LOGINGudang tua itu diselimuti keheningan yang dingin, hanya dipecahkan oleh dengungan rendah generator darurat. William berdiri di depan meja logam, menatap flash drive. Lyra berada di belakangnya, punggungnya terasa kaku. Mereka belum tidur, dipaksa oleh adrenalin dan bahaya.
"Kita adalah hantu yang berburu," William mengulangi, suaranya tenang, mengukur beban strategi mereka.
Lyra meraih ponsel satelit. Matanya tertuju pada layar. "Aku sudah memeriksa," kata Lyra, suaranya mengandung sedikit ketegangan.
"Marcus Chen belum merespons pesan pertama kita. Arthur pasti berasumsi kita sedang bersembunyi atau sudah mati. Marcus Chen adalah risiko terbesarmu, William. Jika dia melaporkan pesan kita, Arthur akan tahu kita mencari celah keuangan Adrian, bukan hanya flash drive."
William menoleh. "Kita tidak bisa menunggu. Beri dia waktu. Echo Ventures adalah celah itu. Kita harus tahu apakah dia mengambil umpan."
Tepat pukul tiga dini hari, ponsel satelit Will
Fajar telah menyingsing penuh, membanjiri gudang dengan cahaya abu-abu yang dingin, tetapi William dan Lyra tidak menyadarinya. Fokus mereka terpusat pada ponsel satelit. Kepanikan yang disebabkan oleh pesan Marcus Chen.[Adrian telah menarik dana dan melarikan diri]Dan itu mengubah seluruh strategi mereka."Dia tahu," kata Lyra, memegang ponsel itu erat-erat. "Adrian tahu aku akan datang. Dia tidak peduli tentang flash driveArthur, atau Vance. Dia hanya ingin melarikan diri dengan uang sebanyak mungkin sebelum aku bisa menjebaknya."William tersenyum, senyum yang dingin dan berbahaya. Senyumnya bukan tawa kekalahan, melainkan pengakuan bahwa ia telah memprediksi keserakahan mutlak Adrian."Adrian selalu tahu cara melompat dari kapal yang tenggelam. Dia tidak mengkhianati Arthur,dia hanya berinvestasi pada dirinya sendiri. Dia pengkhianat ganddan itu membuatnya menjadi aset yang jauh lebih berhargabagi kita 
Gudang tua itu diselimuti keheningan yang dingin, hanya dipecahkan oleh dengungan rendah generator darurat. William berdiri di depan meja logam, menatap flash drive. Lyra berada di belakangnya, punggungnya terasa kaku. Mereka belum tidur, dipaksa oleh adrenalin dan bahaya."Kita adalah hantu yang berburu," William mengulangi, suaranya tenang, mengukur beban strategi mereka.Lyra meraih ponsel satelit. Matanya tertuju pada layar. "Aku sudah memeriksa," kata Lyra, suaranya mengandung sedikit ketegangan."Marcus Chen belum merespons pesan pertama kita. Arthur pasti berasumsi kita sedang bersembunyi atau sudah mati. Marcus Chen adalah risiko terbesarmu, William. Jika dia melaporkan pesan kita, Arthur akan tahu kita mencari celah keuangan Adrian, bukan hanya flash drive."William menoleh. "Kita tidak bisa menunggu. Beri dia waktu. Echo Ventures adalah celah itu. Kita harus tahu apakah dia mengambil umpan."Tepat pukul tiga dini hari, ponsel satelit Will
Mobil SUV hitam itu melaju kencang, menembus malam yang dingin menuju gudang tua yang terpencil di pinggiran kota. Di kursi belakang, William dan Lyra duduk berdekatan, bukan karena keintiman, melainkan karena kebutuhan untuk berbagi panas dan fokus. Kehancuran total aset mereka telah menyatukan mereka menjadi satu unit yang brutal dan efisien.William segera memulai aksinya, matanya yang tajam memindai data pada ponsel satelitnya. Dia fokus pada flash drivedan pergerakan Adrian.“Max akan panik,” ujar William, suaranya tenang, tetapi ada nada baja yang keras. “Dia tahu aku tidak mati. Dia tahu aku punya flash drive. Arthur akan menekannya untuk menemukan bukti itu dan mengklaim aset yang ia curi. Tapi Max tidak bisa melakukannya. Dia perlu menyalahkan seseorang, dan dia perlu waktu.”Lyra mengangguk, melipat kedua tangannya di dada. "Dia akan menyalahkan Peter atau bahkan Adrian dan Della. Itu akan memberikan kita celah. Dia tidak
Kata itu bergaung di benak Lyra dan William saat mereka menyatu dengan kegelapan hutan. William mencengkeram lengan Lyra, menggunakan kecepatan yang menakutkan, berlari menjauh dari cahaya sorot The Havendan tawa kemenangan Arthur, Peter, Adrian, dan Della.Lyra, meskipun lelah dan terluka di pergelangan tangannya, memaksa dirinya untuk berlari. Setiap lompatan adalah pengakuan pahit, mereka telah kalah di The Haven. Mereka mendapatkan bukti, tetapi kehilangan segalanya. Aset, sekutu tepercaya, dan rasa aman mereka.Mereka berhenti hanya setelah berlari sejauh satu kilometer, jauh di dalam hutan yang lebat dan basah, di mana suara sirene darurat Arthur tidak lagi terdengar.William bersandar pada pohon ek besar, terengah-engah. Pistolnya kini kembali tersimpan, tetapi tangannya berada di saku, memastikan flash driveitu masih ada.Lyra merasakan gejolak emosi dalam diri William, trauma, pengkhianatan, dan kemarahan dingin yang terkendali.
William tidak bereaksi terhadap Max. Dia tidak berteriak, tidak menembak. Dia hanya menatap Max yang gemetar saat menyerahkan tas berisi seluruh kekayaan dan rahasia backupGrup Hawkins kepada Arthur.Di mata William, bukan amarah yang terlihat, melainkan kehampaan yang mematikan, efek kumulatif dari semua pengkhianatan yang pernah ia alami kini mencapai puncaknya.“William, Nak,” kata Arthur, suaranya dipenuhi kepuasan yang dingin saat ia mengambil tas itu dari tangan Max.“Aku memberimu pilihan. Kau menolak. Sekarang, aku yang memilih. Kau kehilangan semua asetmu, dan kau kehilangan sekutumu. Tapi aku murah hati. Aku membiarkanmu pergi dengan flash driveitu, sebagai kenang-kenangan.”Peter, yang berdiri di samping Arthur, mengangkat shotgunnya, mengarahkannya lurus ke dada William.“Cukup bicara, Tuan Arthur. Tembak mereka sekarang. Mereka tahu terlalu banyak,” desak Peter, matanya penuh kebencian.
Suara langkah kaki William yang menginjak beton di tangga semakin keras. Bayangannya jatuh ke dalam laboratorium tua yang terang benderang, tepat saat Lyra memutar cepat, menatap tubuh Dr. Simon Vance yang kini tergeletak terkulai di kursi dengan tabung reagen pecah di dekatnya. Darah mulai merembes dari luka di kepala pria tua itu.William melompat turun dari anak tangga terakhir. Pistol di tangan kanannya diarahkan lurus ke depan. Matanya yang tajam menyapu seisi ruangan: peralatan usang, papan tulis, dan di tengahnya, Dr. Vance yang terluka parah. Lyra berdiri diam, tangan kirinya memegang flash drivekecil yang berkilauan di bawah cahaya redup, tangan kanannya masih memegang tabung reagen yang berat.Kebisuan sesaat itu lebih memekakkan telinga daripada sirene darurat Arthur di atas.“Lyra,” suara William terdengar serak dan tajam, dipenuhi pertanyaan dan kecurigaan yang membeku. “Apa… yang kau lakukan?”Lyra







