Home / Romansa / Menulis Ulang Takdir / BAB 40 - Bayang-Bayang Doha

Share

BAB 40 - Bayang-Bayang Doha

Author: vitafajar
last update Last Updated: 2025-12-22 15:16:32

Hampa. Hanya itu yang dirasakan Lyra saat jet VTOL yang ia tumpangi melesat menembus awan kelabu yang menyelimuti Hutan Nox. Di belakangnya, cakrawala menyala merah, sebuah bola api raksasa yang menandai runtuhnya Sektor Kaelum sekaligus akhir dari William.

Getaran ledakan itu seolah masih merambat di jemarinya, bersaing dengan detak jantungnya yang kalut. Sektor Kaelum, benteng baja yang dibangun William selama lima tahun, hancur dalam sekejap demi memberikan Lyra waktu beberapa detik untuk melarikan diri.

Lyra menunduk, mendekap koin perak burung hantu di telapak tangannya. Logam itu masih terasa hangat, seolah menyimpan sisa energi dari tangan William saat ia melemparkannya di tengah kepungan pasukan Black-Ops.

Air mata Lyra jatuh perlahan, membasahi ukiran burung hantu yang tampak menatapnya balik dengan bijaksana. Di dunia yang kini hancur berkeping-keping, koin ini bukan sekadar benda mati, ini adalah satu-satunya kompas yang tersisa di tengah badai pengkhianatan.

Di sudut kabin
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Menulis Ulang Takdir   BAB 40 - Bayang-Bayang Doha

    Hampa. Hanya itu yang dirasakan Lyra saat jet VTOL yang ia tumpangi melesat menembus awan kelabu yang menyelimuti Hutan Nox. Di belakangnya, cakrawala menyala merah, sebuah bola api raksasa yang menandai runtuhnya Sektor Kaelum sekaligus akhir dari William.Getaran ledakan itu seolah masih merambat di jemarinya, bersaing dengan detak jantungnya yang kalut. Sektor Kaelum, benteng baja yang dibangun William selama lima tahun, hancur dalam sekejap demi memberikan Lyra waktu beberapa detik untuk melarikan diri.Lyra menunduk, mendekap koin perak burung hantu di telapak tangannya. Logam itu masih terasa hangat, seolah menyimpan sisa energi dari tangan William saat ia melemparkannya di tengah kepungan pasukan Black-Ops.Air mata Lyra jatuh perlahan, membasahi ukiran burung hantu yang tampak menatapnya balik dengan bijaksana. Di dunia yang kini hancur berkeping-keping, koin ini bukan sekadar benda mati, ini adalah satu-satunya kompas yang tersisa di tengah badai pengkhianatan.Di sudut kabin

  • Menulis Ulang Takdir   BAB 39 - Puing-Puing Kebenaran

    Suara ledakan di langit-langit koridor meruntuhkan bongkahan beton yang nyaris menimpa Lyra jika William tidak menariknya dengan kasar. Debu putih memenuhi udara, menyesakkan napas dan memburamkan pandangan.Sektor Kaelum, yang tadinya merupakan benteng teknologi paling canggih, kini tak lebih dari jebakan maut yang mulai runtuh di bawah gempuran rudal Arthur Hawkins.Lyra terbatuk, matanya perih, namun rasa sakit di dadanya jauh lebih tajam. Ia menepis tangan William dari bahunya saat mereka tiba di depan pintu lift darurat. tatapannya menuntut penjelasan yang lebih dari sekedar "kita tidak punya waktu"."Kau tahu, William," desis Lyra di tengah raungan sirene yang memekakkan telinga. "Sejak awal, kau tahu Della adalah saudara tiriku. Kau membiarkanku membenci 'sahabatku' tanpa memberitahuku bahwa dia adalah darah daging yang dibuang oleh ibuku sendiri."William tidak berubah dari arah pintu gerbang koridor yang mulai dijebol oleh dentuman granat termal pasukan Black-Ops. Wajahnya ya

  • Menulis Ulang Takdir   BAB 38 - Retakan Identitas

    Sektor Kaelum biasanya adalah tempat di mana kenyamanan menjadi senjata, namun pagi ini, tempat itu menjadi pusat badai yang akan melanda seluruh Aethelgard.Di pusat kendali, Lyra memperlihatkan ribuan aliran data yang bergerak di layar hologram. Angka-angka berwarna hijau neon meluncur turun, menandakan bahwa unggahan rekaman kematian Thomas Hawkins telah mencapai titik point of no return .“Transmisi selesai,” bisik Lyra, suaranya terdengar antara lega dan ngeri. "Satelit Kaelum telah menyebarkan paket data itu ke setiap kantor berita utama. Dunia sedang melihat wajah asli Arthur Hawkins sekarang."William berdiri di dekat jendela observasi yang menghadap ke arah satwa liar Hutan Nox. Cahaya fajar yang kemerahan mulai menyentuh garis hutan, namun fokus William bukan pada keindahan alam.Ia sedang mengamati deretan titik hitam yang muncul di langit, helikopter tanpa lencana yang bergerak dalam formasi tempur.“Arthur sudah tahu,” gumam William tanpa menoleh. Tangannya masuk ke saku,

  • Menulis Ulang Takdir   BAB 37 - Perjamuan Para Pengkhianat

    Layar raksasa di aula Sektor Kaelum memproyeksikan rekaman hitam-putih sepuluh tahun silam. Sosok Arthur Hawkins muda terlihat menekan tuas pengunci udara Sektor Empat dengan ketenangan mengerikan.Di layar, Thomas Hawkins menggedor pintu baja, mulutnya menyebut nama "Arthur" sebelum gas saraf merenggut nyawanya. Suara desis gas yang bergema menciptakan kesunyian yang memuakkan.Della membeku; tabung Echo Genesis di tangannya terasa seberat dosa masa lalu Hawkins. Di belakangnya, Adrian tampak seperti mayat hidup, wajah sombongnya luntur menjadi ketakutan murni yang menggetarkan lututnya."Ini … ini tidak mungkin," gumam Adrian, suaranya pecah di tengah ruangan yang kedap suara. "Arthur bilang Thomas mati karena kecerobohannya sendiri dalam protokol eksperimen. Dia bilang dia mencoba menyelamatkannya—""Dia berbohong padamu, Adrian. Sama seperti dia berbohong pada seluruh dunia selama sepuluh tahun ini," William memotong dengan suara yang setajam silet, membelah kesunyian.Ia melangka

  • Menulis Ulang Takdir   BAB 36 - Gerbang Sektor Kaelum

    Sektor Kaelum menjulang sebagai benteng baja di tengah kabut Hutan Nox, sebuah wilayah anomali di mana hukum Grup Hawkins tak lagi berlaku. Dinding betonnya memancarkan gelombang pengacak sinyal, mengisolasi tempat itu dari radar dunia luar. Di zona bayangan ini, otoritas korporat hancur dan informasi menjadi satu-satunya mata uang yang lebih berharga daripada nyawa.William mematikan mesin perahu saat mereka mendekati dermaga tersembunyi yang dijaga oleh pria-pria berpakaian taktis tanpa lencana. Lyra membantu dia memapah Dr. Vance yang masih tidak sadarkan diri, tubuh dokter itu terasa sangat ringan dan rapuh di pundaknya.Lyra gemetar, bukan hanya karena angin danau yang menusuk tulang, tetapi karena bayangan wajah Della yang terus menghantui setiap langkahnya."Kau gemetar," gumam William tanpa menoleh, seolah ia memiliki mata di belakang kepalanya untuk membaca ketakutan Lyra."Aku memikirkan dia," bisik Lyra, suaranya parau karena amarah yang berusa

  • Menulis Ulang Takdir   BAB 35 - Pijar di Hutan Nox

    Lorong-lorong beton Project Chimerakini dipenuhi oleh suara mekanis alarm yang memekakkan telinga. Cahaya merah yang berputar memberikan kesan distopia pada wajah William yang tetap tenang, kontras dengan Lyra yang jantungnya berpacu hebat.Di belakang mereka, Peter telah menghilang ke arah koridor utama, menjadi tameng hidup yang didorong oleh dendam sedekade.William tidak berhenti untuk menoleh. Ia memegang ujung tandu Dr. Vance dengan kekuatan yang tidak proporsional untuk seorang pria yang telah berjam-jam tidak tidur.Lyra di sisi lain, berusaha mengimbangi langkah lebar William sambil membawa laptop yang masih terhubung ke jaringan keamanan internal."William, perhatikan!" teriak Lyra secara spontan, suaranya melengking di atas bunyi alarm. "Dua unit taktis baru saja mendarat di atap sektor utara. Mereka tidak masuk lewat pintu depan, mereka melakukan infiltrasi vertikal!"William menghentikan langkahnya tepat di depan persimpangan men

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status