Share

Empat

Dimas membuat Ferdi terus berpikir untuk merebut hati Sandrina kali ini. Lagi pula Bastian juga tidak akan marah jika ia mendekati mantan istrinya itu karena sang kakak memiliki kekasih yang sulit ia tinggalkan.

Hal itu mempermudah dirinya untuk kembali mendekati Sandrina karena ternyata dirinya masih sangat mencintai mantan kekasihnya itu. Kesalahannya membuat ia menyesal sekian lama. Meninggalkan Sandrina dan memilih wanita yang jauh berbeda darinya.

Dengan senyum tipis, Ferdi pamit pada Dimas. Ia melambaikan tangan saat sang teman sedang melayani beberapa tamu. Dimas menanggung melihat Ferdi berjalan ke luar kafe.

Sebelum pulang, Ferdi memiliki ide untuk membelikan beberapa barang atau makanan kesukaan Sandrina. Ia masih ingat dengan hal kecil yang menandai kebiasaan mantan kekasihnya.

Ferdi membuka pesan masuk, ternyata sejak tadi sang ibu terus berusaha meneleponnya. Ia menarik napas, tangannya membuka cepat pesan masuk dari ibunya.

[Cepat pulang, ibu mau bicara.]

Pesan singkat itu kembali membuat Ferdi cenat cenut. Saat rahasianya terbongkar, ia memilih kabur dan menghindari banyak pertanyaan dari sang ibu. Namun, pada akhirnya ia pun harus menyerah dengan pesan yang singkat padat dan jelas.

“Agh!” Ferdi bergumam kesal dan langsung melangkah lagi ke mobil, lalu kembali pulang.

Sepanjang perjalanan, Ferdi tak henti memikirkan Sandrina—kakak iparnya. Wajah wanita itu jauh berbeda saat masih bersamanya. Acara pernikahan Bastian awal permulaan mereka dipertemukan kembali. Denyut jantung Ferdi berdetak tak karuan melihat Sandrina begitu cantik dengan kebaya putih yang melekat di tubuhnya.

“Sial!”

Lagi, Ferdi merutuki dirinya sendiri karena kebodohannya kala meninggalkan wanita secantik Sandrina kala itu. Andai saja ia tak terbawa nafsu, mungkin dirinya sudah bersanding dengan sang kekasih. Bukan malah sang kakak yang tak mencintai wanita idamannya.

***

Ferdi masih berdiri mematung di halaman rumah anak kakak. Walau tahu dirinya akan di sidang sang ibu, hal itu tidak menjadi masalah jika ada kesempatan dirinya kembali pada Sandrina.

Melihat Sandrina, ia langsung gegas masuk rumah. Akan tetapi, langkahnya terhenti saat sang ibu berdiri sembari menghalangi Ferdi untuk menghampiri Sandrina.

“Tetap di sini dan dengarkan ibu.”

“Apalagi, Bu? Ibu mau penjelasan tentang aku dan Sandrina?”

“Oh, tidak penting. Ibu hanya mau bicara, jangan mendekati kakak ipar kamu lagi. Jauh-jauh dari Sandrina karena jika kamu terlalu dekat akan membuat Bastian cemburu,” tutur sang ibu.

“Loh, memangnya Bastian suka?”

“Ibu nggak peduli, ya. Awas saja kamu berani mendekati kakak ipar kamu. Salah sendiri, berlian kok kamu buang.”

Ferdi diam mendengar apa yang dikataka sang ibu. Batin seorang ibu memang benar, tahu jika Ferdi ada niat mendekati Sandrina kembali. Cepat-cepat Bu Hana mengultimatum sang anak untuk mencari kebahagiaan sendiri.

Netra Ferdi tak lepas dari Sandrina yang berjalan masuk ke kamar Bastian dengan membawakan minuman. Andai saja ia tak melepaskan wanita itu, mungkin saat ini ia sedang bahagia dengan pernikahannya.

***

Sandrina menaruh secangkir jahe hangat di meja untuk Bastian. Pria itu menoleh, lalu kembali menatap layar laptopnya. Kali ini ia bekerja di rumah karena merasa kurang enak badan.

Sebagai istri yang baik, Sandrina menyediakan jahe hangat untuk sang suami yang sedang tak enak badan.

“Di minum jahenya.” Sandrina masih berdiri di samping Bastian.

“Aku nggak minta itu,” jawab Bastian singkat.

“Memang kamu nggak minta, tapi aku buat untuk kamu. Biar kamu cepat sehat,” jawab Sandrina lagi.

Bastian menatap kesal Sandrina yang sering memaksanya untuk memakan atau meminum apa pun yang dibuatnya. Ia tidak mengerti mengapa sang istri tetap melayaninya walau berulang kali kalimat kasar terlontar dari bibirnya.

“Kamu itu nggak malu, sudah jelas aku menolak kamu. Masih saja kamu seperti ini. Harus bicara seperti apa, sih, biar kamu sadar kalau aku nggak cinta sama kamu!” Bastian tersenyum sinis melihat Sandrina yang kuat berdiri walau baru saja pria itu menolaknya.

“Seribu kali kamu menolak, aku akan tetap bertahan karena kamu suamiku. Jatuh cinta boleh berulang kali, tapi menikah untuk seumur hidup.”

Bastian sedikit terkesiap mendengar ucapan Sandrina. Kuat mental wanita itu menghadapi seorang pria kaku dan dingin seperti Bastian. Walau berat, pria itu meneguk jahe hangat yang tersedia di mejanya. Terlihat Sandrina menyunggingkan senyum melihat sang suami mau meminum jahe hangat buatannya.

“Cepat ke luar, untuk apa masih di sini?” Bastia mengusir Sandrina. Ia tak mau wanita itu berlama-lama di kamarnya.

“Iya, aku akan keluar. Tapi, sebelum itu kami harus mendengarkan aku. Alika atau wanita mana pun tidak akan bisa menggantikan posisi aku di rumah ini sebagai Nyonya rumah. Ingat, itu, Mas.” Sandrina kali ini sangat tepat dalam bersikap.

Bastian tergelak mendengar ucapan dari mulut wanita yang dikira cupu ternyata suhu. Untuk memastikan Sandrina sehat, ia bangkit lalu menempelkan tangannya di dahi. Suhu tubuh normal, tapi bagaimana bisa sikapnya menjadi tegas seperti sekarang.

“Jangan harap!”

“Aku akan buktikan, kamu bisa jatuh cinta sama aku.”

Sandrina begitu percaya diri dengan apa yang dikatakannya. Mengingat pesan ibu mertuanya, berjuang demi apa yang menjadi milik kita dan orang lain tidak bisa merebutnya. Senyum tipis menghiasi bibir Sandrina, tak lama ia beranjak ke luar kamar. Ia berdiri dengan memegangi dada yang sejak tadi terasa berdetak tak karuan.

Napasnya naik turun, ia terus merasa hatinya tak karuan saat bersama dengan Bastian. Apalagi kini ia sedang mengandung anak dari pria dingin itu. Senyumnya tak lepas dari bibir wanita itu, tapi puas begitu saja saat Ferdi kini berada di hadapannya.

Sadrina tidak mau bertegur sapa dengan Ferdi, ia memilih menghindari matan kekasihnya karena muak jika mengingat perbuatannya. Ferdi mengejarnya sampai ke dapur, lalu gegas menghampiri Sandrina.

Sandrina tidak mau memedulikan Ferdi yang sudah ada di sampingnya. Dirinya fokus merapikan dapur dan mencuci piring karena asisten rumah tangga mereka sedang izin ke luar hari itu.

“Sebenci itu kamu sama aku?” tanya Ferdi.

Tangan Sandrina mengelap beberapa meja dan sudut dapur, ia tidak mau menjawab apa pun yang terlontar dari mulut Ferdi.

“San, aku minta maaf. Aku khilaf, semua salahku. Aku akui itu, tapi maafkan aku.” Ferdi kembali mendekat dan berbicara.

Sandrina tersenyum sinis, melihat Ferdi dari dekat pun ia tidak sudi.

“Aku sudah memaafkan kamu, tapi tolong jangan datang dan mendekati aku lagi.”

“Mana bisa aku menjauhi kamu, selama ini aku salah. Aku baru menyadari kalau aku sangat mencinta kamu.”

Hadiah tamparan berhasil membuat Ferdi bergeming.

“Itu hadiah untuk kamu, agar kamu sadar kalau kamu itu laki-laki tidak tahu malu!”

Sandrina segera melangkah meninggalkan Ferdi yang memegangi pipinya yang terasa perih. Namun, bukan hal itu saja yang membuatnya sakit, tapi tamparan Sandrina membuat ia tak terima diperlakukan seperti itu.

“Awas saja kamu, kupastikan kamu akan kembali padaku!”

***

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Tri Wahyuni
dua orang laki2 dn perempuan yg berjanjian akan bikin jatuh cinta lagi pada pasangan dn mantan .
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status