Share

Part 25B

Penulis: Nay Azzikra
last update Terakhir Diperbarui: 2025-05-06 13:04:59

Felicia mengangguk pelan. “Aku bukan tipe orang yang buta cinta. Rasa sakit hati tentu aku sakit hati, tapi tidak untuk diratapi.”

“Kakak aneh, kenapa malah dia ditawari uang?”

“Kamu sudah selesai makannya?” tanya Felicia.

“Sudah, tapi Kakak ke rumah kontrakan aku sendirian ya? Aku pesankan kendaraan buat antar Kakak. Aku mendadak ada perlu,” kata Veronica.

“Itu mobil kamu terserah mau dibawa kemana. Antarkan aku dulu ke rumah kamu, terus aku pulang sendiri.”

“Baiklah, aku antar Kakak ke rumahku, tapi jangan pulang dulu! Kakak harus menunggu kabar tentang apa yang akan ku lakukan.”

“Kamu mau apa?”

“Jangan banyak bertanya! Jika Kakak punya rahasia tentang apa yang akan Kakak lakukan, aku juga punya rahasia tentang apa yang akan ku lakukan.”

***

Veronica gegas pergi setelah menurunkan Felicia. Ia menuju rumah Salamah sambil menahan rasa amarah.

“Vero datang lagi? Mana teman kamu?” tanya Salamah sumringah.

“Sudah aku antar pulang. Oh iya, Bu, katanya mau kasih aku buku?”

“Iya, masuk ayo.
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Husna Rafliazzahra
ketar ketir ga Bu salamah
goodnovel comment avatar
Dewi Kurniasih
tambah seru kak
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Kubawa Maduku dalam Kesengsaraan   Part 26 A

    Part 26“Kamu dari mana saja?” tanya Felicia kesal. “Aku harus pulang cepat, kasihan Abizar.”“Cari suami orang,” jawab Veronica asal. “Ayo, Kak berangkat!”“Tugas kamu sudah selesai. Kamu boleh mundur dari kajian itu.”“Belum dong. Aku masih harus berangkat minggu depan. Melihat situasi dan keadaan apakah resepsinya jadi atau batal.”“Resepsinya harus jadi. Aku ingin melihat Hanan bersanding di pelaminan dengan wanita itu.”“Wah, ini rencana Kakak? Mau datang ke resepsi mereka? Aku ikut ya, Kak?”“Kamu ‘kan dapat undangan, kesana sendiri saja!”“Aku akan menjadi pengawal Kak Feli.”Felicia keluar rumah menuju mobil. “Jadi antar aku tidak?”“Jadi dong! Aku mau pulang juga, kangen Mama.”Felicia kembali diam di dalam mobil. Hatinya membara penuh amarah, tetapi ia tidak ingin meluapkan di hadapan Veronica.“Kak, kalau aku pada akhirnya memilih kembali pada keyakinan lama aku, apa aku akan berdosa?” tanya Veronica sambil fokus menyetir.“Menurut Islam ya dosa. Makanya kalau belum mantap,

    Terakhir Diperbarui : 2025-05-06
  • Kubawa Maduku dalam Kesengsaraan   Part 26 B

    “Mas, aku boleh gak lihat rumah Mas yang sama Mbak Feli yang rumah di kota ini?” tanya Safira saat sudah di dalam mobil.“Memangnya kenapa?”“Aku pengen tahu saja.”“Rumah itu aku yang membeli. Jadi, kalau kemungkinan terburuknya Felicia tahu tentang hubungan kita, aku akan menjualnya.”Safira tersenyum senang mendengar jawaban dari Hanan.***“Mama kenapa Papa sudah tidak pernah menelpon aku?” tanya Abizar.“Papa sibuk, Sayang. Gak papa, selagi ada Mama di sini.”“Mama, aku rindu memancing sama Papa.” Abizar duduk di sofa dekat jendela, mengamati tumbuhan yang daunnya menari-nari di taman depan kamar sang ibu. Tangannya memeluk lutut.“Mama antar kamu memancing di tempat biasanya ya?” Felicia mendekati Abizar dan duduk di bawa sofa.“Tempatnya sama, tetapi rasanya beda. Aku butuh Papa. Aku ingin sama papa.”Felicia mengepalkan tangan. ‘Meski balas dendam itu dosa, aku tetap akan melakukannya, Hanan. Kamu sudah keterlaluan.’“Abi, dengar! Suatu saat Mama akan cerita, kenapa Papa tidak

    Terakhir Diperbarui : 2025-05-06
  • Kubawa Maduku dalam Kesengsaraan   Part 27 A

    Part 27“Setidaknya kalau kamu mau menitipkan Abizar, kamu harusnya beritahu aku dulu.”“Bukankah kamu tidak merespon telepon dari aku terus, Hanan?”“Feli, kamu bisa berkirim pesan.”“Apa kehadiran Abizar selama beberapa hari saja akan membuat kamu terganggu? Hanan, jika dihitung-hitung, lebih banyak waktu kamu yang dilewati seorang diri. Aku membawa Abi dan menitipkan sama kamu hanya paling lama dua atau tiga hari. Apa kamu benar-benar tidak suka?” Nada bicara Felicia meninggi.“Papa, Mama, jangan bertengkar! Aku hanya ingin menghabiskan waktu bersama Papa dan Mama.” Di saat keduanya adu mulut, Abizar keluar sambil menangis. “Papa tidak mau aku tinggal di sini sama Papa?”“Abi.” Hanan mendekati anak semata wayangnya.“Papa tidak suka ya kalau ketemu aku? Kenapa sepertinya tidak mau aku ada di sini?” Dengan wajah sedih Abizar bertanya.“Jagoan Papa tidak boleh bicara seperti itu! Papa senang kok Abi ada di sini, hanya saja Papa sedang sibuk sekali.”“Baiklah, Papa, aku akan ikut Mama

    Terakhir Diperbarui : 2025-05-07
  • Kubawa Maduku dalam Kesengsaraan   Part 27 B

    Sepulangnya dari menemui Hanan, Abizar tidak pernah lagi bertanya tentang ayahnya. Namun begitu, ia lebih banyak menyendiri dan bersedih.Besok adalah hari resepsi pernikahan Hanan dan Safira. Felicia sudah mempersiapkan hati dan mental untuk hadir kesana. Tidak lupa sebuah kado telah dia bungkus sebagai hadiah pernikahan. Sebuah foto keluarga yang bahagia. Ia, Hanan, Abizar dan ibu mertuanya telah disobek menjadi dua, dibingkai dengan kaca pecah dan dimasukkan kedalam dus dibungkus kertas serta dihiasi pita.“Abi, besok Mama mau ada perlu dan menginap. Kamu sama Mbak di rumah ya? Sama Om Adi juga. Mama minta maaf sebelumnya ya, Sayang?”“Mama menginap berapa malam?” tanya Abizar.“Hanya semalam saja.”Meski berat hati Abizar mengizinkan.Malam harinya, Felicia menelpon agen penjualan rumah di kota tempat Hanan tinggal. “Berapapun yang penting laku cepat,” katanya.Semua sertifikat rumah dan tanah yang ia miliki bersama Hanan sudah ada di tangan. “Kamu tidak akan menggunakan harta yan

    Terakhir Diperbarui : 2025-05-07
  • Kubawa Maduku dalam Kesengsaraan   Bab 28 A

    Part 28“Halo, adik maduku. Kenalkan, aku Felicia, istri sah Hanan. Pasti kamu sudah sering mendengar namaku ‘kan? Kamu cantik sekali. Selamat ya atas pernikahan kalian. Pelaminannya megah, pestanya mewah. Beruntung sekali kamu mendapatkan seorang pria kaya seperti suamiku.” Felicia beralih pada Safira yang masih berdiri ditopang ibunya. Sambil berbicara, tangannya sibuk merapikan jas Hanan.Tamu yang hadir dan sedang mengantri terpaksa diberhentikan oleh Ustadz Ridho untuk tidak naik ke pelaminan lebih dulu. Ia juga sering mencuri pandang pada Veronica yang terlihat sangat cantik.Sementara Salamah, sesekali melempar tatapan marah pada Veronica. Sadar sesuatu hal kalau Veronica bisa jadi menggoda suaminya karena balas dendam.“Aku mau foto dulu dengan kalian. Untuk kenang-kenangan. Vero, tolong ambilkan gambar pakai ponselku,” kata Felicia pada Veronica. “Ah, adik madu kamu kelelahan ya? Gak papa, aku ambil foto sebentar saja.”Seperti dihipnotis, Safira tidak bisa berkutik dan menga

    Terakhir Diperbarui : 2025-05-08
  • Kubawa Maduku dalam Kesengsaraan   Part 28 B

    “Teruntuk suamiku, Mas Hanan, pria yang sudah membuat aku memeluk Islam dari aku yang sebelumnya nonis, selamat menempuh hidup baru ya, Pah. Terima kasih sudah membohongi aku dan Abizar. Terima kasih sudah meninggalkan kami sendirian dan kamu memilih hidup di kota ini demi bersama dengan dia istri simpanan kamu. Aku menemanimu dari yang awalnya kamu pemuda miskin tidak punya apa-apa, sampai sekarang kaya raya dan bisa membuat pesta yang sangat megah. Aku dimusuhi keluargaku, meninggalkan kedua orang tuaku yang kaya raya demi hidup bersama kamu. Masih ingat tidak, Pah, kita memulai usaha semua dari tabungan aku. Aku menyayangi ibumu dan memenuhi kebutuhan keluargamu tanpa pernah mengungkit. Aku kira itu cukup bisa membuat kamu setia, ternyata di belakang aku, kamu berkhianat.” Dengan nada lemah lembut Felicia berucap.Semua tamu yang hadir langsung duduk dan mendengarkan.“Kau menggunakan uang kita untuk membahagiakan perempuan yang di sampingmu. Aku ikhlas, Pah. Sangat ikhlas. Aku seba

    Terakhir Diperbarui : 2025-05-08
  • Kubawa Maduku dalam Kesengsaraan   Bab 1

    Part 1Foto besar terpajang di dinding. Seorang wanita bermata sipit menggandeng tangan suaminya dan memperhatikan potret keluarga kecil mereka.“Bagus, ‘kan, Pah?” tanya wainta itu sambil tersenyum dan bergelayut manja di lengan suami.Sang suami terdiam, tatapannya beralih pada sosok wanita yang baru saja keluar membawa seplastik sampah.“Kamu tidak suka?” Wanita bermata sipit itu kembali bertanya sambil melepaskan tangan. “Bisa kita turunkan,” lanjutnya lagi dengan wajah masam.“Ah, tidak! Biarkan saja di sana. Aku suka, hanya saja ....” Ucapannya terhenti dan memandang kembali pada wanita yang membawa sampah hendak dibuang ke depan rumah.“Terserah kamu bila mau dilepas demi menghargai perasaan dia.” Wanita bermata sipit itu pergi sambil menahan emosi.“Sampai kapan aku akan diperlakukan seperti pembantu di rumah suamiku sendiri, Mas?” Sosok yang sedari tadi memegang plastik berisi sampah mendekati lelaki yang masih berdiri mematung.“Maafkan aku tidak bisa membela kamu di hadapan

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-17
  • Kubawa Maduku dalam Kesengsaraan   Bab 2

    Part 2Pov Hanan (Suami)“Saya terima nikah dan kawinnya Safira Aini Binti Haji Mubasyir dengan mas kawin dua puluh gram kalung berlian dibayar tuuu nai!” Ucapan yang keluar dari mulutku sebagai tanda ikatan suci bernama pernikahan--terdengar lantang. Hari ini, telah aku ikrarkan ijab qabul untuk seorang wanita yang duduk beberapa meter di belakang sana.Safira Aini, janda muda yang beberapa bulan kukenal, telah memikat hati ini. Aku sangat ingin melindungi dan menjadi imam untuknya, juga menjadi ayah untuk anaknya. Maka kuputuskan untuk menghalalkan Safira agar bisa menunaikan tugas itu.“Bagaimana saksi, sah?” Seorang ustadz yang juga guru spiritualku bertanya pada beberapa orang yang kupilih untuk menjadi saksi pernikahan.“Sah ....” Jawaban kompak dari beberapa pria yang duduk di samping kanan dan kiri.Aku menoleh sambil memberikan seulas senyum pada Safira. Ia hanya membalas dengan menarik dua sudut bibir.“Mbak Safira, silakan bisa maju untuk mencium tangan Mas Hanan.” Guru spir

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-17

Bab terbaru

  • Kubawa Maduku dalam Kesengsaraan   Part 28 B

    “Teruntuk suamiku, Mas Hanan, pria yang sudah membuat aku memeluk Islam dari aku yang sebelumnya nonis, selamat menempuh hidup baru ya, Pah. Terima kasih sudah membohongi aku dan Abizar. Terima kasih sudah meninggalkan kami sendirian dan kamu memilih hidup di kota ini demi bersama dengan dia istri simpanan kamu. Aku menemanimu dari yang awalnya kamu pemuda miskin tidak punya apa-apa, sampai sekarang kaya raya dan bisa membuat pesta yang sangat megah. Aku dimusuhi keluargaku, meninggalkan kedua orang tuaku yang kaya raya demi hidup bersama kamu. Masih ingat tidak, Pah, kita memulai usaha semua dari tabungan aku. Aku menyayangi ibumu dan memenuhi kebutuhan keluargamu tanpa pernah mengungkit. Aku kira itu cukup bisa membuat kamu setia, ternyata di belakang aku, kamu berkhianat.” Dengan nada lemah lembut Felicia berucap.Semua tamu yang hadir langsung duduk dan mendengarkan.“Kau menggunakan uang kita untuk membahagiakan perempuan yang di sampingmu. Aku ikhlas, Pah. Sangat ikhlas. Aku seba

  • Kubawa Maduku dalam Kesengsaraan   Bab 28 A

    Part 28“Halo, adik maduku. Kenalkan, aku Felicia, istri sah Hanan. Pasti kamu sudah sering mendengar namaku ‘kan? Kamu cantik sekali. Selamat ya atas pernikahan kalian. Pelaminannya megah, pestanya mewah. Beruntung sekali kamu mendapatkan seorang pria kaya seperti suamiku.” Felicia beralih pada Safira yang masih berdiri ditopang ibunya. Sambil berbicara, tangannya sibuk merapikan jas Hanan.Tamu yang hadir dan sedang mengantri terpaksa diberhentikan oleh Ustadz Ridho untuk tidak naik ke pelaminan lebih dulu. Ia juga sering mencuri pandang pada Veronica yang terlihat sangat cantik.Sementara Salamah, sesekali melempar tatapan marah pada Veronica. Sadar sesuatu hal kalau Veronica bisa jadi menggoda suaminya karena balas dendam.“Aku mau foto dulu dengan kalian. Untuk kenang-kenangan. Vero, tolong ambilkan gambar pakai ponselku,” kata Felicia pada Veronica. “Ah, adik madu kamu kelelahan ya? Gak papa, aku ambil foto sebentar saja.”Seperti dihipnotis, Safira tidak bisa berkutik dan menga

  • Kubawa Maduku dalam Kesengsaraan   Part 27 B

    Sepulangnya dari menemui Hanan, Abizar tidak pernah lagi bertanya tentang ayahnya. Namun begitu, ia lebih banyak menyendiri dan bersedih.Besok adalah hari resepsi pernikahan Hanan dan Safira. Felicia sudah mempersiapkan hati dan mental untuk hadir kesana. Tidak lupa sebuah kado telah dia bungkus sebagai hadiah pernikahan. Sebuah foto keluarga yang bahagia. Ia, Hanan, Abizar dan ibu mertuanya telah disobek menjadi dua, dibingkai dengan kaca pecah dan dimasukkan kedalam dus dibungkus kertas serta dihiasi pita.“Abi, besok Mama mau ada perlu dan menginap. Kamu sama Mbak di rumah ya? Sama Om Adi juga. Mama minta maaf sebelumnya ya, Sayang?”“Mama menginap berapa malam?” tanya Abizar.“Hanya semalam saja.”Meski berat hati Abizar mengizinkan.Malam harinya, Felicia menelpon agen penjualan rumah di kota tempat Hanan tinggal. “Berapapun yang penting laku cepat,” katanya.Semua sertifikat rumah dan tanah yang ia miliki bersama Hanan sudah ada di tangan. “Kamu tidak akan menggunakan harta yan

  • Kubawa Maduku dalam Kesengsaraan   Part 27 A

    Part 27“Setidaknya kalau kamu mau menitipkan Abizar, kamu harusnya beritahu aku dulu.”“Bukankah kamu tidak merespon telepon dari aku terus, Hanan?”“Feli, kamu bisa berkirim pesan.”“Apa kehadiran Abizar selama beberapa hari saja akan membuat kamu terganggu? Hanan, jika dihitung-hitung, lebih banyak waktu kamu yang dilewati seorang diri. Aku membawa Abi dan menitipkan sama kamu hanya paling lama dua atau tiga hari. Apa kamu benar-benar tidak suka?” Nada bicara Felicia meninggi.“Papa, Mama, jangan bertengkar! Aku hanya ingin menghabiskan waktu bersama Papa dan Mama.” Di saat keduanya adu mulut, Abizar keluar sambil menangis. “Papa tidak mau aku tinggal di sini sama Papa?”“Abi.” Hanan mendekati anak semata wayangnya.“Papa tidak suka ya kalau ketemu aku? Kenapa sepertinya tidak mau aku ada di sini?” Dengan wajah sedih Abizar bertanya.“Jagoan Papa tidak boleh bicara seperti itu! Papa senang kok Abi ada di sini, hanya saja Papa sedang sibuk sekali.”“Baiklah, Papa, aku akan ikut Mama

  • Kubawa Maduku dalam Kesengsaraan   Part 26 B

    “Mas, aku boleh gak lihat rumah Mas yang sama Mbak Feli yang rumah di kota ini?” tanya Safira saat sudah di dalam mobil.“Memangnya kenapa?”“Aku pengen tahu saja.”“Rumah itu aku yang membeli. Jadi, kalau kemungkinan terburuknya Felicia tahu tentang hubungan kita, aku akan menjualnya.”Safira tersenyum senang mendengar jawaban dari Hanan.***“Mama kenapa Papa sudah tidak pernah menelpon aku?” tanya Abizar.“Papa sibuk, Sayang. Gak papa, selagi ada Mama di sini.”“Mama, aku rindu memancing sama Papa.” Abizar duduk di sofa dekat jendela, mengamati tumbuhan yang daunnya menari-nari di taman depan kamar sang ibu. Tangannya memeluk lutut.“Mama antar kamu memancing di tempat biasanya ya?” Felicia mendekati Abizar dan duduk di bawa sofa.“Tempatnya sama, tetapi rasanya beda. Aku butuh Papa. Aku ingin sama papa.”Felicia mengepalkan tangan. ‘Meski balas dendam itu dosa, aku tetap akan melakukannya, Hanan. Kamu sudah keterlaluan.’“Abi, dengar! Suatu saat Mama akan cerita, kenapa Papa tidak

  • Kubawa Maduku dalam Kesengsaraan   Part 26 A

    Part 26“Kamu dari mana saja?” tanya Felicia kesal. “Aku harus pulang cepat, kasihan Abizar.”“Cari suami orang,” jawab Veronica asal. “Ayo, Kak berangkat!”“Tugas kamu sudah selesai. Kamu boleh mundur dari kajian itu.”“Belum dong. Aku masih harus berangkat minggu depan. Melihat situasi dan keadaan apakah resepsinya jadi atau batal.”“Resepsinya harus jadi. Aku ingin melihat Hanan bersanding di pelaminan dengan wanita itu.”“Wah, ini rencana Kakak? Mau datang ke resepsi mereka? Aku ikut ya, Kak?”“Kamu ‘kan dapat undangan, kesana sendiri saja!”“Aku akan menjadi pengawal Kak Feli.”Felicia keluar rumah menuju mobil. “Jadi antar aku tidak?”“Jadi dong! Aku mau pulang juga, kangen Mama.”Felicia kembali diam di dalam mobil. Hatinya membara penuh amarah, tetapi ia tidak ingin meluapkan di hadapan Veronica.“Kak, kalau aku pada akhirnya memilih kembali pada keyakinan lama aku, apa aku akan berdosa?” tanya Veronica sambil fokus menyetir.“Menurut Islam ya dosa. Makanya kalau belum mantap,

  • Kubawa Maduku dalam Kesengsaraan   Part 25B

    Felicia mengangguk pelan. “Aku bukan tipe orang yang buta cinta. Rasa sakit hati tentu aku sakit hati, tapi tidak untuk diratapi.”“Kakak aneh, kenapa malah dia ditawari uang?”“Kamu sudah selesai makannya?” tanya Felicia.“Sudah, tapi Kakak ke rumah kontrakan aku sendirian ya? Aku pesankan kendaraan buat antar Kakak. Aku mendadak ada perlu,” kata Veronica.“Itu mobil kamu terserah mau dibawa kemana. Antarkan aku dulu ke rumah kamu, terus aku pulang sendiri.”“Baiklah, aku antar Kakak ke rumahku, tapi jangan pulang dulu! Kakak harus menunggu kabar tentang apa yang akan ku lakukan.”“Kamu mau apa?”“Jangan banyak bertanya! Jika Kakak punya rahasia tentang apa yang akan Kakak lakukan, aku juga punya rahasia tentang apa yang akan ku lakukan.”***Veronica gegas pergi setelah menurunkan Felicia. Ia menuju rumah Salamah sambil menahan rasa amarah.“Vero datang lagi? Mana teman kamu?” tanya Salamah sumringah.“Sudah aku antar pulang. Oh iya, Bu, katanya mau kasih aku buku?”“Iya, masuk ayo.

  • Kubawa Maduku dalam Kesengsaraan   Part 25 A

    Part 25Veronica segera menarik lengan Felicia. “Nanti malah jadi tergoda setan buat ngamuk,” katanya sambil berbisik.Felicia duduk di barisan nomor dua dari depan, sehingga ia bisa melihat dengan jelas Hanan yang duduk bersama ustadz menghadap ke arah jamaah. Hatinya yang panas gelisah, tetapi berusaha sekuat tenaga untuk menahan emosi. Terdengar pimpinan kajian membuka acara, lalu menyampaikan sebuah pengumuman yang membuat jantung wanita bermata sipit itu berdegup kencang.“Biar disampaikan sama yang bersangkutan,” ucap Ustadz Ridho.Veronica refleks menggenggam erat tangan Felicia yang sudah dingin dan basah dengan keringat.“Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh,” ucap Hanan memulai bicara. “Pada jamaah yang terhormat, hari ini saya akan membuat sebuah pengumuman, kalau saya sudah menikah dengan salah satu wanita yang ada di ruangan ini juga. Dia adalah seorang wanita baik, cantik dan lembut bernama Safira Aini. Kepada istri saya, saya minta untuk menemani saya di depan sin

  • Kubawa Maduku dalam Kesengsaraan   Part 24B

    Hanan berlari mengejar Safira dan membujuk wanita itu agar mau diantar. Sebagai upaya untuk menebus kesalahannya, ia juga mengajak Nayma bermain ke pusat perbelanjaan. Lelaki itu bersikap layaknya seorang ayah, sementara Safira masih diam tidak mau berbicara.“Nanti pulang ke rumah Bunda dan Ayah ya, Nay?” tanya Hanan saat mereka makan bersama. Ia melirik Safira yang masih terdiam dan acuh terhadapnya.“Emang boleh? Kata Bunda, aku jangan ikut Bunda ke rumah baru karena nanti mengganggu suami Bunda,” jawab Nayma jujur.“Bunda ngarang cerita,” tukas Hanan sambil menatap tajam Safira yang belum mau memandangnya.“Aku di rumah saja bareng sama Eyang. Aku gak papa ditinggal sama Eyang yang penting Bunda bahagia,” ujar Nayma.Ada rasa bersalah yang hadir dalam hati Hanan karena merasa kalau dirinya belum bisa menjadi sosok ayah yang sesungguhnya untuk Nayma.“Safira, aku mau buah. Di sini gak ada buah, tolong belikan aku buah,” perintah Hanan.Safira masih duduk tak beranjak.“Safira, ini

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status