Indah memuji kecantikan Sandrina, lalu mengumpat Bastian yang tak bersyukur memiliki istri secantik ini. Saat Bastian masuk, pria itu langsung di semprot istri Agam. Niat hati ingin mengajak Sandrina pulang, malah kena ceramah dari Indah.“Kalau istrimu di gondol laki lain mau, cantik kaya gini kok ya kamu enggak menjaga,” ujar Indah kesal.“Duh, kamu ngomong apa San sama Mbak Indah, kok dia ngamuk?” tanya Bastian.“Istrimu enggak ngomong apa-apa, aku saja kesal sama kamu,” ujar Indah.Agam merangkul sang istri agar emosinya mereda, Bastian sudah berubah dan tak seperti yang dikatakan Indah. Hanya saja butuh waktu untuk memutuskan Alika karena tidak akan mudah melakukan hal itu. Apalagi Alika membuat Alika yakin untuk meninggalkan Bastian.“Ma, jangan marah-marah mereka sudah baikan, Bastian juga lagi belajar jadi suami. Masalah kekasihnya, akan diurusnya,” bisik Agam.Bastian merangkul Sandrina dan pamit pada Agna dan Indah. Sudah larut malam mereka pamit untuk pulang karena besok ma
“Bukan aku yang memanggilnya ke sini, tapi dia datang tanpa aku undang. Sayang, percaya sama aku,” ujar Bastian.Sandrina masih bergeming, entah ia harus percaya atau tidak dengan suaminya. Baru saja ia memulai untuk memahami dirinya, tapi kembali kecewa oleh kedatangan Alika yang membuat ia kembali sakit hati.Bastian terus memandang sang istri, ia berharap tak ada hal yang di pikirkan Sandrina. Ini murni kebetulan yang tidak ia tahu. Apa lagi yang harus ditakutkan jika dirinya tidak bersalah, apalagi Alika bukan ia yang menghubungi.“Sama saja, kan kamu dengan dia bertemu?” Sandrina menjawab ketus.“Beda, dia dari kemarin-kemarin menelepon aku. Enggak aku angkat karena aku memilih bersama kamu.” Bastian kembali memberi penjelasan.Sandrina tak begitu saja percaya, jika benar Bastian serius dengannya, harusnya ia sudah mengatakan pada kekasihnya jika tak usah menghubunginya lagi. Tapi, ini berbeda, malah Alika datang menemuinya di kantor.“Kalau kamu memilih bersama aku, kenapa dia m
Tangis Anita tak henti sampai di pemakaman, ia tidak tahu harus menjalani hidup tanpa sang ayah atau tidak karena selama ini, ia begitu dekat dengannya. Ferdi yang kini sudah menjadi suaminya terus menuntun sang istri agar tak goyah. Akan tetapi, Anita pingsan karena sudah tak tahan dengan perasaannya yang kian sesak.“Bantu, itu pingsan.” Terdengar salah satu dari pelayat bicara.Ferdi langsung membopong Anita ke mobil. Wajahnya pucat begitu jelas, sedangkan sang ibu terlihat lebih tegar menghadapi kepergian sang suami. Ibunya Anita memnerikan minyak angin agar Ferdi mengoleskan sedikit di hidung Anita.“Nit, bangun. Kamu harus kuat,” bisik Ferdi.Anita belum juga sadar, Ferdi kembali mengelus rambut sang istri. Ia merasakan juga apa yang dirasakan Anita. Kehilangan yang begitu memukul hatinya, harusnya hari bahagia itu membuat mereka bersuka cita, tapi malah berduka. Namun, keinginan sang ayah pun terpenuhi melihat anaknya menikah di hadapannya.Alika mendapat kabar dari Bastian, ia
Dengan susah payah Dimas membawa masuk Alika ke rumah wanita itu setelah menguras tenaga membawanya dalam keadaan sedikit mabuk. Hampir saja mereka menabrak, untung saja Dimas menghindar.“Bas, Bastian kamu mau ke mana?”Dimas kembali pusing dengan ulah Alika, untung saja ia tidak terlalu banyak minum. Akan tetapi, rasa pening pun membuat kepalanya sakit. Pria itu merogoh tas Alika mencari kunci rumahnya. Untung saja wanita itu menyimpannya tak terlalu dalam hingga memudahkan Dimas untuk mencarinya.Sudah terlalu malam, Dimas pun semakin kewalahan saat memegangi tubuh Alika dan mencoba membuka kunci.“Shit.” Dimas kesal karena Alika pun tak bisa diam. Wanita itu malah mencoba menciumi pipi Dimas hingga membuat pria itu sedikit bergidik. Dimas berhasil membuka pintu, ia mencabut kunci rumah dan mencoba membawa Alika masuk.Dimas berniat langsung menaruhnya di kamar. Alika melangkah gontai dan menjatuhkan tubuhnya di kasur. Dimas menghela napas karena ia sangat lelah membawa Alika deng
Alika terkesiap saat melihat Dimas tertidur di sampingnya. Ia pun langsung syok saat melihat tubuhnya penuh dengan tanda merah juga tak berpakaian sehelai pun. Sama halnya dengan Dimas. Pria itu masih tertidur nyenyak setelah semalaman memadu kasih dengan Alika.Alika langsung beranjak ke kamar mandi dan mengambil beberapa baju untuk di pakainya. Ia menatap diri di cermin, lalu menutup wajah membayangkan apa yang ia lakukan dengan Dimas malam tadi.Seingatnya, semalam ia memang mencoba alkohol. Akan tetapi, tidak merasa banyak.“Shit! Kenapa bisa aku bersama Dimas.”Alika mengguyur sekujur tubuhnya, ia merasa sakit di bagian kemaluannya. Sepertinya mereka melakukannya berulang kali hingga terasa nyeri sekujur tubuh. Alika kembali berpikir bagaimana bisa ia tidur dengan Dimas?Alika ke luar kamar mandi, Dimas sudah bangun dan masih merasa pusing. Ia baru saja mengambil baju dan akan memakainya.“Pakai bajumu, aku enggak suka melihat pria dengan tak memakai baju,” ujar Alika.“Tolong am
Banyak pekerjaan hari ini membuat Bastian tak fokus pada sang istri. Sandrina kali ini terkena Omelan karena datang terlambat. HRD pun mengingatkan memang dirinya sudah mengajukan pengunduran diri, tapi tidak harus datang telat. “Apes kamu?” tanya Lastri. “Ya, memang salah aku, sih. Terima aja.”Sandrina sebenarnya marah pada Bastian yang telah membuatnya telat. Akan tetapi, ia tak bisa langsung mengatakan kalau yang membuat dirinya telat datang karena ulah bos besar di kantor itu. Pesan masuk dari Sandrina pun belum juga di bacanya, karena Bastian banyak menunda pekerjaan jadi ia terlalu sibuk. Bastian terlihat ke luar ruangan, Sandrina ingin menyapanya, tapi pria itu melangkah sangat cepat bersama dengan Agam. Malam tadi Bastian mengatakan akan ada urusan bersama dengan sahabat lamanya. Sandrina kembali duduk dan menatap punggung sang suami dari kejauhan. Sebuah notip pesan membuat Sandrina tersenyum lagi.Mas Bastian : Maaf aku sibuk, Sayang. Insyaallah malam aku peluk kamu. Ak
Terpaksa hanya Ferdi dan Anita yang datang ke rumah sakit untuk melihat kondisi Bastian. Sementara, sang ibu menunggu Sandrina yang tergolek lemah dan tidak mungkin untuk datang ke tempat itu melihat kondisi sang suami.Sampai di ruang UDG, Dokter langsung menemui Ferdi. Luka yang dialami Bastian tidak terlalu parah, hanya benturan di kepala yang membuat Bastian mengalami pendarahan. Sementara, Alika pun hanya mengalami luka ringan dan syok.Anita dan Ferdi menemui Alika yang sudah sadar. Ia berada di ruang inap di temani oleh sang ibu. Namun, wanita tua itu tidak lama dan langsung pulang sesaat Anita dan Ferdi datang.Sementara, Bastian belum sadar sampai sekarang. Kata Dokter, jika dalam beberapa jam tidak sadar, ada kemungkinan Bastian mengalami koma.“Kenapa kamu bisa bersama Bastian?” tanya Ferdi menyelidik.Alika membuang muka, entah kenapa dirinya harus di persalahkan saat ini. Ia benci tatapan Ferdi dan Anita seolah-olah menyaksikan dirinya atas kejadian yang menimpa mereka.“
“Mana Alika, bagaimana kondisinya?” Suara Bastian terdengar hingga ke telinga Alika yang menguping di ambang pintu.Alika menerobos pintu dan berhasil masuk. Ia menghampiri Bastian, menatap sang kekasih yang ternyata mencarinya. Ia sedikit bingung, apalagi sebelum kejadian itu mereka bertengkar, Bastian meminta untuk berpisah darinya akan tetapi, kenal bisa kini malah mencari dirinya.“Sayang, ini aku. Aku baik-baik saja,” ujar Alika.Sandrina tak bisa menerima hal itu, ia menarik Alika dari hadapan Bastian. Tidak rela sang suami kini bersama dengan wanita lain, padahal sebelum pergi ia berjanji akan memutuskan hubungan dengan Alika.“Bu, siapa dia, katakan jangan mendekati Alika. Dia kasar sekali,” ujar Bastian.“Aku istri kamu Mas, kamu bilang mau memutuskan Alika dan memulai semuanya denganku.”“Dia bohong, jangan percaya.” Bantah Alika.Bastian memegangi kepalanya, ia berteriak kesakitan hingga membuat Dokter meminta mereka semua ke luar. Bastian mengerang karena mencoba mengingat