Share

Kerja Sama

Author: Ina R
last update Last Updated: 2023-01-31 22:22:17

Saat tengah sibuk melihat buku laporan bulannya tiba-tiba pintu di ketuk.

"Ya masuk!" ucapku.

Ternyata Dela. "Permisi, Bu di depan ada yang mau ketemu, Ibu!"

"Siapa?" tanyaku penasaran sembari menaikkan alis, karena jarang-jarang yang mau ketemu, kalau pun mau beli cukup dengan karyawan lainnya.

"Katanya Mike, Bu," jawab Dela.

"Mike?" tanyaku heran, siapa ya sepertinya aku tidak punya kenalan bernama Mike. "Ya sudah bilang tunggu sebentar," ucapku.

"Baik, Bu." Dela pun segera ke luar dari ruangan. Sementara aku membereskan berkas-berkasnya secara asal-asalan.

Aku keluar, kulihat di pojok ruangan seorang lelaki yang tengah duduk, begitu melihatku ia langsung bangkit. Aku melangkah, mendekat pada lelaki tersebut.

"Saya Mike," ucapnya memperkenalkan diri sembari mengulurkan tangan.

"Oh iya, saya Nilam," jawabku sembari menangkupkan kedua tangan depan dada, yang membuatnya menarik tangannya dengan canggung. "Maaf sebelumnya apa kita saling kenal?" Aku bertanya sopan, juga penasaran. Takutnya, dia teman lama yang tak sengaja terlupakan.

"Oh tidak, maaf bisa minta waktunya sebentar, Bu Nilam?" ucapnya sembari meminta aku untuk duduk. Aku pun duduk.

Tak lama kemudian Dela datang dengan membawa nampan berisi dua gelas minuman.

"Silahkan!" ucap Dela.

"Terima kasih," jawab, Mike tersenyum.

Setelah Dela pergi aku bertanya. "Maaf,, ada apa ya? Apa ada yang bisa saya atau karyawan saya bantu?" tanyaku sudah tak sabar ingin tahu maksud dan tujuannya datang kemari.

"Oh iya, ada. Sebelumnya mohon maaf kalau ganggu waktu, Bu Nilam," ucapnya sopan. "Jadi begini, maksud kedatangan saya kemari ingin kerja sama dengan rumah makan, Ibu," terang Mike.

Dahiku mengernyit masih belum paham, kerja sama bagaimana maksudnya.

"Kerja sama?" tanyaku.

"Betul, saya suka dengan masakan di sini, saya ingin mengadakan kontrak kerja sama dengan Bu Nilam selama satu tahun. Mungkin kalau kerja samanya bagus dan lancar bisa di perpanjang.

"Jadi saya ingin setiap hari Jum'at Ibu membuat seribu nasi kotak untuk di bagikan ke karyawan di kantor saya bekerja."

Aku bergeming tak percaya dengan apa yang baru kudengar, ya Allah rasanya seperti mimpi ada perusahaan ingin bekerja sama dengan rumah makan sederhana yang kukelola.

"Mungkin nanti kalau ada acara kantor atau meeting dengan client luar saya juga butuh menu di rumah makan Ibu sebagai menu tambahan, tentu saja itu akan saya hitung di luar kontrak." Mike terus menjelaskan panjang lebar.

Aku terus menyimak dengan seksama, tidak sia-sia selama ini aku ikut kelas pelatihan afrifood, yang akhirnya bisa membuat usaha rumah makanku semakin berkembang, sampai-sampai ada yang tertarik untuk kerja sama, seorang bos muda dengan perusahaan besar. Ya Allah terima kasih.

"Bagaimana, Bu apa ibu setuju?" tanya Mike setelah menjelaskan maksud dan tujuannya.

Aku mengangguk dengan antusias, tentu saja aku setuju dan menerima kontrak kerja sama ini, kapan lagi ada kesempatan seperti ini.

"Saya setuju, dan menerima kontrak kerja samanya, Pak," jawabku. Mike tersenyum.

"Baiklah, Bu kalau begitu ini uang mukanya, surat kontrak kerja samanya, dan lainnya akan diurus asisten pribadi saya," terang Mike sembari menyerahkan sebuah amplop berisi uang muka.

"Baik, Pak saya tunggu kedatangan asisten, Bapak," jawabku dengan perasaan teramat senang.

"Dan ini kartu nama saya! Kalau begitu saya permisi," ucapnya.

Aku mengangguk sopan, dan mengantarnya ke depan.

Setelah Mike pergi aku kembali bersyukur, aku masih tidak menyangka perempuan yang hanya lulusan SMA sepertiku bisa membuka usaha seperti ini. Ini adalah sebuah karunia Tuhan, tanpa Ridha dan kehendaknya semuanya hanya sebuah kemustahilan. Terima kasih, Tuhan.

Waktu terus bergerak, tanpa terasa sudah mulai sore biasanya aku akan menyuruh karyawanku untuk menutup rumah makan ini jam setengah sembilan malam, tapi hari ini aku meminta agar mereka menutup rumah makannya lebih cepat. Karena sebelum pulang, ada yang ingin kusampaikan pada mereka tentu saja soal kerja sama tadi, aku ingin agar karyawanku meningkatkan kualitas kerjanya dibidang etika dan kebersihan. Berikan pelayanan terbaik, tetap tersenyum walau selelah apapun.

Sebagai penyemangat tak lupa kuberi bonus, yang seketika di sambut mereka dengan senyum bahagia.

Rumah makan ini memang tidak terlalu besar, dan hanya mempunyai lima orang karyawan dua laki-laki dan tiga perempuan.

"Baiklah kalau begitu, saya rasa cukup kalian sudah paham semua," ujarku sebelum mengakhiri pembicaraan.

"Sudah, Bu," jawab mereka serempak.

Aku tersenyum. "Ya sudah kalau begitu sebelum pulang kita berdoa dulu, agar diberi kesalamatan dan keberkahan."

Kami pun mulai berdoa bersama. Usai berdoa kami bersiap untuk pulang.

"Kalau masih ada sisa makasakan boleh kalian bawa pulang, saya duluan," ucapku sebelum pulang.

***

Usai menidurkan Nizam dan Ghazi aku masuk ke kamar, kulihat Mas Restu tengah duduk sembari menyandarkan kepalanya di atas rajang, dan memainkan ponsel.

"Mas," sapaku sembari ikut duduk di sampingnya.

"Eum," Mas Restu masih sibuk dengan ponselnya.

"Aku mau cerita."

"Cerita apa?" tanya Mas Restu tetap fokus menatap layar ponselnya.

"Alhamdulillah, Mas rumah ma ...." Tiba-tiba ponsel Mas Restu berdering.

"Sebentar, Mas angkat telpon dulu!" ucapnya sembari bangkit dari tempat tidur, lalu melangkah menjauh.

Selang beberapa menit, Mas Restu kembali.

"Mau cerita apa tadi?" tanyanya.

"Ini lho, Mas ada yang ngajakin ker ...." Ponsel Mas Restu pun kembali berdering.

"Eum, bentar ada telpon lagi, Mas angkat telpon dulu ya!" Mas Restu pun kembali bangkit.

"Kenapa gak di angkat di sini aja?" tanyaku.

"Eum, ini soal kerjaan," jawabnya terlihat kikuk, lalu melangkah keluar kamar.

Sudah lima belas menit lebih, tapi mas Restu belum juga kembali ke kamar. Aku yang merasa haus terpaksa bangkit untuk mengambil minum.

Aku berjalan ke luar untuk mengambil minum, saat melintasi pintu samping kolam terlihat olehku sosok Mas Restu tengah berdiri menghadap kolam, samar aku mendengar.

"Iya, sabar Yu. Nanti Mas transfer, udah dulu ya! Ada Nilam gak enak kalau sampai dia dengar." Mas Restu pun menutup telponnya, dan begitu membalikkan badan mata kami langsung bertemu.

Bersambung ...

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Sarti Patimuan
Penasaran siapa yang tlp Restu
goodnovel comment avatar
Hersa Hersa
ceritanya kenapa suami berselingkuh dan istri gampang banget ditipu.. apa perempuan terlalu bodoh ???
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Menyesal Usai Bercerai   Pernikahan

    "Eum ... Maaf ... Aku, a-aku tidak bi...," Kalimat kuterjeda saat melihat seseorang tiba-tiba hadir diacara ini, dan membuatku terkejut. Tidak menyangka dengan kehadiran mereka."Bapak, Ibu ... Kok bisa di sini?" Aku bertanya heran."Iya. Nak Mike yang undang Bapak sama Ibu kesini," jawab Bapak sembari tersenyum."Ibu dan Bapak tidak bisa memaksa, hanya bisa memberi restu," timpal Ibu."Jadi, Ibu dan Bapak sudah tahu kalau ...?" Ibu dan Bapak langsung kompak mengangguk sembari tersenyum. Aku melihat mereka begitu bahagia."Aku tahu apa yang membuatmu ragu, dan sekarang mereka sudah di sini. Jadi, jawaban kamu gimana?" tanya Mike memastikan.Aku menghela nafas dan membuangnya perlahan, selain restu Ibu dan Bapak, aku juga butuh restu dari anak-anakku."Eum, maaf Mike. Tapi aku? Aku tidak bisa ... Karena ...?" Aku menjeda kalimatnya sembari memejamkan mata, takut kalau Mike tersinggung. Tapi mau bagaimana lagi aku tidak bisa mengambil keputusan sendiri tanpa persetujuan kedua anakku.W

  • Menyesal Usai Bercerai   Dilamar

    Menjelang pagi ...Aku sudah bersiap untuk berangkat ke rumah makan, beraktifitas seperti biasanya. Pukul 06 lebih 30 biasanya jam segini, Dela dan yang lainnya sudah hampir selesai memasak. Aku memang lebih sering datang menjelang pagi, karena bumbu khususnya sudah kusiapkan, mereka juga sudah paham apa yang harus dilakukan.Hari ini aku sengaja memesan taksi online karena mobilku lagi di bengkel. Begitu selesai memesan taksi online, ponselku bergetar sejenak menghentikan langkahku. Ternyata ada pesan whatsApp dari Mike.[Nanti sore jangan lupa siap-siap ya!] Usai membaca pesannya aku hanya tersenyum dan memasukkan ponsel ke dalam tas tangan tanpa berniat untuk membalasnya. Tidak lama kemudian taksi online yang kupesan pun datang.Tiba di rumah makan pukul 07 lebih lima, Dela dan teman-temannya mulai sibuk membersihkan dan menata ruangan."Eh, Bu Nilam udah dateng. Selamat pagi Bu," sapa Dela dan Diah."Iya pagi, juga! Semangat ya!" jawabku tersenyum. Lalu, melangkah menuju ruangan

  • Menyesal Usai Bercerai   Cemburu Buta

    "Eum ... Ta-tapi ....""Besok saya jemput, kamu harus sudah siap-siap. Saya mau ke kasir dulu Assalamualaikum," ucap Mike tanpa mau mendengar penjelasanku. Lalu, beranjak pergi."Waalaikumsalam ...," jawabku setelah Mike sudah menjauh.Dentingan jam bergerak ke kanan membawa waktu bergerak maju, tanpa terasa hari sudah sore. Aku melirik jam yang melingkar dipergelangan tangan pukul 16 lebih lima. Sudah lama aku tidak berkunjung ke rumah Ibu dan Bapak, ada perasaan kangen."Del, saya mau pulang duluan kamu urus semuanya ya!" ucapku saat keluar dari ruangan melewati dapur."Oh siap, Bu," jawab Dela."Ya udah kalau gitu, nanti kalau makanannya gak habis bagi-bagi aja sama teman-teman ya, atau bagi-bagi aja sama siapa gitu. Assalamualaikum.""Baik, Bu. Waalaikumsalam."Aku pun melangkah ke luar menuju parkiran di mana mobilku berada, dan meluncur membelah jalan. Saat dijalan entah kenapa tiba-tiba aku sangat ingin sekali makan bakso.Setelah mencari-cari akhirnya dapat. 'sepertinya kedai

  • Menyesal Usai Bercerai   Nilam

    Saat memori tengah memutar kenangan masa lalu. Tiba-tiba pintu ruanganku diketuk, dan itu membuatku sedikit terlonjak kaget."Assalamualaikum, Bu. Boleh aku masuk?" tanya Dela. Orang kepercayaanku."Ah iya, Waalaikumsalam. Masuk!" jawabku.Dela pun masuk. "Ada apa?" tanyaku langsung, karena biasanya Dela kesini ada sesuatu yang ingin ia sampaikan."Di depan ada tamu, nyariin Ibu," jelasnya."Siapa?" tanyaku."Biar gak penasaran Ibu lihat saja sendiri." Bukannya menjawab, Dela malah membuatku semakin penasaran.Ya begitulah sikap Dela, menganggap aku sudah seperti kakaknya sendiri. Karena, sejak masih bersama Mas Restu dulu ia sudah ikut bekerja denganku, dan menjadi orang kepercayaan. Namun, setelah Ayuna yang pegang rumah makannya Dela berhenti karena tak tahan dengan sikap Ayuna yang semena-mena, itu katanya. Ia sempat cari kerja kesana kemari. Pernah juga kerja di laundry. Hingga akhirnya Tuhan kembali mempertemukan kami saat aku mulai menjalankan bisnis rumah makan baru, dan Del

  • Menyesal Usai Bercerai   Kenapa Harus Nilam?

    "Iya benar, dengan saya sendiri. Siapa ya?" tanyaku penasaran."Perkenalkan saya Dela. Apa benar rumah makan Bapak yang terletak di simpang lima mau di jual?" tanyanya.Mendengar nama itu rasanya tak asing, ah mana mungkin Dela yang dulu kerja di rumah makan kami, waktu bersama Nilam dulu. Ya setelah Ayuna yang memegang rumah makannya banyak karyawan ngeluh, terutama Dela dia memilih untuk mengundurkan diri.Tidak mungkin Dela itu, ada banyak Dela di dunia ini. Jika benar, apa sekarang dia sudah jadi orang kaya? Ah terserah sajalah yang penting ada yang minat dengan rumah makannya."Ah iya benar, apa Anda berminat untuk membelinya?" tanyaku langsung tanpa banyak basa-basi."Siapa, Mas?" tanya Ayuna berbisik."Yang mau beli rumah makan," bisikku tak kalah pelan.Wajah Ayuna langsung terlihat senang, binar bahagia diwajahnya begitu kentara."Iya Pak, bos saya yang berminat membeli rumah makan, Bapak," ucapnya.Dahiku mengernyit mendengarnya ucapannya, kalau ternyata bosnya yang berminat

  • Menyesal Usai Bercerai   Kesulitan Ekonomi

    "Apa, Mas dipecat?" tanya Ayuna dengan nada tak percaya saat kuberi tahu keputusan Pak Samsul. Aku hanya bisa mengangguk lemah membuat Ayuna langsung terduduk lemas di atas kursi."Ini uang pesangonnya!" Aku menyerahkan amplop putih yang tadi diberi Pak Samsul.Dengan lemas Ayuna pun membuka amplopnya. "Segini gak bakalan cukup buat bayar semua tagihan, gimana kita bayar cicilan mobil dan yang lainnya, Mas?" tanyanya dengan suara bergetar."Lama-lama aku bisa gila kalau kayak gini terus," sambungnya lagi sembari memijit pelipis.Aku pun tak tahu harus bagaimana, aku juga tidak menyangka jika akhirnya akan seperti ini. Beberapa tahun terakhir ini keadaan ekonomi benar-benar terasa sulit membuatku pusing, ditambah gaya hidup Ayuna yang tinggi. Sementara rumah makan, sudah tutup otomatis tidak ada penghasilan yang masuk, bahkan sebelum tutup sembilan bulan yang lalu gaji karyawan terpaksa kami bayar dengan uang pribadi.Semenjak dipegang Ayuna bukannya untung malah buntung, awal-awal ma

  • Menyesal Usai Bercerai   Restu Cemburu

    "Ah i-iya anak-anak ... Sebentar lagi ujian sekolah," ucapku cepat.Alis Nilam langsung nampak bertaut, mungkin mendengar ceritaku yang terkesan biasa saja."Bukankah memang sebentar lagi ujian semester, Mas?" tanyanya nampak heran."I-iya, gak terasa mereka sudah semakin besar," ucapku yang semakin kehilangan kata-kata.Mendengar itu wajah Nilam semakin terlihat heran, terlihat ia mendesah pelan. Mungkin jengah dengan ceritaku yang terkesan mencari kesempatan agar bisa berdua dengannya."Eum ... Sebenarnya, boleh gak kalau pulang nanti, Mas an ..." ucapanku terjeda saat tiba-tiba ponsel Nilam berdering."Eum, sebentar ya, Mas aku angkat telpon dulu!" ucapnya."Ah iya, silahkan!" jawabku.Nilam pun bangkit dari duduknya dan melangkah menjauh. Setelah beberapa menit kemudian ia kembali."Maaf, Mas aku harus pulang duluan, Mike udah nungguin di depan. Oh iya tadi Mas mau ngomong apa?" tanyanya yang seketika membuat hatiku terasa kecewa.Bagaiman tidak harapan untuk mengantarnya pulang

  • Menyesal Usai Bercerai   Penyesalan Restu

    POV Restu "Jadi gimana, Mas udah dapat pinjamannya?" tanya Ayuna.Aku menggeleng lemah, pasalnya akhir-akhir ini pengeluaran begitu banyak. Bahkan gaji yang biasanya berlebih saat bersama Nilam dulu kini jadi terasa kurang karena harus membayar banyaknya cicilan."Terus gimana, Mas? Udah dua kali lho aku gak hadir di acara arisan, debt kolektor juga udah bolak balik sampai pusing aku tu, mana Kayla bentar lagi ulang tahun," keluh Ayuna sembari duduk menyandarkan tubuhnya ke kursi, wajahnya terlihat cemberut."Kartu kreditkan kamu yang pake, jadi terima aja konsekuensinya. Ulang tahunnya Kayla gak usah dirayain, yang penting doa aja," ucapku mendengar Ayuna mengeluh."Ya maka dari itu kamu cari solusi dong, Mas. Ya gak bisalah gak dirayain kasianlah sama Kayla teman-temannya pada dirayain.""Ya terus gimana? Udah kamu jual saja dulu perhiasanmu, nanti kalau ada uang beli lagi," jawabku memberi solusi."Apa jual perhiasan? Gak, gak aku gak mau enak aja," protes Ayuna tak terima."Ya te

  • Menyesal Usai Bercerai   Harapan Ibu

    Niat mau pulang akhirnya tertunda karena pertemuan tak sengaja ini."Jadi, Bu Nilam sudah tidak bekerja di rumah makan itu lagi?" tanya Mike setelah kami duduk beberapa saat di salah satu resto."Iya," jawabku sembari menyeruput jus orangenya."Jadi bagaimana dengan kerja sama kita, sudah sebulan ini pesanan yang saya minta waktu itu tidak sesuai, rasanya beda," ucap Mike sembari kedua tangannya bertaut menopang dagu."Saya minta maaf, saya janji akan ganti uangnya. Tapi, nyicil ya!" ucapku tak enak.Mike terlihat menghela nafas dalam. Aku tau orang sepertinya uang bukan masalah. Tapi, ini masalah kepercayaan. Lalu, perlahan ia memijat pelipisnya."Bagaimana cara kamu mengganti uangnya?" tanyanya kemudian dengan wajah serius."Eum ... Saya memang belum dapat pekerjaan, tapi saya janji begitu dapat akan saya cicil," jawabku tak kalah serius."Hem ... Tapi, saya tidak yakin," ujar Mike dengan santai sambil menatapku dengan intens.Ah, bisa-bisanya lelaki ini merendahkanku, mentang-menta

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status