Setelah perjalanan hampir dua hari, akhirnya kami sampai juga di tempat tujuan. Ibu dan bapak menyambut kedatangan kami dengan penuh haru. Apalagi saat bertemu Mas Ferdy, bapak dan ibu langsung jatuh cinta dan tak sabar ingin cepat-cepat kembali ngunduh mantu."Ya, sudah. Ndak usah lama-lama lagi, Vir. Secepatnya saja menikah. Ndak baik lho ditunda-tunda, menikah itu kan ibadah. Harus dilakukan secepatnya asalkan sudah siap lahir dan batin," seru bapak antusias saat Mas Ferdy dan Bu Sumi mengutarakan niatnya untuk melamarku menjadi istri dan menantunya.Mendengar ucapan bapak, aku hanya tersipu malu. Sementara Bu Sumi semakin bersemangat untuk cepat-cepat menikahkan kami."Baik, Pak, Bu. Insyaallah selepas dari sini, anak saya akan segera mengurus izin menikah dan surat menyuratnya. Betul kata njenengan berdua, nikah itu memang nggak boleh ditunda-tunda terus, makanya Ferdy, Vira, habis ini kalian cepat urus surat menyurat dan segala sesuatunya ya," ucap Bu Sumi pada kami berdua."Ba
Aku dan Dina terus memperhatikan dua sosok manusia yang sedang berjalan masuk menuju tempat duduk restoran dalam posisi yang begitu dekat.Sesekali jemari tangan Meisya mengait ke jemari lelaki itu. Seperti bukan orang lain lagi. Saudaranya kah, mengingat Meisya masih berstatus istri Mas Alvin? Atau jangan-jangan benar lelaki itu selingkuhan Meisya?Konon, pernikahan Meisya dengan Mas Alvin sendiri adalah pernikahan kelima bagi perempuan itu. Sebelum menikah dengan Mas Alvin, Meisya beberapa kali digosipkan dekat dengan lelaki. Bahkan pada hari pernikahan wanita itu dengan Mas Alvin digelar, tiga orang mantan kekasih yang dekat dengan Meisya sebelum menikah, datang dan sempat mengacaukan suasana pesta.Apakah itu artinya Meisya bukan wanita yang konsisten menjaga kesetiaannya pada suaminya? Entahlah, jujur aku tak akan tertarik untuk tahu soal perempuan itu andai dia bukan istri Mas Alvin, menantu Bu Surti dan adik ipar Mbak Yuni yang notabene adalah mantan mertuaku juga. Wanita yang
"Udahan yuk kita pulang," ujarku pada Dina setelah kami puas mengamati dua sosok manusia yang sekarang tidak lagi kelihatan di depan kami karena sudah masuk ke dalam hotel itu.Melihat gerak-gerik mereka, aku memang merasa yakin jika Meisya dan lelaki yang sedang bersamanya itu adalah pasangan kekasih. Lalu sebenarnya seperti apa hubungan rumah tangganya bersama Mas Alvin sekarang? Jujur aku merasa penasaran."Bentar ah. Aku ada ide. Gimana kalau kita pancing supaya Alvin datang ke sini. Aku kan sama dia berteman di Ig. Aku DM aja dia, gimana?" "Nggak usah ah. Aku nggak mau kita terlibat terlalu jauh urusan mereka. Biarkan aja. Aku yakin, kalau selentingan yang selama ini aku dengar itu betul adanya, Meisya dan Mas Alvin memang tidak akan bertahan lama. Kasian sih sebenernya. Cuma dia emang nggak memikirkan masa depan jadinya ya begini." Aku menghela nafas. Memikirkan keadaan Mas Alvin yang lagi-lagi harus mengalami kepedihan berumah tangga hanya karena ego ibu dan saudaranya, rasany
Aku sedang sibuk memilih-milih perhiasan yang akan digunakan ibu serta Bu Sumi di hari pernikahan nanti bersama Dina saat di tengah keasyikan memilih perhiasan, sebuah suara melengking tiba-tiba menyapa dari belakang."Eh, ada si Vira ... tumben ya setelah sekian lama, akhirnya ketemu juga di sini. Kayaknya walaupun punya perusahaan, duitnya nggak banyak-banyak amat ya, Yun. Jangan-jangan perusahaan yang dia kelola itu perusahaan bodong ya ...?" tawa renyah Bu Surti tiba-tiba mengudara di sekeliling kami diikuti sosok mantan mertua itu yang memeta di depan mata.Penampilan orang kaya baru itu saat ini justru seperti toko emas berjalan, dengan gelang dan cincin besar menghiasi jari-jari tangannya."Iya, biasalah Bu. Orang nggak punya kan memang suka ngelindur. Upload foto rumah dan gedung perusahaan. Padahal paling-paling perusahaan tempat dia kerja jadi karyawan biasa atau jangan-jangan malah jadi cleaning servis. Kasian banget ya, Bu. Mimpi banget pengen jadi orang kaya, sampai rumah
"Baik, Bu Vira, Bu Dina, Bu Surti dan Bu Yuni, kami pamit dulu ya. Mau nerusin belanja lagi. Happy shopping aja, daa ... assalamualaikum ... " Ibu dan Bapak Robert kemudian pamit pergi setelah sejenak berbasa-basi.Aku dan Dina menganggukkan kepala serentak menanggapi basa basi mereka itu, sementara Bu Surti dan Mbak Yuni hanya bisa mengangguk lemah dengan bibir terkatup rapat."Tuh kan, apa kubilang kalian bakal kaget kalau tahu siapa kita sekarang? Untung aja kamu nggak pingsan, Mbak. Kalau pingsan kami juga males nolongin!" ucap Dina sembari tertawa pada duo anak beranak yang hanya bisa tegak mematung di tempatnya itu dengan ekspresi bingung mendapati kenyataan yang mungkin di luar dugaan mereka ini."Oh ya, siap siap aja hidup susah lagi kayak dulu, ya Bu, Mbak Yuni, soalnya belum tentu ke depan, nasib kalian akan baik-baik saja. Oke?" sambung Dina lagi penuh teka-teki."Maksud kamu apa?" Mbak Yuni yang mendengar, bertanya kaget pada Dina. Namun, sebelum Dina membocorkan rahasia
"Rudi, dia istriku! Apanya yang tidak salah kalau kalian jalan berdua di belakangku? Aku bahkan sudah mendapat informasi kalau kalian juga sudah sering menginap di hotel berdua! Menurut kamu itu tidak salah? Apa kamu sudah gila, menganggap selingkuh dengan istri orang itu tidak salah?!" Mas Alvin menggeram, menggertakkan giginya hingga berbunyi gemeletuk.Di depannya, laki-laki yang dipanggil Rudi menyeringai lebar mendengar ucapannya."Ya, aku memang sudah sering tidur bersama istrimu di h*tel dan itu kami lakukan atas dasar suka sama suka! Makanya aku mau jalan sama dia karena Meisya bilang dia sudah meminta pengacara untuk mengurus perceraian kalian! Jadi tunggu saja, sebentar lagi kalian pasti bercerai! Suka atau tidak suka, sebentar lagi kalian akan berpisah! Dan tidak akan ada satu sen pun yang bisa kamu nikmati sebagai harta gono-gini. Hahaha ... selamat! Sebentar lagi kamu dan keluargamu yang tidak tahu diri itu tak bisa lagi hidup enak menikmati kekayaan Meisya!""Tutup mulu
"Lepaskan! Kalau tidak kalian halangi, tentu sudah kubunuh bedebah sialan itu dengan tanganku!" Mas Alvin menghentakkan tangannya hingga terlepas dari pegangan Mas Ferdy dan sekuriti.Setelah bebas, lelaki itu menyeka peluh yang membasahi pelipisnya lalu membuang ludah dengan kasar. Saat itulah matanya melihat ke arah Mas Ferdy yang sedari tadi berusaha memisahkan perkelahiannya dengan Rudi. Mas Alvin kemudian memicingkan matanya."Tunggu, kamu ... kamu kekasih Vira, kan? Orang yang sudah membuat Vira mengajukan cerai padaku? Ada hubungan apa kamu sama Rudi sampai-sampai kamu mati-matian menghalangi aku menghajar laki-laki sialan yang sudah mengambil istriku itu dari tanganku? Jangan-jangan kalian sekongkol ya, mau membuat hidupku kacau dan menderita? Kurang ajar! Rasakan ini!" Mas Alvin tiba-tiba gelap mata dan merangsek maju mendekati sosok Mas Ferdy, hendak menyarangkan tinju ke perut calon suamiku itu, tetapi dengan mudah dan sigap, Mas Ferdy mengelak.Melihat Mas Ferdy mengelak,
"Kami nikahkan Vira Pramesti binti Hasan Basri dengan mas kawin emas murni sebesar dua puluh empat gram dan seperangkat alat salat dibayar tunai," ucap Mas Ferdy melafazkan ijab kabul dengan tenang."Bagaimana para saksi? Sah?" tanya penghulu di depan kami pada para saksi."Sah," serentak mereka menjawab.Aku menghela nafas lega. Akhirnya setelah penantian lumayan panjang dan letihnya mengurus persiapan pesta kemarin, hari ini aku dan Mas Ferdy pun resmi menjadi suami istri.Kupandangi lelaki tampan di sampingku yang sekarang telah resmi menjadi suami halalku itu. Kuambil jemarinya yang kokoh dan membawanya ke hidungku, menciumnya dengan penuh khidmat sebagai tanda aku akan mengabdikan hidup kepadanya.Kurasakan debaran indah saat telapak tangan ini bersentuhan dengan telapak tangannya. Ini kali pertama aku bersentuhan fisik dengan Mas Ferdy, itu sebabnya aku baru tahu jika tubuhku bisa terasa begitu ringan saat kulit kami saling bersentuhan. Sungguh menyenangkan.Mas Ferdy sungkem pa