Share

Kedatangan Tamu

Author: Ina R
last update Last Updated: 2023-01-31 22:21:47

Tiba di parkiran aku segera masuk ke mobil, dan bersiap untuk segera pergi. Namun, tanpa sengaja aku melihat sesuatu yang membuat kecurigaanku semakin bertambah.

"Mas Restu? Mau kemana dia, lalu siapa perempuan itu?" Aku bertanya pada diri sendiri dengan begitu penasaran karena melihat mereka terlihat begitu akrab.

Mas Restu berjalan ke arah mobilnya, sepertinya ia tidak menyadari jika aku masih ada di sini karena teralalu asyik mengobrol. Bahkan Mas Restu membukakan pintu mobil untuk perempuan itu.

"Mau kemana mereka? Bahkan ini belum jam makan siang, lagian aku juga sudah membawakannya bekal tadi?" Hati dan pikiranku begitu tak tenang. Lebih baik aku ikuti saja mereka.

Begitu mobil Mas Restu keluar dari area parkiran, perlahan aku pun mengikuti mereka.

Aku sengaja menjaga jarak beberapa meter dari mobil Mas Restu agar tidak ketahuan. Aku terlalu fokus memperhatikan mobil mereka hingga tanpa sadar lampu merah, dan aku terjebak di antara mobil lainnya, sementara mobil Mas Restu berbelok arah ke sebelah kiri.

Aku mendengus kesal karena kelalaianku, aku tidak bisa pergi sebelum lampu hijau kembali.

Ah shit!

Begitu lampu hijau menyala aku bergegas kembali menyusuri jalan yang tadi dituju Mas Restu dan perempuan itu, meski tidak tau kemana mereka perginya.

Aku memelankan mobil dengan kepala terasa pusing, bingung harus kemana aku mencari keberadaan Mas Restu dan perempuan itu.

Sembari terus menyetir aku melihat ke kanan, kiri berharap ada petunjuk atau melihat mobil Mas Restu terparkir.

Entah sudah berapa lama aku menyusuri jalan tanpa tujuan seperti orang kurang kerjaan, ke kantor pun telat gara-gara hal ini. Akhirnya aku menyerah dan memutar balik laju kendaraan.

Saat tengah melintas di sebuah hotel tak sengaja aku melihat mobil Pajero hitam terparkir di sana, dengan nomor plat yang sama seperti punya Mas Restu.

Dadaku seketika bergemuruh melihat itu, dan sekelabat pertanyaan berkecamuk di kepalaku.

'Ya Allah, lemas rasanya tubuhku tak sanggup jika harus mengetahui kebenarannya, untuk apa Mas Restu dan perempuan itu ke sini?'

Aku menghela nafas dalam, berusaha untuk tetap tenang dan tidak panik, tetap berpikir positif. Bukankah pikiran positif akan menghantarkan mu pada hal-hal positif juga? Itulah satatus yang pernah kubaca di F* Ina R.

'Tenang, Nilam! Jangan suudzon dulu!' Aku berusaha mensugesti diri sendiri. Lalu, perlahan mengambil ponsel lebih baik ku foto saja dulu mobilnya Mas Restu. Lalu, menelponnya untuk bertanya di mana ia sekarang.

Usai mengambil gambar mobilnya Mas Restu aku segera menghubunginya. Selama menunggu panggilan terhubung dadaku tak hentinya bergemuruh seolah seperti bom yang sebentar lagi siap untuk meledak.

Panggilan pun terhubung.

"Hallo, Mas kamu di mana?" cercaku tanpa basa-basi, tak peduli jika ia akan merasa terganggu dengan panggilanku.

"Lagi mau ketemu client di hotel Raf**es, kenapa kayak panik gitu?" tanya Mas Restu di ujung sana.

Seketika hatiku melega, dan merasa berdosa telah mencurigai suami sendiri.

"Eum ... Gak apa-apa, Mas cuma kangen aja," kilahku, aku sengaja beralasan demikian agar Mas Restu tidak curiga.

"Kayak pacaran aja, ya udah Mas tutup dulu ya, itu clientnya udah datang." Buru-buru Mas Restu menyudahi panggilan.

Aku bersandar di kepala kursi mobil, menetralisir kan gejolak hati yang tadi rasanya siap meledak. Aku merasa benar-benar seperti orang bo**h.

Setelah merasa lebih tenang aku kembali menuju tempat kerja, laju kendaraan sudah mulai renggang karena tidak banyak lagi aktivitas di jalan, jadi aku bisa sedikit lebih cepat untuk tiba di tempat tujuanku.

Begitu sampai aku segera memarkirkan mobil, pengujung mulai ramai.

"Selamat pagi, Bu," sapa Dela salah satu karyawanku.

"Pagi, Dela," balasku dengan senyuman, lalu berlalu ke ruanganku.

Sudah mau hampir tutup buku, waktunya melihat catatan bulan ini, Alhamdulillah setiap harinya rumah makan ini bertambah pembelinya. Aku bersyukur rumah makan yang sudah kukelola selama tiga tahun ini mulai menunjukkan hasilnya. Aku tersenyum, sembari memuji kebesaran-Nya.

Saat tengah sibuk melihat buku laporan bulannya tiba-tiba pintu di ketuk.

"Ya masuk!" ucapku.

Ternyata Dela. "Permisi, Bu di depan ada yang mau ketemu, Ibu!"

"Siapa?" tanyaku penasaran sembari menaikkan alis, karena jarang-jarang yang mau ketemu, kalau pun mau beli cukup dengan karyawan lainnya.

Bersambung ...

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Sarti Patimuan
Kasihan Nilam
goodnovel comment avatar
Fransisko Vitalis
nilam masih belum punya bukti bahwa suami selingkuh
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Menyesal Usai Bercerai   Pernikahan

    "Eum ... Maaf ... Aku, a-aku tidak bi...," Kalimat kuterjeda saat melihat seseorang tiba-tiba hadir diacara ini, dan membuatku terkejut. Tidak menyangka dengan kehadiran mereka."Bapak, Ibu ... Kok bisa di sini?" Aku bertanya heran."Iya. Nak Mike yang undang Bapak sama Ibu kesini," jawab Bapak sembari tersenyum."Ibu dan Bapak tidak bisa memaksa, hanya bisa memberi restu," timpal Ibu."Jadi, Ibu dan Bapak sudah tahu kalau ...?" Ibu dan Bapak langsung kompak mengangguk sembari tersenyum. Aku melihat mereka begitu bahagia."Aku tahu apa yang membuatmu ragu, dan sekarang mereka sudah di sini. Jadi, jawaban kamu gimana?" tanya Mike memastikan.Aku menghela nafas dan membuangnya perlahan, selain restu Ibu dan Bapak, aku juga butuh restu dari anak-anakku."Eum, maaf Mike. Tapi aku? Aku tidak bisa ... Karena ...?" Aku menjeda kalimatnya sembari memejamkan mata, takut kalau Mike tersinggung. Tapi mau bagaimana lagi aku tidak bisa mengambil keputusan sendiri tanpa persetujuan kedua anakku.W

  • Menyesal Usai Bercerai   Dilamar

    Menjelang pagi ...Aku sudah bersiap untuk berangkat ke rumah makan, beraktifitas seperti biasanya. Pukul 06 lebih 30 biasanya jam segini, Dela dan yang lainnya sudah hampir selesai memasak. Aku memang lebih sering datang menjelang pagi, karena bumbu khususnya sudah kusiapkan, mereka juga sudah paham apa yang harus dilakukan.Hari ini aku sengaja memesan taksi online karena mobilku lagi di bengkel. Begitu selesai memesan taksi online, ponselku bergetar sejenak menghentikan langkahku. Ternyata ada pesan whatsApp dari Mike.[Nanti sore jangan lupa siap-siap ya!] Usai membaca pesannya aku hanya tersenyum dan memasukkan ponsel ke dalam tas tangan tanpa berniat untuk membalasnya. Tidak lama kemudian taksi online yang kupesan pun datang.Tiba di rumah makan pukul 07 lebih lima, Dela dan teman-temannya mulai sibuk membersihkan dan menata ruangan."Eh, Bu Nilam udah dateng. Selamat pagi Bu," sapa Dela dan Diah."Iya pagi, juga! Semangat ya!" jawabku tersenyum. Lalu, melangkah menuju ruangan

  • Menyesal Usai Bercerai   Cemburu Buta

    "Eum ... Ta-tapi ....""Besok saya jemput, kamu harus sudah siap-siap. Saya mau ke kasir dulu Assalamualaikum," ucap Mike tanpa mau mendengar penjelasanku. Lalu, beranjak pergi."Waalaikumsalam ...," jawabku setelah Mike sudah menjauh.Dentingan jam bergerak ke kanan membawa waktu bergerak maju, tanpa terasa hari sudah sore. Aku melirik jam yang melingkar dipergelangan tangan pukul 16 lebih lima. Sudah lama aku tidak berkunjung ke rumah Ibu dan Bapak, ada perasaan kangen."Del, saya mau pulang duluan kamu urus semuanya ya!" ucapku saat keluar dari ruangan melewati dapur."Oh siap, Bu," jawab Dela."Ya udah kalau gitu, nanti kalau makanannya gak habis bagi-bagi aja sama teman-teman ya, atau bagi-bagi aja sama siapa gitu. Assalamualaikum.""Baik, Bu. Waalaikumsalam."Aku pun melangkah ke luar menuju parkiran di mana mobilku berada, dan meluncur membelah jalan. Saat dijalan entah kenapa tiba-tiba aku sangat ingin sekali makan bakso.Setelah mencari-cari akhirnya dapat. 'sepertinya kedai

  • Menyesal Usai Bercerai   Nilam

    Saat memori tengah memutar kenangan masa lalu. Tiba-tiba pintu ruanganku diketuk, dan itu membuatku sedikit terlonjak kaget."Assalamualaikum, Bu. Boleh aku masuk?" tanya Dela. Orang kepercayaanku."Ah iya, Waalaikumsalam. Masuk!" jawabku.Dela pun masuk. "Ada apa?" tanyaku langsung, karena biasanya Dela kesini ada sesuatu yang ingin ia sampaikan."Di depan ada tamu, nyariin Ibu," jelasnya."Siapa?" tanyaku."Biar gak penasaran Ibu lihat saja sendiri." Bukannya menjawab, Dela malah membuatku semakin penasaran.Ya begitulah sikap Dela, menganggap aku sudah seperti kakaknya sendiri. Karena, sejak masih bersama Mas Restu dulu ia sudah ikut bekerja denganku, dan menjadi orang kepercayaan. Namun, setelah Ayuna yang pegang rumah makannya Dela berhenti karena tak tahan dengan sikap Ayuna yang semena-mena, itu katanya. Ia sempat cari kerja kesana kemari. Pernah juga kerja di laundry. Hingga akhirnya Tuhan kembali mempertemukan kami saat aku mulai menjalankan bisnis rumah makan baru, dan Del

  • Menyesal Usai Bercerai   Kenapa Harus Nilam?

    "Iya benar, dengan saya sendiri. Siapa ya?" tanyaku penasaran."Perkenalkan saya Dela. Apa benar rumah makan Bapak yang terletak di simpang lima mau di jual?" tanyanya.Mendengar nama itu rasanya tak asing, ah mana mungkin Dela yang dulu kerja di rumah makan kami, waktu bersama Nilam dulu. Ya setelah Ayuna yang memegang rumah makannya banyak karyawan ngeluh, terutama Dela dia memilih untuk mengundurkan diri.Tidak mungkin Dela itu, ada banyak Dela di dunia ini. Jika benar, apa sekarang dia sudah jadi orang kaya? Ah terserah sajalah yang penting ada yang minat dengan rumah makannya."Ah iya benar, apa Anda berminat untuk membelinya?" tanyaku langsung tanpa banyak basa-basi."Siapa, Mas?" tanya Ayuna berbisik."Yang mau beli rumah makan," bisikku tak kalah pelan.Wajah Ayuna langsung terlihat senang, binar bahagia diwajahnya begitu kentara."Iya Pak, bos saya yang berminat membeli rumah makan, Bapak," ucapnya.Dahiku mengernyit mendengarnya ucapannya, kalau ternyata bosnya yang berminat

  • Menyesal Usai Bercerai   Kesulitan Ekonomi

    "Apa, Mas dipecat?" tanya Ayuna dengan nada tak percaya saat kuberi tahu keputusan Pak Samsul. Aku hanya bisa mengangguk lemah membuat Ayuna langsung terduduk lemas di atas kursi."Ini uang pesangonnya!" Aku menyerahkan amplop putih yang tadi diberi Pak Samsul.Dengan lemas Ayuna pun membuka amplopnya. "Segini gak bakalan cukup buat bayar semua tagihan, gimana kita bayar cicilan mobil dan yang lainnya, Mas?" tanyanya dengan suara bergetar."Lama-lama aku bisa gila kalau kayak gini terus," sambungnya lagi sembari memijit pelipis.Aku pun tak tahu harus bagaimana, aku juga tidak menyangka jika akhirnya akan seperti ini. Beberapa tahun terakhir ini keadaan ekonomi benar-benar terasa sulit membuatku pusing, ditambah gaya hidup Ayuna yang tinggi. Sementara rumah makan, sudah tutup otomatis tidak ada penghasilan yang masuk, bahkan sebelum tutup sembilan bulan yang lalu gaji karyawan terpaksa kami bayar dengan uang pribadi.Semenjak dipegang Ayuna bukannya untung malah buntung, awal-awal ma

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status