Share

Kerja Sama

Saat tengah sibuk melihat buku laporan bulannya tiba-tiba pintu di ketuk.

"Ya masuk!" ucapku.

Ternyata Dela. "Permisi, Bu di depan ada yang mau ketemu, Ibu!"

"Siapa?" tanyaku penasaran sembari menaikkan alis, karena jarang-jarang yang mau ketemu, kalau pun mau beli cukup dengan karyawan lainnya.

"Katanya Mike, Bu," jawab Dela.

"Mike?" tanyaku heran, siapa ya sepertinya aku tidak punya kenalan bernama Mike. "Ya sudah bilang tunggu sebentar," ucapku.

"Baik, Bu." Dela pun segera ke luar dari ruangan. Sementara aku membereskan berkas-berkasnya secara asal-asalan.

Aku keluar, kulihat di pojok ruangan seorang lelaki yang tengah duduk, begitu melihatku ia langsung bangkit. Aku melangkah, mendekat pada lelaki tersebut.

"Saya Mike," ucapnya memperkenalkan diri sembari mengulurkan tangan.

"Oh iya, saya Nilam," jawabku sembari menangkupkan kedua tangan depan dada, yang membuatnya menarik tangannya dengan canggung. "Maaf sebelumnya apa kita saling kenal?" Aku bertanya sopan, juga penasaran. Takutnya, dia teman lama yang tak sengaja terlupakan.

"Oh tidak, maaf bisa minta waktunya sebentar, Bu Nilam?" ucapnya sembari meminta aku untuk duduk. Aku pun duduk.

Tak lama kemudian Dela datang dengan membawa nampan berisi dua gelas minuman.

"Silahkan!" ucap Dela.

"Terima kasih," jawab, Mike tersenyum.

Setelah Dela pergi aku bertanya. "Maaf,, ada apa ya? Apa ada yang bisa saya atau karyawan saya bantu?" tanyaku sudah tak sabar ingin tahu maksud dan tujuannya datang kemari.

"Oh iya, ada. Sebelumnya mohon maaf kalau ganggu waktu, Bu Nilam," ucapnya sopan. "Jadi begini, maksud kedatangan saya kemari ingin kerja sama dengan rumah makan, Ibu," terang Mike.

Dahiku mengernyit masih belum paham, kerja sama bagaimana maksudnya.

"Kerja sama?" tanyaku.

"Betul, saya suka dengan masakan di sini, saya ingin mengadakan kontrak kerja sama dengan Bu Nilam selama satu tahun. Mungkin kalau kerja samanya bagus dan lancar bisa di perpanjang.

"Jadi saya ingin setiap hari Jum'at Ibu membuat seribu nasi kotak untuk di bagikan ke karyawan di kantor saya bekerja."

Aku bergeming tak percaya dengan apa yang baru kudengar, ya Allah rasanya seperti mimpi ada perusahaan ingin bekerja sama dengan rumah makan sederhana yang kukelola.

"Mungkin nanti kalau ada acara kantor atau meeting dengan client luar saya juga butuh menu di rumah makan Ibu sebagai menu tambahan, tentu saja itu akan saya hitung di luar kontrak." Mike terus menjelaskan panjang lebar.

Aku terus menyimak dengan seksama, tidak sia-sia selama ini aku ikut kelas pelatihan afrifood, yang akhirnya bisa membuat usaha rumah makanku semakin berkembang, sampai-sampai ada yang tertarik untuk kerja sama, seorang bos muda dengan perusahaan besar. Ya Allah terima kasih.

"Bagaimana, Bu apa ibu setuju?" tanya Mike setelah menjelaskan maksud dan tujuannya.

Aku mengangguk dengan antusias, tentu saja aku setuju dan menerima kontrak kerja sama ini, kapan lagi ada kesempatan seperti ini.

"Saya setuju, dan menerima kontrak kerja samanya, Pak," jawabku. Mike tersenyum.

"Baiklah, Bu kalau begitu ini uang mukanya, surat kontrak kerja samanya, dan lainnya akan diurus asisten pribadi saya," terang Mike sembari menyerahkan sebuah amplop berisi uang muka.

"Baik, Pak saya tunggu kedatangan asisten, Bapak," jawabku dengan perasaan teramat senang.

"Dan ini kartu nama saya! Kalau begitu saya permisi," ucapnya.

Aku mengangguk sopan, dan mengantarnya ke depan.

Setelah Mike pergi aku kembali bersyukur, aku masih tidak menyangka perempuan yang hanya lulusan SMA sepertiku bisa membuka usaha seperti ini. Ini adalah sebuah karunia Tuhan, tanpa Ridha dan kehendaknya semuanya hanya sebuah kemustahilan. Terima kasih, Tuhan.

Waktu terus bergerak, tanpa terasa sudah mulai sore biasanya aku akan menyuruh karyawanku untuk menutup rumah makan ini jam setengah sembilan malam, tapi hari ini aku meminta agar mereka menutup rumah makannya lebih cepat. Karena sebelum pulang, ada yang ingin kusampaikan pada mereka tentu saja soal kerja sama tadi, aku ingin agar karyawanku meningkatkan kualitas kerjanya dibidang etika dan kebersihan. Berikan pelayanan terbaik, tetap tersenyum walau selelah apapun.

Sebagai penyemangat tak lupa kuberi bonus, yang seketika di sambut mereka dengan senyum bahagia.

Rumah makan ini memang tidak terlalu besar, dan hanya mempunyai lima orang karyawan dua laki-laki dan tiga perempuan.

"Baiklah kalau begitu, saya rasa cukup kalian sudah paham semua," ujarku sebelum mengakhiri pembicaraan.

"Sudah, Bu," jawab mereka serempak.

Aku tersenyum. "Ya sudah kalau begitu sebelum pulang kita berdoa dulu, agar diberi kesalamatan dan keberkahan."

Kami pun mulai berdoa bersama. Usai berdoa kami bersiap untuk pulang.

"Kalau masih ada sisa makasakan boleh kalian bawa pulang, saya duluan," ucapku sebelum pulang.

***

Usai menidurkan Nizam dan Ghazi aku masuk ke kamar, kulihat Mas Restu tengah duduk sembari menyandarkan kepalanya di atas rajang, dan memainkan ponsel.

"Mas," sapaku sembari ikut duduk di sampingnya.

"Eum," Mas Restu masih sibuk dengan ponselnya.

"Aku mau cerita."

"Cerita apa?" tanya Mas Restu tetap fokus menatap layar ponselnya.

"Alhamdulillah, Mas rumah ma ...." Tiba-tiba ponsel Mas Restu berdering.

"Sebentar, Mas angkat telpon dulu!" ucapnya sembari bangkit dari tempat tidur, lalu melangkah menjauh.

Selang beberapa menit, Mas Restu kembali.

"Mau cerita apa tadi?" tanyanya.

"Ini lho, Mas ada yang ngajakin ker ...." Ponsel Mas Restu pun kembali berdering.

"Eum, bentar ada telpon lagi, Mas angkat telpon dulu ya!" Mas Restu pun kembali bangkit.

"Kenapa gak di angkat di sini aja?" tanyaku.

"Eum, ini soal kerjaan," jawabnya terlihat kikuk, lalu melangkah keluar kamar.

Sudah lima belas menit lebih, tapi mas Restu belum juga kembali ke kamar. Aku yang merasa haus terpaksa bangkit untuk mengambil minum.

Aku berjalan ke luar untuk mengambil minum, saat melintasi pintu samping kolam terlihat olehku sosok Mas Restu tengah berdiri menghadap kolam, samar aku mendengar.

"Iya, sabar Yu. Nanti Mas transfer, udah dulu ya! Ada Nilam gak enak kalau sampai dia dengar." Mas Restu pun menutup telponnya, dan begitu membalikkan badan mata kami langsung bertemu.

Bersambung ...

Comments (2)
goodnovel comment avatar
Sarti Patimuan
Penasaran siapa yang tlp Restu
goodnovel comment avatar
Hersa Hersa
ceritanya kenapa suami berselingkuh dan istri gampang banget ditipu.. apa perempuan terlalu bodoh ???
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status