Share

Enam

Bu Hana sudah kembali pulang setelah senang melihat hasil pemeriksaan sang menantu. Rumah itu kembali sepi, hanya tinggal dua orang yang saling diam tanpa kata. Apalagi Bastian yang terlihat jelas tidak mau menunjukkan simpati sama sekali pada Sandrina. Pria itu duduk di balkon sembari menyesap rokok.

Sandrina memperhatikan dari kejauhan karena tidak berani mendekat, ada asap rokok yang bisa merusak dirinya. Apalagi ia sedang hamil, harus menjauhi berbagai hal yang membahayakan.

Sejak pulang dari rumah sakit, Bastian terlihat sangat cemas. Sandrina sebagai seorang istri pun bisa merasakan apa yang sedang dialami Bastian. Pria itu gelisah, dan seperti ada yang membuatnya tidak fokus.

Bastian terbangun dari lamunannya, ia gegas bangkit untuk menemui Alika. Tapi, ia terkesiap melihat Sandrina berdiri tidak jauh dari tempatnya duduk. Merasa diawasi, Bastian menyenggol dengan sengaja hingga Sandrina hampir terjatuh.

“Kamu nggak punya hati, aku sampai hampir jatuh,” ujar Sandrina.

“Apa peduliku? Apa yang terjadi denganmu, bukan urusanku.” Bastian berkata ketus.

“Aku istrimu.”

“Memang, tapi itu hanya sebatas ucapan saat ijab kabul, ingat, aku tidak pernah mau menikah dengan kamu kalau bukan karena wasiat.” Lagi, ucapan Bastian membuat luka di hati Sandrina.

Akan tetapi, demi bersabar meluluhkan hati sang suami, Sandrina rela menerima cercaan demi cercaan dari mulut pedas Bastian. Ia selalu mengingat pesan ibu mertuanya, kita sabar saja, semua pasti akan kembali pada tempatnya. Termaksud, Bastian yang akan kembali ke rumah yang semestinya.

“Iya, karena wasiat. Tapi, apa wanita lain itu bisa menerima kondisi kamu dalam kemiskinan? Bisa?” Sandrina memberanikan diri untuk mengatakan hal yang sangat berat baginya.

Menurut perjanjian dalam wasiat itu, Bastian harus menikah dengan Sandrina. Apa pun yang terjadi, jika Bastian menceraikan sang istri, maka harta akan jatuh ke tangan Sandrina.

“Siap hidup menggembel, Tuan Bastian?”

Sebelumnya Sandrina tidak pernah melawan, tapi setelah tahu suaminya berhubungan dengan wanita lain, ia akan membuat suaminya menyesal. Ia akan berusaha untuk merebut hati sang suami.

“Kamu mengancam aku?”  Bastian meninggikan suara.

 Sandrina takut melihat Bastian meninggikan suaranya. Namun, demi membuat Bastian percaya jika dirinya tidak bisa dianggap remeh, Sandrina berusaha untuk kuat dan merebut hati Bastian.

“Aku tidak mengancam kamu, aku sudah siapkan makan malam. Lebih baik kita makan,” ujar Sandrina mengalihkan pembicaraan.

“Aku nggak lapar,” ujar Bastian.

Sandrina tidak mau kalah, ia menarik Bastian ke meja makan, tapi pria itu menolak dan tanpa sengaja mendorong tubuh Sandrina hingga terjatuh di lantai.

“Aduh,” rintih Sandrina.

Bastian cemas melihat Sandrina yang terjatuh di lantai. Akan tetapi, ia gengsi untuk menolong sang istri. Ia masih bergeming melihat sang istri merintih kesakitan.

“Jangan manja, bangun saja sendiri.”

Sandrina berusaha bangkit, tapi ia tak kuat karena merasa nyeri di bagian perut bawah. Ia terus memohon agar Bastian mau membantunya, tapi pria itu malah bersikap acuh.

“Aku bukannya manja, tapi aku nggak bisa bangun. Mas, tolong aku,” pinta Sandrina memohon.

Bastian tidak peduli pada sang istri, ia malah pergi masuk kamarnya. Sementara, Sandrina masih tertatih untuk menjangkau sofa.

“Memang tidak punya hati nurani.” Sandrina bergumam sendiri.

Sandrina sudah berhasil duduk di sofa, ia mengelus-elus perut yang terasa sakit. Bastian memang sangat kejam, ia tega membiarkan sang istri yang sedang kesakitan.

***

Ferdi kembali galau di kafe Dimas, ia memesan beberapa minuman yang ia minum sendiri. Penolakan Sandrina membuat dirinya kacau, ia pikir mantan kekasihnya itu akan kembali padanya. Namun, tanpa di duga, ia mendapat penolakan sangat keras. Apalagi tamparan yang mengenai pipinya malam itu.

“Sudah coba jadi pebinor?” tanya Dimas asal.

“Saran lu sesat,” ujar Ferdi.

“Lu di tolak?”

“Nggak harus gua jelasin, kan?”

Dimas tertawa, lalu duduk di samping Ferdi. Melihat temannya galau, ia hanya terkekeh karena selama ini Ferdi tak pernah gagal dalam percintaan. Malah ia mematahkan hati Sandrina dulu.

“Gua kenali cewek lain aja, mau? Dokter cantik,” ujar Dimas.

Ferdi tidak menggubris ucapan Dimas. Ia kini terus memandang foto Sandrina di ponselnya. Andai saja ia tak menyia-nyiakan sang kekasih, tentunya ia tak akan selalu ini.

“Kayanya gua mau minta Bastian menyerahkan Sandrina buat gua. Dari pada dia dianggurin.”

“Loh, kata lu dia lagi hamil, kalau nggak cinta, bagaimana bisa hamil?”

Sepertinya sangat jelas, Ferdi pernah mendengar kalau sang kakak tidak menyukai Sandrina. Apa mungkin dia sudah berubah pikiran dan mulai menerima Sandrina menjadi istrinya?

Ferdi terus memutar otak, yang ia pikir sang kakak masih menjalin hubungan dengan kekasih gelapnya. Ferdi beranjak dari tempat duduk, ia gegas menemui sang kakak untuk membicarakan hal penting.

“Mau ke mana?” tanya Dimas.

“Minta Bastian menyerahkan Sandrina. Dari pada di sia-siakan.”

Dimas menahan tangan sang sahabat. Ia tidak mau Ferdi bersikap gegabah dalam mengambil keputusan yang salah. Apalagi Sandrina akan semakin membencinya.

“Jangan gegabah, pakai cara pintar, Bro. Cara halus.”

“Gua harus bagaimana?”

Dimas meminta Ferdi mendekat, pemilik kafe itu membisikkan sesuatu. Ferdi hanya menganggukkan kepala. Ia tak mau melihat sang teman galau, sepertinya itu pun tidak membantu banyak.

“Susah, Bro.”

Ferdi seperti menyerah dengan keadaan. Untuk menggapai cinta Sandrina begitu sulit baginya. Ia harus berusaha demi cintanya, maka dari itu ia harus berusaha dengan cara yang diajarkan Dimas.

"Redup."

Dimas menoleh saat mendengar ada yang memanggilnya. Pria itu menoleh, ternyata ada wanita cantik yang menunggunya. Ferdi melihatnya dengan netra menyipit, seperti mengenalnya, tapi lupa di mana. Wanita itu berjalan mendekati meja Dimas dan Ferdi.

“Alika, wah kebetulan kamu datang,” ujar Dimas.

“Alika?”

Nama itu tidak asing, ia pernah melihat wanita di hadapannya bersama Bastian. Ferdi Kembali Berpikir apa wanita itu adalah kekasih sang kakak yang membuat Bastian berpaling dari Sandrina? Ini sangat kebetulan.

***

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status