Share

Pulang Kampung

Setelah berjalan beberapa langkah, aku mencoba untuk menelpon akan Azam untuk yang terakhir kalinya. Karena setelahnya, aku akan menjual benda pipih ini.

Sepertinya Azam sedang sibuk, tiga kali aku memanggil lewat sambungan telepon, tidak ada satu jawaban darinya. Ya, sudahlah, mungkin memang sudah jalannya aku berpisah dengan Azam. Aku menghela napas panjang, membuang semua beban perlahan. Kembali berjalan untuk mencapai gang yang ada di depan sana.

Tidak punya kendaraan membuatku sulit bergerak, membawa barang-barang sebanyak ini, dan menggendong Fito. Sesekali dia berjalan, tetapi lebih banyak aku gendong. Sampai di pangkalan ojek, Bang Avan menyapa.

"Mau ke mana, Mbak?" sapanya.

Bang Agus, Bang Amar, pun menatap heran. Pandangan mereka terhenti pada barang bawaanku.

"Loh, mau ke mana? Kok, bawa koper segala?" tanya Bang Amar. Aku tahu, pasti ia akan mengadu dan bercerita kepada istrinya. Orang-orang di kontrakan ini, selalu ingin tahu urusan orang lain. Tidak membedakan laki-laki
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status