Home / Rumah Tangga / Mertuaku Adalah Maut / Bab 2 - Tertangkap Basah

Share

Bab 2 - Tertangkap Basah

Author: Siez
last update Last Updated: 2025-01-04 09:19:11

"Dengar koq, Sayang. Tapi buat apa ngontrak rumah? Menghabiskan uang saja. Ini kan juga rumah kita." kilah Dimas yang tak mau mengeluarkan uang tambahan untuk mengontrak rumah.

"Ih ... mas gitu banget. Mas gak tahu sih rasanya kalau lagi bersama dengan Mbak Hesti. Aku tuh merasa rendah banget loh. Bukan berasa nyonya rumah" tambah Laila merengek kepada Dimas.

Dimas menarik nafas dalam-dalam,

"Mas buktikan dong cintanya mas kepada Laila. Koq Mas diam saja sih?" Laila menggoyang-goyangkan tubuh Dimas karena pria itu belum menjawab apa yang dia inginkan.

"Memang kamu mau bukti apa sih, Cantiknya Mas?" Dimas masih mencoba bersabar kepada Laila. Terus terang, ia tak bisa berkonsentrasi kalau sudah membahas tentang uang.

"Satu, aku minta pindah rumah. Terserah mau kontrak atau tidak. Kedua, aku mau Mas memberitahu ke Mbak Hesti segera tentang pernikahan kita. Sampai kapan mas mau tutupi?" tegas Laila.

"Iya, kamu sabar dulu. Nanti baru aku ceraikan dia. Please jangan bahas itu dulu! Belum waktunya."

"Nanti itu kapan, Mas?" desak Laila. "Nanti kalau aku hamil gimana? Masa jawaban Mas nanti? Kalau perutku besar, bagaimana? Aku malu lah, Mas. Nanti anakku dikatakan sebagai anak haram dan aku tak rela untuk itu loh."

"Uhm ... kamu sabar saja. Mas pasti akan menceraikan Hesti. Tapi sebelumnya, Mas harus merencanakan dengan matang agar nanti setelah bercerai dari Hesti, mas tidak mengalami kerugian apapun. Kalau mas rugi, kan kamu juga ikutan rugi, Sayang."

"Rugi apa sih?" Laila penasaran.

"Nanti saja, jangan dibahas. Kamu tak perlu memikirkan, biar mas saja yang ambil alih caranya ya."

"Benar ya, Mas! Mas janji untuk segera menceraikan Mbak Hesti? Aku sudah tak betah untuk tinggal bersama dia. Aku mau punya rumah sendiri, Mas. Kalau bisa, dia ditendang saja dari rumah ini. Toh dia sama sekali tak berguna untuk mas, kan?"

Dimas bingung dan kehabisan kata-kata. "Iya, Sayang."

Hanya itu yang bisa Dimas katakan kepada Laila untuk menenangkan istri sirinya itu.

"Jangan bohongin Laila ya, Mas! Bohong itu dosa."

"Iya, Cantiknya Mas. Aku akan pastikan itu. Sekarang, boleh main lagi gak? Sebelum Hesti pulang dari tugas luar kotanya. Katanya nanti malam, dia mau pulang ke rumah. Mas sudah tak tahan nih. Satu ronde lagi yah."

"Tapi ... Mas gak boleh bercinta sama Mbak Hesti ya kalau dia pulang!" rajuk Laila.

"Iya. Kan sudah satu bulan juga, semenjak aku nikah sama kamu. Mas gak pernah sentuh Hesti koq. Cuma kamu yang mas sentuh selama satu bulan ini. Percaya deh sama Mas." bujuk Dimas dimana hasrat bercintanya sudah di ubun-ubun.

Namanya juga wanita yang baru, tentu lebih menggoda dan menyenangkan daripada yang lama. Apalagi ditambah dengan adrenalin takut ketahuan oleh istri pertama. Rasanya begitu menggebu-gebu.

"Bagus. Gitu dong, Mas! Artinya mas itu setia banget sama aku." Laila puas. "Gak boleh sentuh Mbak Hesti lagi! Haram hukumnya buat Mas!" tegas Laila mengingatkan Dimas.

"Hehe ... tentu, Sayang. Kamu yang paling halal buat mas! Gak ada wanita lain yang halal untuk Mas. Hesti sudah menjadi haram untuk disentuh sama Mas. Mas janji." balas Dimas dengan penuh bujuk dan rayu.

"Oh ya, Mas."

"Kenapa lagi?" Padahal Dimas sudah turn on untuk bermain dengan penuh gairah dengan Laila. Malah wanita itu terus bicara.

Waktu adalah uang. Kalau Hesti datang, bisa-bisa Dimas harus menunggu waktu lagi untuk bercinta dengan Laila, setidaknya menunggu Hesti pergi kerja.

Apalagi mulai besok sudah liburan natal dan tahun baru. Kantor Hesti dan Dimas sudah pasti liburan juga.

"Gak apa ..."

"Ya udah, main lagi yuks!"

Laila pun mengangguk dan Dimas dengan sepenuh hati membuat wanita muda itu mendesah di atas tempat tidurnya. Di atas ranjang pernikahan milik Hesti dan Dimas.

Dan ... tanpa disangka oleh Dimas dan Laila yang sedang mengadu desah dan peluh, Hesti berada di depan pintu yang sedikit terbuka. Wanita itu melihat adegan panas antara suaminya dan wanita yang dikatakan sebagai sepupu oleh suaminya itu.

Apakah Hesti menangis?

Tidak ... Dia merekam semua kegiatan yang dilakukan oleh Dimas dan Laila.

Untuk apa?

Sebagai bukti di pengadilan kalau ia mau cerai dengan Dimas yang tukang selingkuh dan tukang bohong itu.

"Sebelum kamu bahagia, aku buat kamu hancur duluan bersama pelakor itu, Mas!" Hesti tersenyum sinis.

Ia pergi dari rumah dan tinggal di hotel. Ia harus mendinginkan kepalanya dan membuat strategi untuk menghancurkan Dimas dan Laila yang telah membohongi dirinya itu.

Hesti pun segera mengirimkan pesan kepada Dimas.

Hesti : Mas, sorry aku tak jadi pulang. Pesawatnya tiba-tiba delay. Besok baru aku pulang ke rumah.

Lama sekali tak dijawab. Mungkin sekitar satu jam kemudian. Mungkin juga Dimas masih sibuk bercinta dengan Laila, si istri baru yang menyebalkan itu. Dua orang pendusta dan tukang selingkuh.

Ting!

Tiba-tiba saja ponsel Hesti berbunyi pada pukul sebelas malam.

Dimas : Iya. Tak apa. Take your time. Kerja itu penting.

Hesti tersenyum kecut melihat balasan dari Dimas. Lalu, ia menarik nafas panjang. Ingin menangis, tapi rasanya air mata itu tiba-tiba kering. Hesti bukan wanita yang cengeng. Ia adalah pejuang. Dan sebagai seorang pejuang, ia akan membalas apa yang dilakukan oleh Dimas kepadanya.

"Aku kuat" Hesti mendoktrin dirinya sendiri. Ia langsung menghubungi teman baiknya sekaligus sang bos untuk berkonsultasi.

"Halo ..."

"Yes, Hesti. Ada apa?"

"Arga, apakah sekarang kamu sedang sibuk?"

"Gak sih. Ini baru sampai rumah."

"Bisa gak kamu ke hotel x?"

"Hotel? Ada apa dengan hotel? Bukannya tadi aku mengantarkan kamu ke rumah? Katanya kamu rindu suami kamu. Koq sekarang bisa ada di hotel sih?" Arga jadi heran sendiri.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Mertuaku Adalah Maut   Bab 78 - Anak Siapa?

    "Ya, anak kita.""Tidak! Kamu berbohong!" Arga menggelengkan kepalanya.Erika mengambil ponselnya dan memperlihatkan foto seorang anak laki-laki kepada Arga."Apakah kamu merasa kalau foto Raka seperti kamu saat masih kecil?"Arga terdiam."Kenapa? Masih tidak percaya?"Arga masih diam."Kamu bisa koq melakukan test DNA. Feel free!" balas Erika penuh percaya diri.Arga menarik nafas dalam-dalam."Kenapa kamu tak pernah mengatakannya kepadaku?" tanya Arga dengan suaranya yang bergetar hebat."Hmm ... aku baru tahu kalau aku hamil saat sudah sampai ke Australia." jawab Erika dengan santai.Pikiran Arga kacau."Jadi ... apakah kamu tak mau mengakui anakmu sendiri?"Arga diam seribu bahasa. Ia tak tahu apa yang harus ia lakukan saat ini. Pikirannya benar-benar kacau."Kenapa kamu tak bicara?""Apa yang harus aku katakan?" balas Arga."Menikahi aku segera? Membina hubungan kelu

  • Mertuaku Adalah Maut   Bab 77 - Rahasia Kelam

    Arga dan Hesti tiba di kantor seperti biasa, sibuk dengan pekerjaan masing-masing. Meskipun ada ketegangan kecil di antara mereka sejak beberapa hari terakhir, mereka tetap berusaha profesional. Saat jam makan siang tiba, Arga mengajak Hesti ke sebuah kafe diseberang kantor mereka, berharap bisa mencairkan suasana."Kamu mau pesan apa?" tanya Arga sambil membuka menu."Yang biasa saja, latte dan spaghetti carbonara," jawab Hesti dengan senyum kecil.Percakapan mereka mengalir ringan, sampai tiba-tiba…"Arga! Hesti!"Suara itu membuat mereka berdua menoleh ke arah pintu masuk. Erika, mantan pacar Arga yang toxic, berdiri di sana dengan senyum lebar. Wajah Hesti langsung berubah, sementara Arga terlihat kaget. Mereka sama sekali tak senang dengan kedatangan Erika.Tanpa permisi, Erika langsung duduk di samping Arga dan mencium pipinya. "Maaf, aku telat datang!"Hesti hampir menjatuhkan garpunya. Arga buru-buru menjauh. "Erika, apa yang kamu lakukan?!"Erika hanya tertawa. "Aku cuma mau

  • Mertuaku Adalah Maut   Bab 76 - Tentang Erika

    Arga menatap dalam ke arah mata Hesti, wanita yang dari dulu ia cintai diam-diam. Matanya berbinar, seolah ingin mengungkapkan segala rahasia yang selama ini terpendam."Arga, aku masih nggak ngerti… Dulu, kenapa kamu terlihat sangat depresi saat Erika pindah ke Australia? Aku ingat, kamu sampai nggak mau keluar kamar selama berminggu-minggu." Hesti masih sangat penasaran tentang kisah Arga dan Erika yang sampai saat ini masih belum ia dapatkan jawabannya. Arga menghela napas, jari-jarinya memainkan kemudi di hadapannya. "Aku sebenarnya bukan depresi, Hes. Justru… aku bersyukur. Wanita toxic seperti Erika akhirnya pergi dari hidupku. Ya ... beberapa hari berdiam diri. Anggap saja sedang melakukan RESET di hidup aku." tukas Arga pelan."Toxic? Maksud kamu gimana?" Hesti mengernyitkan dahi. Wanita itu masih tidak mengerti arah pembicaraan dari Arga.Arga menatap lurus ke arah Hesti, wajahnya serius."Selama ini, Erika sangat manipulatif. Dia membuatku kesepian, menjauhkanku dari semua

  • Mertuaku Adalah Maut   Bab 75 - Deg-Degan Pacaran H+1

    Suara bel apartemen berbunyi berulang kali, bersemangat. Hesti, yang baru saja bangun dengan rambut sedikit acak-acakan, bergegas membuka pintu. "Arga? Pagi-pagi sudah di sini?" Hesti tersenyum lebar dan mata berbinar. "Aku bawakan sarapan! Aku masak sarapan sehat untuk kita berdua." ucap Arga dengan gugup tapi bersemangat. Lalu ia mengangkat box berisi sarapan untuk mereka berdua. Hesti tertawa geli dan mengizinkan Arga masuk ke dalam unit apartemennya. Mereka duduk di meja makan kecil, menikmati sarapan hangat bersama. Hesti memperhatikan mata Arga yang agak hitam lalu tersenyum. "Kok matamu hitam gini? Kayak habis begadang seminggu." Arga menggaruk kepala yang tak gatal dan ekspresinya sangat malu-malu. "Aku… nggak bisa tidur semalam. Terlalu senang. Masih nggak percaya kamu akhirnya mau jadi pacarku." ujar Arga yang begitu jujur dan spontan. Hesti tertawa terbahak-bahak, lalu menunduk, pipinya memerah. "Aku juga… semalam bolak-balik di kasur. Deg-degan terus mikirin hubunga

  • Mertuaku Adalah Maut   Bab 74 - Penyesalan Nani

    Setelah mendapatkan kabar dari Arga, Hesti pun segera menghubungi Dimas. Ia harus memberitahu kabar baik ini kepada Dimas. "Halo, Dimas.""I-iya, Hes. Ada apa?""Dimas, ada kabar baik! Steven, temannya Arga mau pesan motor sebanyak 20 unit!" tukas Hesti yang sangat bersemangat. "Serius?! Wah, itu kabar bagus banget! Terima kasih banyak, Hesti! Kamu benar-benar membantuku!" ucap Dimas yang sangat bahagia karena akhirnya ada yang mau membeli motornya sebanyak itu. "Bukan aku, kok. Arga yang bantu ngurus ini. Aku cuma ngasih tahu aja ke kamu. Nanti Steven akan menghubungi kamu untuk lebih lanjutnya" "Oh, Arga ya? Kalau gitu, tolong sampaikan terima kasihku padanya. Aku sangat berhutang budi padanya.""Siap, nanti aku bilang ke Arga."Hesti pun segera menutup sambungan teleponnya dengan Dimas. *Rumah sakit"Dimas… ada apa? Kenapa kamu tadi tersenyum bahagia?" tanya Nani lemah sekaligus penasaran karena anaknya tersenyum sangat lebar. Padahal sebelumnya, Dimas seperti sudah bermuram

  • Mertuaku Adalah Maut   Bab 73 - Godaan Dan Meyakinkan

    Arga tersenyum nakal kepada Hesti yang terlihat penasaran akan syaratnya."Kenapa kamu senyum aneh begitu sih, Ar?" protes Hesti."Uhmm ... syaratnya tuh kamu nikah sama aku. Setidaknya ... pacaran dulu.""Gila aja. Masa Steven mencampuri urusan pribadi orang lain sih?" protes Hesti."Dih ... beneran koq. Dia bilang ... Kalau kamu mau pacaran sama aku, Steven langsung beli 20 unit motor itu. Murah banget ‘kan syaratnya?" jawab Arga yang terlihat tak ada keraguan sama sekali.Hesti memandang Arga dengan sangat serius dan membuat Arga grogi sendiri. Lalu tiba-tiba wanita itu tertawa terbahak-bahak, sampai matanya berkaca-kaca."Arga, kamu ini… selalu saja ada akal-akalannya! Kacau banget sih!"Arga mengerutkan kening, wajahnya serius."Aku nggak bercanda, Hes. Aku serius. Aku mau kamu jadi istriku. Setidaknya pacaran dulu sampai kamu siap untuk menikah dengan aku. Memang wajahku gak keliatan serius banget ya sama kamu?"Tawa Hesti perlahan mereda. Dia menatap Arga, mencari tanda-tanda

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status