Share

Kedatangan Tamu

Tiba di parkiran aku segera masuk ke mobil, dan bersiap untuk segera pergi. Namun, tanpa sengaja aku melihat sesuatu yang membuat kecurigaanku semakin bertambah.

"Mas Restu? Mau kemana dia, lalu siapa perempuan itu?" Aku bertanya pada diri sendiri dengan begitu penasaran karena melihat mereka terlihat begitu akrab.

Mas Restu berjalan ke arah mobilnya, sepertinya ia tidak menyadari jika aku masih ada di sini karena teralalu asyik mengobrol. Bahkan Mas Restu membukakan pintu mobil untuk perempuan itu.

"Mau kemana mereka? Bahkan ini belum jam makan siang, lagian aku juga sudah membawakannya bekal tadi?" Hati dan pikiranku begitu tak tenang. Lebih baik aku ikuti saja mereka.

Begitu mobil Mas Restu keluar dari area parkiran, perlahan aku pun mengikuti mereka.

Aku sengaja menjaga jarak beberapa meter dari mobil Mas Restu agar tidak ketahuan. Aku terlalu fokus memperhatikan mobil mereka hingga tanpa sadar lampu merah, dan aku terjebak di antara mobil lainnya, sementara mobil Mas Restu berbelok arah ke sebelah kiri.

Aku mendengus kesal karena kelalaianku, aku tidak bisa pergi sebelum lampu hijau kembali.

Ah shit!

Begitu lampu hijau menyala aku bergegas kembali menyusuri jalan yang tadi dituju Mas Restu dan perempuan itu, meski tidak tau kemana mereka perginya.

Aku memelankan mobil dengan kepala terasa pusing, bingung harus kemana aku mencari keberadaan Mas Restu dan perempuan itu.

Sembari terus menyetir aku melihat ke kanan, kiri berharap ada petunjuk atau melihat mobil Mas Restu terparkir.

Entah sudah berapa lama aku menyusuri jalan tanpa tujuan seperti orang kurang kerjaan, ke kantor pun telat gara-gara hal ini. Akhirnya aku menyerah dan memutar balik laju kendaraan.

Saat tengah melintas di sebuah hotel tak sengaja aku melihat mobil Pajero hitam terparkir di sana, dengan nomor plat yang sama seperti punya Mas Restu.

Dadaku seketika bergemuruh melihat itu, dan sekelabat pertanyaan berkecamuk di kepalaku.

'Ya Allah, lemas rasanya tubuhku tak sanggup jika harus mengetahui kebenarannya, untuk apa Mas Restu dan perempuan itu ke sini?'

Aku menghela nafas dalam, berusaha untuk tetap tenang dan tidak panik, tetap berpikir positif. Bukankah pikiran positif akan menghantarkan mu pada hal-hal positif juga? Itulah satatus yang pernah kubaca di F* Ina R.

'Tenang, Nilam! Jangan suudzon dulu!' Aku berusaha mensugesti diri sendiri. Lalu, perlahan mengambil ponsel lebih baik ku foto saja dulu mobilnya Mas Restu. Lalu, menelponnya untuk bertanya di mana ia sekarang.

Usai mengambil gambar mobilnya Mas Restu aku segera menghubunginya. Selama menunggu panggilan terhubung dadaku tak hentinya bergemuruh seolah seperti bom yang sebentar lagi siap untuk meledak.

Panggilan pun terhubung.

"Hallo, Mas kamu di mana?" cercaku tanpa basa-basi, tak peduli jika ia akan merasa terganggu dengan panggilanku.

"Lagi mau ketemu client di hotel Raf**es, kenapa kayak panik gitu?" tanya Mas Restu di ujung sana.

Seketika hatiku melega, dan merasa berdosa telah mencurigai suami sendiri.

"Eum ... Gak apa-apa, Mas cuma kangen aja," kilahku, aku sengaja beralasan demikian agar Mas Restu tidak curiga.

"Kayak pacaran aja, ya udah Mas tutup dulu ya, itu clientnya udah datang." Buru-buru Mas Restu menyudahi panggilan.

Aku bersandar di kepala kursi mobil, menetralisir kan gejolak hati yang tadi rasanya siap meledak. Aku merasa benar-benar seperti orang bo**h.

Setelah merasa lebih tenang aku kembali menuju tempat kerja, laju kendaraan sudah mulai renggang karena tidak banyak lagi aktivitas di jalan, jadi aku bisa sedikit lebih cepat untuk tiba di tempat tujuanku.

Begitu sampai aku segera memarkirkan mobil, pengujung mulai ramai.

"Selamat pagi, Bu," sapa Dela salah satu karyawanku.

"Pagi, Dela," balasku dengan senyuman, lalu berlalu ke ruanganku.

Sudah mau hampir tutup buku, waktunya melihat catatan bulan ini, Alhamdulillah setiap harinya rumah makan ini bertambah pembelinya. Aku bersyukur rumah makan yang sudah kukelola selama tiga tahun ini mulai menunjukkan hasilnya. Aku tersenyum, sembari memuji kebesaran-Nya.

Saat tengah sibuk melihat buku laporan bulannya tiba-tiba pintu di ketuk.

"Ya masuk!" ucapku.

Ternyata Dela. "Permisi, Bu di depan ada yang mau ketemu, Ibu!"

"Siapa?" tanyaku penasaran sembari menaikkan alis, karena jarang-jarang yang mau ketemu, kalau pun mau beli cukup dengan karyawan lainnya.

Bersambung ...

Comments (2)
goodnovel comment avatar
Sarti Patimuan
Kasihan Nilam
goodnovel comment avatar
Fransisko Vitalis
nilam masih belum punya bukti bahwa suami selingkuh
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status