Share

Perangkap Miranda

Penulis: icher
last update Terakhir Diperbarui: 2022-08-30 15:24:20

Roy sedang duduk di kursi kebesarannya dengan sebuah ponsel di tangannya. Pikirannya melayang jauh meninggalkan tubuhnya yang sedang duduk di sana. Roy kembali pada pertemuannya dengan Miranda di lorong toilet saat ia meminta izin pada Lisa untuk ke toilet pada acara peresmian pembukaan cabang restoran baru Lisa tadi. Roy sama sekali tidak menyangka bahwa saat ia keluar dari toilet, Miranda sudah berada di depan pintu dan mendorong tubuhnya ke dalam toilet lagi. Untung saja tidak ada orang lain di dalam toilet laki-laki pada saat itu. Jika tidak, bisa saja hubungannya dengan Lisa berada dalam masalah.

“Roy, aku sudah lama menunggumu ke luar,” ucap Miranda yang mana tubuhnya sudah melekat sempurna pada tubuh Roy saat itu.

“Miranda! Apa yang kau lakukan? Cepat keluar sebelum ada yang masuk dan melihat kita!” titah Roy dengan ekspresi dingin dan suara tegas yang menakutkan.

Namun, Miranda sama sekali tidak gentar mendengar titah Roy itu. Ia justru semakin merapatkan tubuhnya pada Roy sehingga buah dada Miranda yang sangat besar itu menempel keras pada dada Roy. Belum lagi batang kemaluan Roy yang entah mengapa bisa on saat menempel pada bagian bawah tubuh Miranda itu membuat Roy menjadi sedikit grogi. Miranda menyadari perubahan sikap Roy karena tahu perubahan sudah terjadi di bawah sana, di balik resleting celana yang dikenakan oleh Roy. Dengan penuh kelembutan dan tatapan genit, tangan Miranda meraba keperkasaan Roy dari balik celana.

Tidak pernah sebelumnya Roy merasakan getaran hebat seperti saat Miranda menyentuh aset berharganya itu. Bahkan saat Lisa menyentuh dan memainkannya pun, rasanya tidak sama seperti ini. meski Roy adalah lelaki yang setia dan mencintai istrinya, menghadapi situasi seperti ini pun berhasil membuatnya merasa bimbang dan kalut. Pasalnya, dalam benak Roy ingin sekali mengeluarkan kemaluannya dan meminta Miranda untuk menjilati dan mengulumnya. Atau mungkin Roy bisa memasukkannya ke dalam liang kenikmatan Miranda. Namun, hati kecilnya berkata bahwa itu adalah perbuatan salah.

Apalagi, Miranda adalah sahabat Lisa selama bertahun-tahun yang juga sudah sangat dikenal oleh Roy. Selama ini, Miranda tidak pernah menunjukkan gelagat aneh atau tanda-tanda tertarik pada Roy. Itu sebabnya Roy sedikit syok saat tiba-tiba Miranda bersikap seperti ini padanya.

“Roy … aku sangat menginginkanmu sejak lama. Apa kau tidak berminat untuk mencoba tubuhku? Aku pasti akan melayanimu dengan sangat baik dan memberikanmu kepuasan yang tak pernah kau dapatkan dari Lisa,” ujar Miranda dengan penuh rasa percaya diri.

Kemudian ia mengecup lembut bibir Roy dan herannya Roy sama sekali tidak menghindar dan tidak berusaha untuk menolak. Bahkan, ingin rasanya Roy menyambar bibir basah dan manis milik Miranda itu dan melumatnya dengan buas. Sungguh keinginan yang sangat manusiawi dan pasti terjadi pada laki-laki normal seperti Roy. Namun, lagi-lagi Roy masih berusaha untuk mempertahankan kewarasannya dengan mengalihkan pikirannya pada siapa dirinya dan siapa diri Miranda.

“Pergi lah sebelum aku membuatmu malu di sini. Kau hanya akan mempermalukan dirimu sendiri dengan bersikap seperti ini, Miranda. Aku tidak menyangka kau akan serendah ini!”

“Kau tidak akan pernah tahu, Roy, aku bahkan rela menjadi lebih rendah dari ini asal kau mau mencoba pelayanan yang akan aku berikan.”

“Kau gila, Miranda!”

“Aku memang sudah gila, Roy. Aku gila karna sudah bertahun-tahun berusaha memendam perasaanku padamu. Aku sudah mencoba untuk mengabaikannya, akan tetapi perasaan itu semakin hari semakin kuat dan tak tertahankan. Salahkah aku jika aku mencintai dan menginginkanmu? Kau suami sahabatku dan tentu itu akan sangat salah di mata semua orang. Namun, cinta tentu tak pernah salah dan tak bisa pula disalahkan,” ungkap Miranda dengan mata sayu menatap lekat pada kedua bola mata Roy.

Drrttt … drrttt ….

Suara getaran ponsel yang tadi diletakkan Roy di atas meja membuat kilas balik tentang kejadian dalam bilik toilet itu menjadi buyar. Roy menatap layar ponselnya dan di sana ada nama Miranda yang sedang ingin melakukan video call dengannya. Sejenak Roy ragu untuk menggeser layar untuk mengangkat panggilan itu. Meski sebelumnya mereka sudah biasa melakukan panggilan video seperti itu, tentu saja biasanya ada Lisa bersama mereka. Namun, saat ini hanya aka nada Miranda dan Roy. Terlebih lagi mengingat kejadian yang baru saja terjadi antara mereka tadi.

Roy masih terus mengabaikan panggilan video dari Miranda sampai beberapa kali dan akhirnya ia menyerah. Roy menggeser layar yang memiliki gambar telepon berwarna hijau itu ke atas dan panggilan langsung terhubung. Di seberang sana, terlihat Miranda sedang berbaring di atas ranjang beralaskan seprai berwarna putih. Jika dilihat sekilas, Roy sangat yakin jika saat ini Miranda sedang berada di sebuah kamar hotel. Hidup sendirian tanpa pasangan, tentu saja membuat Miranda bebas melakukan hal apa saja yang diinginkannya. Roy sudah sangat tahu segalanya tentang wanita itu karena Lisa selalu saja bercerita segalanya pada Roy. Tentu saja selain perasaan Miranda padanya yang belum lama ini diutarakan oleh wanita itu.

“Roy, kemari lah. Aku meningingkanmu, Sayang. Kau akan mendapatkan kepuasan yang sudah lama tidak kau dapatkan dari Lisa. Jika kau tidak puas dengan pelayananku, maka aku akan memberitahumu satu rahasia besar tentang Lisa,” ucap Miranda penuh dengan misteri dan membuat kening Roy mengernyit heran.

“Rahasia besar tentang Lisa?” tanya Roy yang tak bisa menyembunyikan rasa penasarannya lagi.

“Ya. rahasia yang tidak pernah kau ketahui selama ini, Roy. Dan untuk mendapatkan rahasia itu, kau harus datang ke sini dan bersedia untuk menerima pelayanan terbaik dariku.”

“Apa kau tidak menginginkan yang lain sebagai bayarannya? Aku bisa memberikanmu apa saja selain itu, Mira. Kau tahu, aku sangat mencintai dan menjaga kepercayaan Lisa. Aku tidak ingin mengkhianati istriku!” tolak Roy dengan suara yang sengaja dikecilkan karena tidak ingin ada yang mendengar ucapannya itu.

“Tenang saja, Roy. Lisa tidak akan tahu tentang semua hal ini. Bahkan, jika kau ingin tahu lebih banyak tentang Lisa, aku bisa memberitahumu semuanya. Semuanya, Roy!” Miranda memberikan penawaran yang menurut Roy sangat berat.

Berat karena ia harus mau dilayani dan digerayangi oleh Miranda, yang entah sejak kapan Roy bisa merasakan sedikit bergairah dengan wanita itu. Hanya dengan memandang Miranda dari layar ponsel saja, Roy seperti sudah berangan-angan bisa menunggangi Miranda dan membuat wanita itu mendesah kenikmatan di bawah kendalinya. Roy ingin sekali mendengar erangan penuh kenikmatan dari mulut Miranda yang selama ini ia kenal sebagai sahabat Lisa yang sangat baik, kalem, lembut, dan tidak pernah melakukan hal-hal aneh seperti merokok atau minum minuman keras.

“Roy, kesempatanmu hanya satu kali dan kau tidak akan menerimanya lagi setelah kau menolakku kali ini,” ucap Miranda menegaskan.

“Kirim lokasimu saat ini dan nomor kamarmu!” titah Roy dengan suara bass-nya yang khas.

Di seberang sana, Miranda menyunggingkan senyum penuh kemenangan dan rasa tak percaya yang sangat sulit ia ungkapkan meski sedari tadi ucapan itu sangat ia harapkan keluar dari mulut Roy. “Baik, Sayang. aku akan menunggumu,” ucap Miranda dan langsung mematikan panggilan video itu. Setelahnya, Miranda mengirimkan lokasi terkininya pada Roy lengkap dengan nomor kamar hotel tempatnya berada saat ini. Miranda merasa sangat puas karena akhirnya Roy masuk ke dalam perangkapnya dan tak akan ia biarkan Roy lepas dari genggamannya. Miranda memiliki maksud lain selama ini dan diam-diam sudah merencanakan semua ini di belakang Lisa.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Bar Bara
bagus ceritanya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Merebut Suami Sahabatku   Happy Ending

    “Mami ….”Suara igauan dari Ane menyadarakan Lukman pada khayalannya tentang Lisa. Ia tidak tahu apakah Lita marah dan tersinggung pada ucapannya tadi atau tidak.“Maaf. Aku … aku tiba-tiba teringat istriku,” ucap Lukman penuh nada sesal.“I-iya. Nggak apa-apa. Makasih udah anterin aku sampai depan hotel. Kalau gitu aku permisi.” Lita menjawab dengan sedikit gugup juga.“Sama-sama. Btw, apa kamu jadi test DNA besok?” tanya Lukman sebelum Lita benar-benar turun dari dalam mobilnya.“Jadi. Aku juga penasaran dengan kebenarang itu. Setidaknya, dengan hasil test DNA itu nanti semuanya akan sangat jelas. Iya atau tidaknya informasi yang aku kantongi saat ini.”“Kamu benar. Yang penting semuanya diperiksa dulu, kan?”“Iya. Tapi ….”“Tapi apa?”“Aku kan baru di kota ini. Jadi … aku nggak tau ke mana harus pergi untuk melakukan test itu nanti. Eh, bukannya kamu dokter? Tadi, anak kembarmu itu bilang gitu. Gimana kalau di rumah sakit tempat kamu kerja aja?” tanya Lita kemudian dengan suara yan

  • Merebut Suami Sahabatku   Mami Kedua

    Lita masih tertegun tidak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar dari mulut anak seusia Ane. Anak itu terdengar sangat dewasa dan pembawannya juga tenang ketika mengatakan semua itu. Bahkan, Lita menjadi ragu bahwa ia adalah anak yang baru berusia sekita enam atau tujuh tahunan.“Maafkan anakku, Nona. Dia masih anak-anak dan nggak ngerti dengan apa yang baru aja dia katakan,” ucap Lukman segera ketika melihat perubahan pada raut wajah Lita.Ia mengira mungkin saja Lita tersinggung dengan ucapan bocah itu. Karena tentu saja, itu adalah hal yang seharusnya diucapkan oleh orang dewasa dan makna dari kalimat itu tentu sangat besar. Tidak main-main tentunya.“Nggak masalah. Aku nggak apa-apa dengan hal itu. Tapi … apa yang membuat Lisa bisa meninggal secepat ini? Aku nggak memiliki Riwayat penyakit dalam yang parah, seharusnya Lisa juga gitu. Karena dia adalah kembaranku. Setidaknya, itu yang aku dengar dan ketahui tentang hubungan kami yang bahkan belum pernah bertemu satu sama yang

  • Merebut Suami Sahabatku   Pertemuan Dengan Lita

    Lukman tidak dapat mempercayai penglihatannya saat ini. Di depannya jelas ada wanita yang tampak sangat mirip dengan Lisa – istri tercinta yang sudah tiada dan bahkan sekarang ia dan ketiga anaknya sedang berada di makam Lisa.“Papi … itu bukannya Mami?” tanya Ane dengan suara nyaring pada Lukman dan tak lupa telunjuknya menunjuk kepada wanita itu.“Sayang … jangan asal bicara. Nanti tantenya tersinggung,” gumam Lukman dengan suara yang sedikit ia keraskan agar Ane bisa mendengarnya dengan jelas.“Iya. Meski pun memang mirip, aku rasa dia bukan Mami. Mami jelas udah ada di syurga saat ini,” sela Andi pula dengan pemikirannya yang bak orang dewasa.“Aku setuju dengan Andi. Mereka hanya mirip dan memang di dunia ada tujuh orang yang saling mirip satu sama yang lainnya bukan?” Ana pun ikut menimpali percakapan itu.Sementara, wanita yang sedang mereka bicarakan sudah berada di depan makam Lisa dan menatap ketiga anak Lukman itu dengan senyum yang mengambang. Ia tampak menyukai anak-anak

  • Merebut Suami Sahabatku   Lisa?

    Lukman membawa ketiga bayi besarnya itu menuju ke sebuah pemakaman elite yang terlihat sangat indah dan rapi tentunya. Di sana adalah makam Lisa yang sudah meninggalkan dirinya lima tahun yang lalu. Lukman tidak pernah merasa kesepian karena Lisa sudah meninggalkan ketiga anak bayi besar itu untuk ia rawat, jaga, dan sayangi sepanjang hidupnya.Ana, Ane, dan Andi tampak sibuk dengan dunia mereka masing-masing. Andi duduk di kursi penumpang di sebelah kemudi Lukman. Sementara Ana dan Ane duduk di kursi belakang yang sedang asik dengan tablet mereka masing-masing.“Apa yang sedang kalian lakukan? Main game?” tanya Lukman dan melirik kedua gadisnya itu melalui kaca tengah.“Bukan, Pi. Aku sedang melihat style penyanyi luar negeri ini, yang terbaru. Aku mau melukisnya nanti." Ana menyahut dan menampilkan layar tabletnya ke arah Lukman dan tentu saja tidak dapat diliat dengan jelas oleh lelaki itu.“Bagus banget, Sayang. Kamu mau jadi desaigner, ya?” tanya Lukman lagi kepada Ana dengan nad

  • Merebut Suami Sahabatku   Ana, Ane, Andi

    Lima tahun setelah kepergian Lisa ….“Papi … Ane mana?” Sebuah suara bocah terdengar memanggil ke arah Lukman.“Papi nggak tau, Sayang. Tadi ada di sini. Kenapa?” sahut Lukman pada gadis kecil berusia enam tahun itu.“Dia pinjam buku cerita aku, tapi robek. Liat nih!” jawab gadis bernama Ana itu dengan menunjukkan sebuah buku dongeng yang sampulnya sudah robek setengah kepada Lukman.Lukman menghela napasnya dengan berat. Ia tahu bahwa Ane tidak akan pernah bisa menjaga barangnya dengan baik. Berbeda memang dengan Ana yang selalu perfect dalam segala hal. Meski pun mereka masih terbilang sangat kecil, Ana sudah memperlihatkan sisi kedewasaannya pada saudaranya yang lain.Ia selalu menjadi yang paling unggul di antara kedua saudara kembarnya yang lain. Ana selalu sempurna dalam segala hal dan tidak suka ada kesalahan atau kekurangan sedikit pun pada benda-benda yang dimilikinya. Namun, Ane yang selalu menjadi biang rusuh akan selalu merusak segalanya dan membuat Ana marah.“Nanti Papi

  • Merebut Suami Sahabatku   Dua Tahun Berlalu

    Dua tahun sudah berlalu sejak pernikahan Lisa dan Lukman. Kini mereka sudah tinggal di sebuah rumah yang sederhana tetapi punya lahan yang cukup luas. Ketika membuka jendela kamar, maka hamparan laut biru membentang di pelupuk mata. Lisa selalu suka memandang ke luar jendelanya baik di pagi hari, siang, sore, apalagi malam hari. Sementara Lukman membuka sebuah klinik Kesehatan yang selalu ramai dikunjungi pasien. Meski pun ia tidak pernah menetapkan harga untuk biaya pengobatannya, Lukman sudah cukup merasa bahagia dengan kehidupannya sekarang. Baginya, asalkan Lisa bisa bahagia maka dia juga akan merasa bahagia untuk hal itu. Siang ini, tumben sekali tidak ada pasien yang datang berkunjung ke kliniknya itu. Jadi, Lukman memutuskan untuk segera pulang dan makan masakan istri tercinta. Sudah lama sejak mereka makan siang bersama di rumah bersama tiga orang anak yang berusia sama. Mereka seperti kembar tiga yang selalu ada di mana pun Lisa berada. “Sayang … di mana Ane, Ana, dan Andi?

  • Merebut Suami Sahabatku   Ciuman Panas Pagi Hari

    “Aku tau kalau kamu terlalu banyak pikiran akhir-akhir ini, sampai kamu lupa kalau hari ini ulang tahunmu. Iya kan?” tanya Lukman dengan serius.“Hmm … sepertinya gitu. Aku benar-benar lupa kalau hari ini ulang tahunku. Kamu malah ingat dan kasih aku kejutan seperti ini. Makasih banyak, Sayang. Aku percaya kamu selalu memberikan aku kebahagiaan tak terbatas,” jawab Lisa dengan mata berkaca-kaca dan memandang lekat pada bola mata Lukman.“Aku nggak bisa menjanjikan apa pun untuk kamu. Tapi … aku bisa pastikan selama aku bisa maka aku akan memberikan segala yang terbaik untuk kamu dan kebahagiaan kamu,” ungkap Lukman sekali lagi dan membuat hati Lisa merasa tenang.“Makasih, Sayang. Akhirnya aku benar-benar bisa hidup dengan bahagia.”“Memangnya, siapa yang bilang kalau kamu nggak bisa hidup bahagia?”“Nggak ada. Itu cuma ketakutan yang sempat mengisi hati dan pikiranku dulu,” jawab Lisa dan tersenyum tipis.“Sekarang, nggak ada lagi yang harus kamu takutkan. Selama ada aku, semuanya ak

  • Merebut Suami Sahabatku   Kejutan

    “Siapa yang datang jam segini?” tanya Lukman dan merasa heran.“Mana aku tau, Sayang. Kamu yang buka atau aku?” Lisa menaikkan bahunya lalu bertanya juga pada Lukman.“Aku aja. Kamu di sini aja, ya. Siapa tau itu mantan mertua kamu yang dalam incaran polisi,” jawab Lukman dan mulai waspada.“Apa aku telpon 116 aja sekarang?”“Jangan dulu. Kita nggak tau siapa yang berdiri di depan pintu saat ini. Jangan gegabah, Sayang.”Lukman berkata kepada Lisa karena sebenarnya sejak tadi dia juga merasa tidak nyaman dan seperti ada hal besar yang akan terjadi. Namun, karena tidak ingin membuat Lisa merasa khawatir, tentu saja Lukman tidak menyampaikan hal itu kepada sang istrinya. Apalagi Lisa sedang dalam masa pemulihannya. Hal-hal tidak penting seperti itu hanya akan memperburuk kesehatannya lagi.Lisa memperhatikan Lukman yang berjalah keluar dari kamar dan berharap semoga yang datang bukan lah orang jahat. Ia mengikuti perintah Lukman dan tetap berdiri di dalam kamar mereka dengan menahan ras

  • Merebut Suami Sahabatku   Saling Melengkapi

    Tiga hari lamanya Lisa dirawat secara insentif di rumah sakit hingga akhirnya diperbolehkan untuk pulang dan bisa melakukan pengobatan dengan rawat jalan saja. Hal itu dikarenakan kondisi Lisa yang memang benar-benar sudah memungkinkan dan mengalami kemajuan yang sangat pesat pasca perawatan di rumah sakit besar itu.Lukman membawa Lisa pulang ke apartemennya dan mereka merasa sangat lega karena akhirnya bisa kembali pulang. Hal itu juga membuat keluarga Lukman yang sudah pulang ke negaranya menjadi sangat senang. Mereka mengatakan sangat menyesal tidak bisa menemani Lisa sampai Lisa diperbolehkan untuk pulang.“Sayang … makasih kamu udah rawat aku selama aku sakit,” ucap Lisa sungguh-sungguh dengan menggenggam tangan Lukman dengan erat.“Jangan bilang makasih, dong Sayang. Itu memang udah jadi tanggung jawab aku sebagai suami kamu,” balas Lukman dengan tatapan mesra dan juga melempar senyum pada Lisa.“Kamu adalah pria terhebat dan juga suami terbaik di dunia,” ungkap Lisa dan langsu

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status