aneh.William tahu Arthur telah menemukan kelemahan barunya, dan sekarang menggunakannya.“Aku tidak akan pernah membiarkan kau merampas apa pun dariku la

  • Menulis Ulang Takdir   BAB 24 - Sangkar Emas

    Lyra melaju kencang di jalanan pinggiran kota yang sepi, mengikuti koordinat terakhir yang tercatat dari arsip Dr. Simon Vance. Sebuah klinik rehabilitasi tua yang terpencil dan tidak lagi beroperasi di luar yurisdiksi kota utama.Udara di dalam mobil mewah William terasa dingin dan pengap, kontras dengan adrenalin yang memompa di nadinya. Lyra tahu dia telah melanggar perintah William dan sistem, tetapi peringatan Elisabahwa obsesi William untuk memperbaiki takdir yang sudah terjadibisa menghancurkan dirinya, terdengar terlalu nyata untuk diabaikan.Setiap belokan yang Lyra ambil terasa seperti pengkhianatan. William memberinya kepercayaan, meskipun terbatas, dan sebagai balasannya, ia malah melarikan diri, menggunakan mobilnya, dan mengejar petunjuk yang ia peroleh secara ilegal.Namun, Lyra bersumpah bahwa ini adalah demi William. Dia harus memotong akar kejahatan Arthur tanpa memaksa William merobek jiwanya sendiri.Lyra menghela napas. Di

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status