BAB 15Mas Irwan sekilas melirikku. Detik kemudian ia menarik tangan Amira masuk ke dalam kamar. Aku mengikutinya, aku harus tahu juga Mas Irwan bilang apa."Lihat ini!" Mas Irwan memberikan ponselny pada Amira."Apa?" tanya Amira dan mendongak menatap suamiku."Kamu putar video itu!" titah Mas Irwan."Aduh Mas, video apa sih ini!" Amira menghempaskan bokongnya ke ranjang, dan memutar video.Aku hanya berdiri dekat pintu, tak mau mendekat. "Tania?" gumam Amira. Sepertinya ia sudah mulai menyadari siapa yang ada di video itu."Mas, dapat video ini dari mana?" Amira bertanya pada Mas Irwan."Mas yang bertemu mereka!" jawab Mas Irwan berbohong. Ternyata dia benar tak menyebutkan namaku, baguslah ini yang aku mau. Aku tidak mau di ungkit atau di salahkan jika sampai pernikahan ini gagal."Wajar lah Tania bersikap seperti itu, dan hanya rangkulan biasa. Karena kan dia bestie aku! Kemarin saja waktu lamaran dia foto dekat dengan Rizki!"Aku dan dan Mas Irwan saling tatap dan cengo karena
Bab 16Mas Irwan mendekati Rizki yang langsung berdiri dengan raut wajah ketakutan. Pantas dia tak datang, di sini malah ijab kabul dengan Tania. Dasar ular, pandai dia menyusun rencana serapi ini.Ketika Mas Irwan hampir meraih Rizki. Di halangi oleh seorang pria dewasa yang mungkin salah satu kerabat Rizki."Kita bisa selesaikan ini dengan baik-baik, jangan membuat keributan!" ucap pria itu dan berusaha untuk menahan suamiku."Apa yang di bicarakan baik-baik! Dia mau menikah dengan adik saya, tap di sini ia justru ijab kabul dengan wanita ini!" tunjuk Mas Irwan pada Tania yang berdiri di belakang seorang pria berkumis lebat itu."Kamu sahabatnya Amira, tega kamu menyabotase pernikahannya! Amira sudah menangis menunggu kedatangan Rizki, kalian di sini malah melakukan ijab kabul. Sungguh menjijikan apa yang kamu lakukan Tania!" kilat mata mas Irwan menyorot Tania dengan tajam."Dan Om, kenapa mendukung perbuatan salah putrimu! Pasti Om sudah tahu Amira akan menikah dengan pria ini!"
Bab 17"Aku sudah hamil mas, kamu tahu itu kan! Tidak apa aku jadi istri kedua!" ucap Amira.Kini Amira benar-benar menjadi pusat perhatian. Karena ucapannya barusan, mengakui kehamilan."Amira! Apa yang kamu katakan?" ujar Mbak Iza dan mendekati adiknya."Kamu sudah hamil?" Mbak Iza mendesak jawaban. Amira tiba-tiba terisak, bibirnya bergetar."Aku sudah hamil anaknya Mas Rizki, bagaimanapun dia harus menikahi aku. Dan bertanggung jawab dengan janin yang aku kandung!" isaknya dan menatap Rizki."Tidak mungkin!" gumam Mas Irwan lirih, yang masih bisa aku dengar.Aku bisa menangkap raut wajah kecewa dari suamiku, dan sulit untuk menerima fakta ini. Ia melihat Amira dengan tatapan yang sangat prihatin. Paham, sebagai kakak pasti mas Irwan merasa sedih. Dan kasihan pada keadaan adiknya. Ditinggal menikah dalam keadaan hamil duluan. "Kamu sudah tahu kan jika aku hamil, dan kamu yang bilang kamu bertanggung jawab, Mas. Kenapa kamu menghianatiku! Menikah dengan dia!" meneriaki Rizki dan
Bab 18Kami akhirnya pulang. Mbak Iza bersama suaminya. Amira tinggal di sana, karena Rizki tidak mau datang untuk merayakan resepsi pernikahannya dengan Amira.Tania melarang Rizki pergi ke sana. Sia-sia semua acara yang telah di persiapkan oleh ibu mertua, butuh modal yang banyak."Mana Amira?" tanya Ibu ketika kami tiba di rumah. Mas Irwan berlalu tanpa menjawab pertanyaan Ibu. Kami berdua menuju kamar, ibu mengikuti dan ikut masuk."Irwan, mana adikmu? Tadi Iza datang juga tak membawa Amira." tanya Ibu yang menuntut jawaban."Amira, dia di rumah suaminya!" jawab Mas Irwan sambil membuka kancing atas kemeja yang ia kenakan."Nanti, Amira akan datang kemari bersama keluarga Rizki, ya? Gimana ijab Kabul nya! Penghulu sudah pergi sedari tadi, kamu telepon lagi Ir, pak penghulu itu. Aduh kenapa acara pernikahan jadi kacau begini, tak sesuai rencana!" keluh Ibu dan memerintah mas Irwan."Dia sudah menikah, tak perlu di panggilkan penghulu lagi!" ucap Mas Irwan."Hah?" Ibu memandang waj
Bab 19PoV IrwanAku menatap Serena. Walau ia terlihat cuek dan bersikap biasa, karena perlakuan keluargaku yang seakan tidak menganggap dirinya. Pasti Serena menyimpan rasa kekecewaan di hatinya.Sejak Tania gencar untuk mendekatiku dan mengirim pesan untuk merayu, agar aku mau kembali padanya. Justru rasa cinta ini semakin dalam pada istriku, aku tidak mau mengkhianatinya.Terlebih di saat aku melihat raut wajah ketakutan Serena. Ketika aku memaksanya untuk meminta uang, dia sangat ketakutan melihatku. Seakan aku ini adalah psikopat yang akan menyakiti dirinya. Semengerikan itukah diriku. Aku merasa menjadi suami yang gagal, dan tak bisa menepati ucapanku ketika mengucapkan ijab kabul. Istri yang harusnya aku sayangi, dan aku harus tanggung jawab untuk menafkahi dan memenuhi semua kebutuhan Serena. Dengan tidak tahu diri, aku justru terhasut oleh Ibu dan saudaraku untuk memanfaatkan Serena. Apalagi aku melihat temanku Sandy. Yang sekarang hidupnya luntang lantung tidak jelas, kar
PoV (3)Puspa terisak dan memasang raut wajah memelas, yang ia tunjukkan pada putranya. Semalam ia dan putri-putrinya sudah menghitung uang hasil resepsi, dan hasilnya tidak sampai separuh dari modal yang ia keluarkan.Hampir 100 juta lebih Puspa mengeluarkan modal, dari acara lamaran, hingga resepsi pernikahan. Dari sebanyak itu, sebagian ia baru membayar uang muka. Dan berjanji akan melunasi usai resepsi.Puspa di sarankan oleh menantunya untuk meminjam uang pada rentenir. Perempuan paro baya itu mengikuti saran Gunawan. Di tambah lagi dengan bujukan Iza yang mendukung untuk mendapatkan uang itu. "Berapa uang yang Ibu, pinjam?" tanya Irwan dan menatap Puspa seketika terdiam dan mengusap air matanya."Seratus lima puluh juta, Ir.""Sebanyak itu?" Irwan cukup kaget mendengar nominal yang di sebutkan Ibunya. Baginya uang sejumlah itu sangatlah banyak, dan Puspa meminjam pada rentenir. Berapa besar nominal yang akan ia bayarkan beserta bunganya."Bagaimana lagi, resepsi butuh modal be
PoV (3)"Dek, cepat masuk!" titah Irwan ketika melihat Serena justru mematung, melihat kedatangan Tania bersama orang tuanya.Serena menoleh menyadari ucapan suaminya. Ia mengulas senyum."Bakal seru ini, Mas!" ujarnya.Irwan mengerutkan dahinya karena Serena seperti akan melihat pertandingan saja."Kita pulang sekarang, jangan ikut campur!" Serena menuruti perkataan Irwan dan masuk ke dalam mobil. "Aku penasaran, apa mereka bakal cakar-cakaran? Atau menarik tangan Rizki, seperti berebut mainan!" gumam Serena dan tertawa kecil.Serena menoleh pada suaminya yang tampak geleng-geleng karena perkataannya."Harusnya, kita tidak pulang secepat ini, Mas. Kita lihat dulu itu adikmu dan Tania. Pasti seru!" seloroh Serena. "Sudahlah kamu ini, masih saja memikirkan mereka. Aku tidak peduli dengan apa yang terjadi, Kamu mau Ibu meminta uang?" ucap Irwan. "Tidak Mas, aku hanya bercanda. Lebih baik emang kita secepatnya pergi dari rumah ibumu, kamu harus berjanji padaku, untuk bersikap tegas j
Bab 22PoV (3)Amira menarik sisi bibirnya, ketika Darmawan meminta Tania tak membesarkan masalah ini. Tania merasa heran kenapa papanya seperti enggan, melaporkan perbuatan Amira yang jelas telah melukai dirinya.Padahal ini kesempatannya, untuk menyingkirkan Amira. Tania seakan mempunyai dendam pada Amira dan berusaha membalas. "Papa cepat hubungi koneksi Papa, yang bisa segera membantu melaporkan perbuatan dia. Aku mau dia di penjara!" tunjuk Tania seakan berkuasa karena Papanya seorang Lurah. "Tania! Sudahlah kamu tidak usah terlalu berlebihan, ini hanya masalah biasa!" "Lihat putri kita itu terluka karena perbuatan perempuan itu, Mama setuju jika dia dilaporkan, biar dia mendekam di penjara! Papa kenapa lembek begini, tegas dong!" ucap Chyntia dan mendelik pada suaminya. Karena Darmawan tak mau bersikap tegas.Amira menghampiri Darmawan. "Laporkan aku, maka keluargamu juga akan hancur Om!" ucapnya berbisik.Darmawan mengusap dagunya dan tak berani menatap Amira. Membuat Chy