Share

Rumah Sakit

Wilona yang pingsan di jalanan kini sudah berada di ruangan rumah sakit. Terlihat, ada dokter yang sibuk memeriksa keadaannya. Setelah mengetahui keadaan Wilona, dokter tersebut pun keluar dari ruangan dan menghampiri seorang pemuda yang telah membawa Wilona ke rumah sakit. Belum apa-apa pemuda itu sudah lebih dulu menanyakan keadaan Wilona.

“Dok, bagaimana keadaannya?” tanya pemuda tersebut dengan hati gelisah. Ia tidak ingin terjadi apa-apa terhadap Wilona.

“Maaf sebelumnya, nama anda siapa? apakah anda suami korban?” tanya dokter tersebut.

“Saya Reyhan dan saya suaminya” ujar Reyhan dengan berbohong. Ia hanya bingung harus menjawab apa? Sementara ia malu mengakui bahwa dirinya adalah pelaku yang telah membuat Wilona jatuh pingsan dan harus dilarikan ke rumah sakit.

Dokter tersebut mengangguk pelan lalu beliau mengatakan bahwa kondisi pasien baik-baik saja dan cukup hanya membutuhkan waktu untuk beristirahat. Mendengar perkataan dokter, Reyhan yang tadinya khawatir kini wajahnya mulai terlihat sedikit agak tenang. Meskipun begitu, Reyhan tetap merasa harus bertanggungjawab atas kesalahannya.

“Boleh saya masuk kedalam dok?” tanya Reyhan kepada dokter.

“Boleh” ujar dokter.

Reyhan langsung masuk ke ruangan dan melihat wanita cantik tengah terbaring lemah tak sadarkan diri. Terlihat dua perawat yang masih berada di ruangan itu tersenyum kearah Reyhan sebelum mereka keluar dari sana. Kini, hanya ada Reyhan dan Wilona yang berada di ruang rawat tersebut. Reyhan memperhatikan Wilona lalu ia pun bergumam, “Nampaknya dia sedang tidak baik-baik saja” gumam Reyhan saat mengingat kejadian tadi.

Tidak lama kemudian, Wilona mulai sadarkan diri dan berusaha untuk bangun. Namun, Wilona merasa pusing dan Reyhan pun menyentuh bahunya dengan berniat menolong Wilona. Namun, Wilona salah paham terhadap kebaikan Reyhan dan ia pun berteriak kencang hingga membuat perawat tadi sampai berlari memasuki ruangan. Reyhan yang kebingungan itu tidak sengaja memegangi tangan Wilona dengan erat.

“Kamu siapa? Lepaskan!!!” teriak Wilona.

Reyhan mulai melepaskan genggamannya dan ia tersenyum lalu berkata “Untung kamu sudah sadar. Oh, iya... perkenalkan nama aku Reyhan dan aku adalah orang yang tadi hampir menabrak kamu” ujar Reyhan sembari mengulurkan tangannya.

Dua perawat tadi menyaksikan mereka dengan tatapan kebingungan lalu Reyhan seakan memberikan kode pada mereka dan mereka pun keluar dari sana. Sementara Wilona, dia merasa canggung dan malu karena telah berteriak-teriak kepada Reyhan. Dengan rasa canggung, Wilona membalas jabatan tangan Reyhan dan berkata, “Aku Wilona” ujarnya.

Menyadari bukan berada di dalam kamar tidurnya, Wilona pun terhentak sejenak sembari matanya menelusuri seluruh atap langit hingga melihat pergelangan tangannya telah terpasang selang infus.

“Aku... Aku ada dimana? Lalu, mengapa tanganku terpasang infus?” tanya Wilona was-was, matanya begitu serius melihat tangannya sendiri..

“Kamu ada di rumah sakit” ujar Reyhan hangat.

Mendengar perkataan Reyhan, Wilona menjadi panik lantaran dirinya tidak membawa uang sepeserpun. Dengan jujur, Wilona pun mengatakan bahwa ia harus pulang karena tidak memiliki uang. Wilona juga hendak mencabut infus yang telah terpasang di salah satu pergelangan tangannya. Reyhan yang melihat aksi Wilona dengan refleks berkata, “Jangan di cabut infusnya”

Wilona terdiam sesaat karena ia bingung harus ngapain? Dengan pikirannya yang sedang kacau, Wilona pun menoleh ke arah Reyhan dan tiba-tiba saja ia merasakan ada sesuatu getaran aneh pada detak jantungnya yang tidak seperti biasanya. Wilona baru menyadari bahwa saat ini ia sedang berhadapan dengan seorang pemuda yang sangat tampan dan imut. Seakan dirinya telah terhipnotis oleh ketampanan Reyhan, Wilona pun langsung memalingkan wajahnya yang telah merah merona.

“Mengapa kamu mencegahku buat lepasin infus ini? Padahal, aku hanya ingin menyelamatkan diri dari hutang” ujar Wilona dengan arah mata lain-lain.

Reyhan menghela nafas sesaat lalu menghembuskan nafasnya pelan-pelan melalui mulut. Kemudian, Reyhan pun mengatakan bahwa ia akan menanggung semua biaya rumah sakit. Karena sejak awal Reyhan sudah merasa bersalah. Reyhan juga mengatakan akan memberikan kebutuhan pokok seperti air dan makanan selama Wilona masih dalam tahap penyembuhan.

Wilona menolak secara halus dengan berkata, “Tidak, tidak perlu. Aku sudah sembuh dan aku tidak perlu di khawatirkan” ujarnya. Kemudian Reyhan pun membalas, “Kamu jangan menolak tawaran ini, karena aku membenci melihat orang yang menyia-nyiakan tawaran dan kebaikan orang lain” ujar Reyhan yang kali ini terlihat tegas.

Melihat Reyhan yang ngotot ingin bertanggung jawab, ditambah lagi memang kenyataannya Wilona juga tidak memiliki uang maka satu-satunya hal yang bisa ia lakukan saat ini hanyalah berpasrah dan mau menerima bantuan dari Reyhan yang baru saja ia kenal.

“Terimakasih telah baik sama aku” ujar Wilona.

DREET~

Baru saja Reyhan ingin berbicara tiba-tiba saja teleponnya berbunyi. Reyhan langsung mengangkat teleponnya tersebut dihadapan Wilona.

“Hai, ada apa kak Syahnaz?” tanya Reyhan pada seseorang dibalik telepon.

Seketika saja Wilona menjadi teringat dengan seseorang yang telah membuat hidupnya hancur. Tanpa Wilona sadari, air matanya kini tidak dapat dibendung lagi. Reyhan yang sudah selesai menelepon kini melihat Wilona yang tiba-tiba saja menangis.

Ia bingung dan berusaha menanyakan mengapa Wilona menangis? Namun, Wilona tidak menggubrisnya. Bagi dirinya, semua masalah dikehidupannya adalah privasi dan tidak ada yang boleh mengetahuinya. Reyhan yang tidak digubris pun memakluminya, lalu Reyhan berpamitan kepada Wilona karena saat ini ia sedang ada janji.

“Wilona, aku janji setelah urusanku selesai... Aku akan kembali!” Reyhan pun telah berlalu.

Kini, Wilona sendirian. Suasana hatinya masih bercampur aduk. Dalam kesendiriannya, Wilona kembali memikirkan Aris yang telah tega menyakiti hatinya hingga remuk dan hancur.

“Aku tidak mau kamu pergi ninggalin aku hiks”

***

Syahnaz dan Aris masih asyik berduaan di dalam ruang kantor Aris. Mereka sudah kepala tanggung ketahuan berhubungan intim di depan mata kepalanya Wilona, kini sudah terbiasa saja bermesraan meskipun masih berada di area kantor yang banyak karyawannya. Mereka telah sering melakukan hubungan intim entah pada saat jam istirahat, jam sibuk hingga bisa menyempatkan waktunya menyewa hotel mewah berbintang lima hanya untuk bersenang-senang.

“Aku sudah menduga bahwa kamu akan memilihku” ujar Syahnaz yang sudah selesai bercinta bersama Aris.

Aris tetap memeluk tubuh Syahnaz dengan mesranya. Tidak lupa juga Aris meremas bagian kenyal berurutan besar itu di tubuh Syahnaz. Dengan suara parau, Aris pun mengatakan bahwa dirinya jelas akan memilih Syahnaz karena hanya Syahnaz yang mampu membangkitkan gairahnya.

“Kamu sangat pintar bermain, Sayang... Semakin tergoda aku sama kamu” puji Aris pada Syahnaz dengan mata setengah di picingkan.

“Oh, iya? Memangnya kalau sama si Wilona yang norak itu bagaimana, Mas?” tanya Syahnaz dengan penasaran sekaligus memancing Aris untuk menjelekkan Wilona.

“Ah, membosankan sekali kalau sama dia! Wilona tidak pandai bermain di ranjang sedangkan aku tidak suka dengan wanita lemah dan cengeng seperti dia. Aku juga menyesal telah menikahinya. Jadi, aku hanya membuang-buang uangku saja untuk membiayai pesta pernikahan sama dia” ujar Aris.

Syahnaz sangat senang mendengar Aris yang kini tengah menjelek-jelekkan istrinya. Baginya, Wilona memang pantas di buang oleh Aris. Karena telah berani melawannya disaat mereka sedang bercinta. “Aku turut prihatin, Mas. Aku janji, aku akan membahagiakan kamu dan tidak akan mengecewakan kamu” ujar Syahnaz.

Syahnaz lalu melirik jam di iPhone dan ia teringat akan janjinya barusan untuk bertemu si adik bungsu. Dengan suara menggoda, Syahnaz pun mengatakan bahwa ia harus pergi sekarang juga.

“Aku pergi sekarang ya...”

“Boleh, tapi ingat... Setelah itu kamu harus kembali lagi buat menemaniku aku yang kini telah kesepian” ujar Aris. Terlihat dari raut wajahnya, ia masih menginginkan untuk merasakan kepuasan itu bersama Syahnaz.

Syahnaz tersenyum genit lalu mendekati wajah Aris dan melumat habis bibir Aris dengan panas. Setelah itu, Syahnaz mengatakan bahwa ia akan kembali ke kantor Aris jika urusannya sudah selesai. Syahnaz pun keluar dari pintu ruangan dan menuju ke parkiran. Sampai di sana, beberapa orang yang masih karyawan kantor pada berkumpul di sekitar area parkiran dengan lirikan mata mereka yang terlihat aneh seakan sedang menatap Syahnaz dengan tatapan tajam.

Syahnaz yang tidak suka ditatap seperti itu dengan cepat langsung menghampiri mereka. “Kalian lagi ngomongin saya ya?” tanya Syahnaz dengan mata melotot.

Mereka yang berjumlah berempat tidak membalas pertanyaan Syahnaz. Sehingga Syahnaz semakin geram lalu ia mengancam jika mereka ingin tetap bekerja di kantor pak Aris, maka mereka harus tunduk kepadanya. Kalau tidak mereka akan dipecat secara tidak terhormat.

Mereka pun ketakutan saat diancam oleh Syahnaz lalu mereka mengangguk dan meminta maaf. Syahnaz tersenyum senang karena ia merasa telah berkuasa. “Baik, kali ini akan saya maafkan. Namun, jika kalian mengulanginya lagi maka jangan harap mendapatkan kata maaf dari saya!” ancam Syahnaz.

Syahnaz membalikkan tubuhnya dan kembali berjalan menuju ke arah mobil mewah yang ia miliki. Setelah Syahnaz telah pergi, mereka pun kembali bergosip dan salah satunya mengatakan bahwa ia sangat sedih atas apa yang tengah menimpa rumah tangga Wilona dengan Aris. Melihat waktu dulu Wilonalah yang menerima sebagian besar orang-orang yang dulu ingin melamar di kantor Aris dengan dibekali sebuah surat lamaran kerja yang pas-pasan. Ada yang tamatan SMA namun baru memiliki satu pengalaman kerja dan ada lagi yang belum memiliki pengalaman sama sekali. Namun, dengan kebaikan hati Wilona, dia tetap memberikan kesempatan bagi mereka dan ingin melihat kinerja nyata yang akan mereka kontribusikan di kantor perusahaan besar milik Aris. Mereka juga mengingat saat Wilona tidak pernah pilih kasih dan Wilona selalu memanusiakan manusia. Kini, posisi Wilona telah dilengserkan dan digantikan oleh Syahnaz yang licik dan suka bersandiwara. Belum apa-apa aura Syahnaz sudah terlihat menyeramkan dan buruk sehingga mereka menjadi merasa tidak nyaman saat berada di lingkungan kantor.

“Aduh... Si nenek sihir itu yang akan menjadi bos kita ya? Aku kok jadi was-was” ujar salah satu karyawan tadi dengan memegangi kepalanya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status