共有

Bab 4. Mulai Tertarik

作者: Dia Ning
last update 最終更新日: 2025-03-27 08:04:38

Gaun mewah berkelas dan mahal sudah melekat sempurna di tubuh Lily. Kali ini, ia memilih gaun yang sedikit lebih terbuka—tentu saja, untuk menyelinap dan menggagalkan makan malam Bianca dengan pria itu.

Senyum tipis terukir di bibirnya. Jemarinya dengan perlahan menyusuri garis lehernya, merasakan kain lembut yang membungkus kulitnya.

"Aku hanya penasaran... apa kau akan tetap bersama wanita itu, atau malah meninggalkannya dan membawaku pergi dari sana."

Lily menyelipkan sehelai rambut ke belakang telinganya, memperhatikan pantulan dirinya di cermin dengan penuh percaya diri. Ia tahu apa yang ia lakukan berbahaya, tetapi itu justru yang membuatnya semakin bersemangat.

Dengan langkah anggun, ia mengambil tas tangan kecilnya lalu berjalan keluar dari kamar, meninggalkan aroma parfum mahal yang lembut namun menggoda. Malam ini, tidak ada yang bisa menghalanginya.

Di tempat lain, Damian duduk di meja restoran mewah dengan ekspresi datar. Cahaya lilin berpendar lembut di wajahnya yang tegas, tetapi sorot matanya tampak tak tertarik. Dan entah mengapa ada sesuatu hal lainnya yang memenuhi pikirannya sehingga, membuat Damian tidak fokus terhadap kekasihnya yang duduk di seberangnya.

"Damian, kau tidak terlihat bersemangat," ucap Bianca, mencoba mencairkan suasana. Wanita itu bisa merasakan perubahan dari kekasihnya dan itu cukup membuatnya cemas.

Damian hanya mengangkat gelas anggurnya, menyesap sedikit sebelum menaruhnya kembali. "Aku hanya lelah."

Namun, saat itu, matanya menangkap sosok yang baru saja melangkah masuk ke dalam restoran. Gaun Lily memeluk tubuhnya dengan sempurna, belahan tinggi di kakinya menambah kesan sensual. Rambutnya tergerai dan senyum di bibirnya begitu misterius, membuat debaran kecil di dada pria itu.

Lily tidak terburu-buru. Ia melangkah perlahan, melewati meja-meja restoran dengan anggun, seolah-olah kehadirannya tidak disengaja. Namun, matanya—mata seorang pemburu—sudah mengunci targetnya.

Saat itu, Lily berhenti sejenak. Ia tahu, tatapan Damian sudah menemukannya.

Ia tidak menoleh, tidak memberikan isyarat apa pun, hanya memainkan jemarinya di lehernya sendiri—gerakan kecil yang terlihat begitu menggoda. Damian menegakkan punggungnya tanpa sadar, jari-jarinya mengencang di batang gelas anggur yang ia genggam.

Lalu, Lily berbalik, berjalan ke arah yang berlawanan dengan pintu keluar. Sebuah tantangan diam-diam.

Damian semakin merasakan detak jantungnya berubah ritme. Bibirnya sedikit terbuka, seolah hendak mengatakan sesuatu, tapi urung. Tanpa memberi tahu Bianca, ia meletakkan gelasnya dengan perlahan lalu bangkit dari duduknya.

Bianca mengangkat wajah, keningnya berkerut. "Damian?"

Pria itu hanya memberi senyum tipis. "Aku harus menerima telepon sebentar."

Tanpa menunggu respons, ia melangkah menjauh. Kehadiran Lily di sana bagaikan sebuah magnet yang mampu menariknya begitu saja.

Namun, saat Damian mencapai tempat terakhir Lily terlihat, wanita itu sudah menghilang. Matanya menyapu sekeliling ruangan, mencari jejak keberadaannya.

Sementara itu, di balik tirai sutra yang membatasi area VIP restoran, Lily menyandarkan tubuhnya ke dinding, jemarinya memainkan ujung rambutnya dengan santai. Senyum kemenangan tersungging di bibirnya.

"Kau jatuh ke dalam jebakanku, Damian."

Lily tahu Damian tidak akan tinggal diam. Pria itu adalah pemburu yang tidak suka kehilangan buruannya, meski awalnya sama sekali tidak tertarik dengan wanita licik itu.

Saat langkah kaki Damian semakin mendekat, Lily bangkit dari tempat persembunyiannya kemudian pergi dari sana. Ia tidak berlari, tapi langkahnya cukup cepat dan penuh perhitungan.

Langkahnya membawa Lily menuju toilet restoran. Area toilet berada di bagian paling belakang restoran, melewati lorong sempit dengan pencahayaan redup. Tempat yang sempurna untuk membawa Damian lebih jauh, menjauh dari Bianca, dari sorot mata pengunjung lain, dan dari batasan yang seharusnya tetap mereka jaga.

Damian tidak membutuhkan waktu lama untuk menyadari ke mana Lily pergi. Mata tajamnya mengikuti jejak samar yang ditinggalkan wanita itu, dan tanpa ragu, ia melangkah lebih dalam ke lorong itu.

Saat ia tiba di sana, suasana begitu sunyi. Hanya ada satu pintu toilet yang sedikit terbuka, memberi isyarat seolah seseorang di dalamnya menunggu dengan penuh kesadaran.

Damian menyeringai kecil, jemarinya meraih kenop pintu, mendorongnya perlahan.

Di dalam, Lily berdiri dengan santai, bersandar pada wastafel marmer. Matanya menatap Damian dengan sorot penuh teka-teki, bibirnya membentuk senyum setengah menggoda.

"Aku penasaran, seberapa jauh kau akan mengikutiku?" suaranya terdengar rendah, hampir seperti bisikan.

Damian menutup pintu di belakangnya, membiarkan ruang sempit itu hanya berisi mereka berdua. Napasnya stabil, tapi matanya menggelap dengan ketertarikan yang semakin sulit dikendalikan.

"Kau sudah tahu jawabannya, Lilyana," jawabnya pelan, melangkah lebih dekat.

Lily tidak mundur, justru menantangnya dengan tatapan yang lebih dalam.

"Kalau begitu…" ia menyentuh dasi Damian, memainkan ujungnya dengan jemari yang begitu ringan. "…Buktikan."

Udara di antara mereka semakin panas, tegang, dan penuh sesuatu yang belum terselesaikan.

Di luar sana, Bianca masih menunggu Damian kembali ke meja makan tanpa tahu bahwa pria itu kini terperangkap dalam permainan yang tidak lagi bisa ia kendalikan.

Damian mendorong Lily ke dinding toilet dengan penuh hasrat, napasnya berat, memburu dengan intensitas yang begitu panas. Tatapannya yang gelap menelanjangi wanita itu, menuntut lebih dari sekadar permainan godaan.

Lily tersenyum penuh kemenangan, menikmati bagaimana Damian kini benar-benar kehilangan kendali. Jemarinya yang lentik merayap ke leher pria itu, lalu turun ke dadanya, bermain-main dengan kancing kemeja yang mulai terbuka.

"Kau benar-benar tidak bisa menahan diri?" bisik Lily dengan nada menggoda, bibirnya menyapu ringan rahang tajam Damian.

Pria itu tidak menjawab, hanya menarik pinggang Lily lebih erat, membuat tubuh mereka semakin melekat tanpa celah. Bibirnya bergerak ke leher jenjang wanita itu, meninggalkan jejak panas di sepanjang kulitnya. Lily mendesah pelan, jemarinya mengerat di tengkuk Damian.

Namun tiba-tiba—

"Damian?"

Suara Bianca terdengar dari luar, memanggil dengan nada khawatir.

Damian mengutuk pelan, tetapi ia tidak menghentikan gerakannya. Sebaliknya, ia justru semakin menekan Lily ke dinding, seakan ingin menegaskan bahwa Bianca sama sekali tidak berharga dalam pikirannya saat ini.

Lily menggigit bibir bawahnya, menahan tawa kecil. Ia lalu mendekatkan bibirnya ke telinga Damian dan berbisik dengan nada lembut yang menggoda, "Pria brengsek. Kekasihmu mencarimu."

Damian menggeram lalu mendongakkan wajahnya untuk menatap Lily dengan tatapan yang semakin gelap. Ia menggenggam rahang wanita itu dengan erat, menuntut sesuatu yang lebih.

"Aku tidak peduli," suaranya rendah, kasar, dan penuh ketegangan.

Lily meraih dasi Damian yang terlepas dan melingkarkannya di jemarinya, bermain-main dengan kain itu sebelum melepaskannya begitu saja.

"Tapi aku peduli," jawabnya ringan sebelum melepaskan diri dari cengkeraman pria itu.

Ia merapikan gaunnya dengan santai, kemudian melangkah keluar dari toilet tanpa sedikit pun raut bersalah. Sementara itu, Damian masih bersandar di dinding, menatap kepergiannya dengan rahang mengeras, ia terjebak di antara rasa frustrasi dan ketertarikan yang semakin menjadi-jadi.

Di luar, suara Bianca semakin mendekat.

"Damian? Kau di sini?"

Namun pria itu tetap diam, membiarkan wanita itu terus mencarinya. Di dalam pikirannya, kini hanya ada satu nama yang berputar tanpa henti. Lilyana Moretti.

この本を無料で読み続ける
コードをスキャンしてアプリをダウンロード

最新チャプター

  • Merebut Kekasih Ibu Tiriku Untuk Balas Dendam   Bab 12. Jangan Sampai Lolos

    "Apa kau setuju dengan penawaranku ini, Bianca?" tanya Tuan Marcello, senyum miring menghiasi wajahnya. Ia tahu, Bianca tak memiliki pilihan lain."Padahal aku bisa saja memberikan bagianmu tanpa harus—""Ssst… tidak ada tawaran lain selain yang sudah kusebutkan tadi," potong Tuan Marcello, suaranya berbisik di telinga Bianca, begitu dekat hingga napasnya terasa di kulitnya. "Jika kau menolak, kau bisa segera pergi dari kediamanku."Tangan pria paruh baya itu terulur pelan, jemarinya yang kasar menyentuh sisi lengan Bianca, lalu turun perlahan, mencari titik yang diinginkan."Jadi, bagaimana?" ulang Tuan Marcello, suaranya rendah dan menekan.Bianca menggigit bibir, tak menjawab. Tubuhnya menegang, namun tidak bergerak menjauh. Hanya desah halus lolos dari bibirnya, ambigu—antara penolakan dan kepasrahan.Sentuhan Tuan Marcello bagaikan bara api yang menyengat di kulitnya. Sentuhan itu kian liar, dan sedikit pun Bianca tidak berniat untuk menepisnya."Oh, Tuan Marcello…"Kedua mata wa

  • Merebut Kekasih Ibu Tiriku Untuk Balas Dendam   Bab 11. Rencana Busuk Bianca

    "Sungguh sangat tidak masuk akal." Bianca menggeleng keras, tangannya meremas kuat ujung gaun yang dikenakan."Apa pun bisa masuk akal. Termasuk Damian sendiri yang merobeknya," jawab Lily santai."LILYANA!"Tangan Bianca menggantung di udara. Amarahnya meledak-ledak, tapi ia tak bisa menampar Lily karena disaksikan banyak orang. Jika ia melakukannya, itu hanya akan merusak reputasinya. Apa pun yang terjadi saat ini bisa dengan mudah tersebar di media."Mengapa berhenti? Kau bisa menamparku," ucap Lily tenang, tatapannya tajam namun tetap menantang.Bianca menatap Lily dengan kobaran api yang semakin melalap habis dirinya. Tangannya yang sempat menggantung di udara perlahan turun kembali. Jemarinya mengepal lebih kuat, berusaha sekuat tenaga menahan dorongan untuk tidak melayangkan tamparan itu ke wajah Lily.Gumaman lirih terdengar dari beberapa pegawai yang melintas. Mereka mulai berbisik, memperhatikan ketegangan yang menyeruak di antara ketiga orang itu. Beberapa pura-pura sibuk,

  • Merebut Kekasih Ibu Tiriku Untuk Balas Dendam   Bab 10. Ingin Lebih

    Zio berdiri di hadapan sahabatnya dengan kedua lengan terlipat di depan dada. Pria itu terus menggeleng pelan, nyaris tak percaya pada setiap kata yang keluar dari mulut Lily."Apa kau benar-benar tidak bisa memilih cara lain?" tanya Zio dengan nada penuh kekhawatiran. Ia takut rencana kehancuran Bianca yang disusun Lily justru akan berbalik menyakiti wanita itu sendiri."Tidak bisa, Zionathan. Aku sudah melangkah terlalu jauh. Dan tentu saja, aku tidak akan berbalik hanya untuk menghentikan semuanya. Meski Damian berbahaya, justru itu yang membuat semuanya terasa menantang."Zio menghela napas berat. "Kau mengatakan dia merusakmu, memborgolmu, bahkan ada senjata ilegal... itu lebih dari sekadar berbahaya, Lilyana.""Damian tidak akan menyakitiku," sahut Lily cepat. Senyum tipis mengembang di wajahnya saat ia kembali mengingat bagaimana pria itu bisa bersikap cukup manis setelah menyelesaikan permainan itu."Kau tidak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya," sahut Zio. Ia tidak bisa m

  • Merebut Kekasih Ibu Tiriku Untuk Balas Dendam   Bab 9. Tidur Dengan Wanita Lain

    "Di mana Lily?" tanya Nyonya Lombardi santai, menyelipkan pertanyaan itu di tengah momen sarapan mereka yang tenang.Bianca mendadak meletakkan alat makannya dengan kasar. Dentingnya menggema, mengganggu keheningan pagi. Matanya menyipit tajam ke arah sang ibu."Apa Ibu tidak salah menanyakan wanita itu?" katanya dingin, "Damian menghilang. Tidak ada kabar dan tidak bisa dihubungi. Dan itu jauh lebih membuatku frustrasi."Nyonya Lombardi hanya menghela napas pelan, seolah tak terpengaruh oleh kemarahan putrinya."Ibu bertanya bukan karena peduli," ujarnya tenang, "Tapi sudah dua hari dia menghilang dari mansion. Bukankah itu seharusnya menjadi kabar baik?""Tentu saja kabar baik. Tapi sayangnya, ini rumahku. Dan sampai kapan pun, aku tidak akan pergi dari sini."Suara yang tiba-tiba menyela percakapan itu membuat keduanya menoleh refleks.Lily berdiri dengan tegak dan tenang di ambang pintu ruang makan.Namun bukan kehadiran Lily yang membuat Bianca dan Nyonya Lombardi terpaku, melain

  • Merebut Kekasih Ibu Tiriku Untuk Balas Dendam   Bab 8. Wanita Simpanan Penurut

    Tangan Damian mencengkeram rahang Lily dengan kuat, memaksa wajahnya menghadap ke arahnya. "Jadilah wanita simpananku yang penurut, sayang. Aku tak punya kesabaran untuk menghadapi wanita pembangkang," desis Damian, suaranya tenang namun berbahaya.Lidah Lily terasa kelu. Kata-kata yang hendak ia lontarkan terhenti di tenggorokan, tertelan oleh ketakutan yang menjeratnya.Namun, dengan sisa keberanian yang belum sepenuhnya dilumat Damian, ia memaksakan diri bersuara, "Brengsek! Lepaskan aku! Atau aku akan bongkar semua kejahatanmu di masa lalu!"Ancaman itu kembali ia lemparkan, senjata terakhir yang masih ia genggam. Tapi Damian hanya terkekeh pelan, nyaris seperti mengejek."Ancamanmu tak berarti lagi untukku, Lilyana. Kau pikir aku akan diam saja?" gumamnya sambil menyeringai lebar. Tatapannya menusuk, membuat napas Lily tercekat."Damian...""Ini konsekuensinya. Sekali kau masuk ke lubangku, jangan pernah berharap bisa keluar lagi," ucapnya datar.Detik kemudian, Damian langsung

  • Merebut Kekasih Ibu Tiriku Untuk Balas Dendam   Bab 7. Sangat Buas

    Sinar mentari pagi menyusup lembut melalui celah tirai, perlahan membangunkan Lily dari tidurnya yang lelap. Ia menggeliat pelan, mencoba meregangkan tubuh yang terasa nyeri dan remuk—bekas dari malam penuh kendali yang dipaksakan oleh Damian."Damian... di mana pria brengsek itu?" gumam Lily. Ia mengedarkan pandangannya ke seluruh kamar itu, tapi nyatanya Damian sudah tidak ada di sana. Yang tersisa hanyalah jejak-jejak semalam dengan aroma menusuk yang menyeruak ke seluruh ruangan."Oh shit... kau sangat buas, Damian." Tubuhnya tiba-tiba mendesir hebat saat kembali mengingat permainan mereka semalam. Permainan yang sebelumnya tidak pernah Lily bayangkan, tapi ia sukses membuat sosok Damian Richi melolong sepanjang malam.Lily bangkit dari tempat tidur yang tak berbentuk lagi. Langkah kakinya yang ia paksakan membawanya menuju pintu masuk kamar itu.Namun, tiba-tiba kening Lily mengerut."Heh... kenapa pintunya terkunci?" gumamnya curiga. Tangannya tak henti memutar kenop, menarik,

続きを読む
無料で面白い小説を探して読んでみましょう
GoodNovel アプリで人気小説に無料で!お好きな本をダウンロードして、いつでもどこでも読みましょう!
アプリで無料で本を読む
コードをスキャンしてアプリで読む
DMCA.com Protection Status