Share

Bab 4. Membangun Usaha

last update Last Updated: 2024-11-08 10:58:12

"Lantas, jika kamu wanita pilihan kedua orang tua Jeremy, kenapa? Toh saat ini aku yang menjadi istri Jeremy." Alka berbicara santai namun menusuk hati Diana.

Diana tersenyum getir dan menahan kesal. "Aku pikir kamu tidak bisa berbicara."

"Kamu pikir aku patung tidak bisa bicara?"

"Percaya diri sekali kamu dengan statusmu sebagai istri seorang Jeremy," cibir Diana, "tanpa kamu sadari siapa dirimu."

"Kenapa aku tidak boleh percaya diri? Aku menikah dengannya sah menurut hukum dan agama. Bukan menikah siri apalagi sebagai simpanan. Seperti kamu," ucap Alka dengan lantang.

Alka tahu sedikit mengenai Diana Rosita, wanita pilihan kedua orang tua Jeremy yang akan dijodohkan kepada pria yang saat ini sudah menjadi suami Alka. Diana adalah anak seorang pengusaha dan pejabat, namun kerap menjadi simpanan pria beristri. Itulah sebabnya Jeremy tidak mau dijodohkan dengan Diana. Sindiran yang dilemparkan oleh Alka tadi, membuat Diana naik pitam.

"Berani kamu menghina aku seperti itu!" hardik Diana.

"Itu faktanya kan?" Alka masih bersikap tenang dengan melihat raut wajah Diana yang berubah muram.

Diana mengetatkan rahangnya dan menatap tajam Alka. Ia merasa harga dirinya dijatuhkan oleh gadis yang telah menjadi istri Jeremy. Matanya beralih ke sebuah gelas yang masih penuh berisi jus jeruk. Diana meraih gelas itu lalu menyiramkan ke wajah Alka.

BYUR!

Alka terkejut dengan apa yang dilakukan oleh Diana hingga bangkit dari duduknya.

"Alka!" Jeremy yang baru saja keluar bersama Kelvin berlari ke arah istrinya.

Aksi yang dilakukan oleh Diana barusan menarik perhatian para pengunjung kafe. Jeremy terkejut dengan kedatangan Diana yang telah memperlakukan istrinya secara tidak adil. Dia menatap tajam wanita yang hampir menjadi istrinya itu.

"Apa yang baru saja kamu lakukan kepada istriku?!" geram Jeremy.

Diana tersenyum miring menatap Jeremy. "Istrimu? Gadis miskin dan kampungan ini sudah merebutmu dariku. Seharusnya yang menjadi istrimu sekarang aku. Bukan dia."

"Seharusnya kamu sadar diri kenapa aku tidak mau menjadikanmu istriku!"

Jeremy menarik beberapa lembar tisu dari kotak yang ada di meja. Ia menyeka perlahan wajah sang istri yang basah karena ulah Diana. Melihat adegan itu, hati Diana merasa terbakar.

"Jeremy!" panggil Diana.

"Apa?" bentak Jeremy.

Alka terkejut dengan suara Jeremy yang meninggi. Selama mengenal Jeremy hingga menikah, Alka tidak pernah mendengar sang suami berbicara dengan suara tinggi. Sehingga ia terkejut ketika melihat ekspresi suaminya yang marah. Melihat Alka yang terkejut dengan tindakannya, Jeremy menghela napas.

"Maaf buat kamu kaget," ucap Jeremy.

Sedangkan Kelvin menarik tangan Diana dengan kasar untuk pergi dari sana. Ia tidak ingin wanita itu meneruskan aksi konyolnya. Diana berontak ditarik dengan kasar oleh Kelvin.

"Ayo keluar ikut aku," kata Kelvin menarik tangan Diana.

"Lepaskan!" teriak Diana, "aku belum selesai berurusan dengan mereka. Kenapa kamu ikut campur?"

"Diam!" bentak Kelvin.

Kelvin mengajak Diana pergi menjauh dari kafenya. Ia tidak ingin wanita itu berbuat semakin nekat lagi jika dibiarkan terus berada di sana bersama Jeremy dan Alka. Kelvin sendiri sudah cukup tahu bagaimana sikap Diana jika sudah mulai mencari ribut dengan orang lain.

Diana menghempaskan tangan Kelvin yang membelenggunya. "Apakah menurutmu wajar aku marah karena milikku direbut oleh wanita miskin yatim piatu itu? Jeremy harusnya menjadi milikku."

Kelvin melipat tangan di dadanya. "Terimalah kenyataan bahwa kamu tidak bisa bersanding dengan Jeremy. Meskipun kamu kaya raya dan berasal dari keluarga terpandang, namun kamu tidak memiliki perilaku yang baik seperti istri Jeremy. Jadi Jangan memaksakan dirimu untuk mencapai semua keinginanmu."

Setelah itu, Kelvin pergi dari hadapan Diana kembali menuju kafe tempat ia bekerja. Diana menatap punggung Kelvin yang perlahan menjauh. Ia berteriak melepaskan rasa emosi di dadanya.

...

"Kamu tidak apa-apa, Sayang? Dia tidak melukai kamu, kan?" tanya Jeremy penuh dengan kekhawatiran.

Alka menggeleng dan tersenyum. "Aku nggak apa-apa, Kak."

"Benar tidak apa-apa?" 

"Iya. Jangan khawatir."

***

Jeremy pulang kerja mengendarai sepeda motor berboncengan dengan Kelvin. Wajah kedua pria itu terlihat lesu dan tidak bercahaya. Yang paling jelas terlihat, raut wajah Kelvin seperti orang menahan kesal. Setelah kedua pria itu turun dari sepeda motor, Jeremy mengetuk pintu memanggil sang istri 

"Sayang! Aku pulang," panggil Jeremy.

Alka yang sedang memasak, menghentikan aktivitasnya ketika melihat sang suami telah pulang dari bekerja. Gadis itu membukakan pintu untuk suaminya dan menampilkan senyuman manis. Jeremy balas memberikan senyum kepada sang istri meskipun raut wajahnya sedikit berbeda.

"Mas sudah pulang?" Alka meraih tangan Jeremy dan menciumnya.

"Tolong ambilkan air minum, Sayang," pinta Jeremy.

Alka mengangguk. "Iya, Mas. Aku ambilkan."

Alka melihat di belakang Jeremy ada Kelvin yang pulang bersama. Alka meminta Kelvin untuk masuk dan duduk bersama Jeremy diruang tamu. Kemudian Alka pergi ke dapur untuk mengambil air minum dan menyeduh kopi.

"Nggak usah repot-repot, Alka," kata Kelvin yang melihat kalau kamu membawa dua cangkir kopi dan dua gelas air putih.

"Nggak apa-apa kok. Cuma air putih dan kopi," jawab Alka.

"Duduk sini, Sayang!" Jeremy menepuk sofa di samping kepada sang istri.

Alka menurut dan mengambil posisi duduk disamping Jeremy. Jeremy merangkul pundak sang istri dan mengecup kening Alka. Sepertinya Jeremy sedang meluapkan rasa lelahnya.

Alka menatap dalam wajah sang suami. Ia dapat melihat dengan jelas rasa lelah dan putus asa di sana. Sudah selama enam bulan ini, Jeremy dan Kelvin membangun usaha bersama. Banyak masalah, tantangan dan kendala yang mereka hadapi.

"Bagaimana hasil yang diperoleh, Mas?" tanya Alka.

"Kami hampir berhasil." Jeremy berbicara dengan ekspresi datar.

"Benar begitu?" Alka mengerutkan kening.

Jeremy mengangguk. "Ya."

Entah yang dikatakan oleh Jeremy benar atau tidak, Alka tidak tahu. Alka mengetahui bahwa suaminya itu meminjam uang di bank dengan jumlah yang cukup besar untuk modal usaha. Bahkan bulan yang lalu, Jeremy ditipu oleh salah seorang kenalannya. Uang telah diberikan untuk membayar tanah, ternyata tanah itu sedang dalam sengketa.

Alka mengingatkan sang suami agar jangan terjerat hutang. Alka sangatlah menghindari berhutang apalagi kepada rentenir. Sebab orang tua Alka telah menanamkan prinsip kepada putrinya supaya jangan sampai berhutang jika tidak memiliki apapun. Lebih baik mengumpulkan uang terlebih dahulu sedikit demi sedikit.

Dan melihat suaminya yang mengambil pinjaman ke bank untuk modal usaha, membuat Alka merasa tidak nyaman. Tetapi jika tidak nekat, Jeremy tidak akan bisa membuka usaha. Jeremy menenangkan hati sang istri agar jangan khawatir dan meyakinkan bahwa semua akan baik-baik saja.

"Suamimu sedikit pusing dengan kehidupan di sini. Jika seandainya kalian tidak pindah, dan tetap di Yogyakarta, Jeremy mungkin tidak bingung," celetuk Kelvin.

Jeremy melirik sinis Kelvin. "Siapa bilang aku bingung?"

"Lah! ... Kemarin kamu bilang," balas Kelvin.

"Bukan soal kehidupan yang membuat aku bingung dan pusing. Tapi soal membangun usaha ternyata aku tahu serumit ini," desah Jeremy.

Alka mengusap lengan sang suami. "Aku beritahu Mas tentang peribahasa negara Uganda. 'Anda tidak dapat mendaki puncak gunung tanpa menginjak rumput liar dengan kaki anda'. Artinya, meraih kesuksesan dalam hal apapun, seringkali melintasi segala rintangan yang harus dihadapi. Sebelum Mas membuat keputusan membangun usaha, Mas bilang sama aku kalau Mas mencari modalnya dengan meminjam dari bank. Mas sudah mengambil tantangan itu dan berkorban untuk mencapai tujuan. Jadi Mas harus semangat."

Kelvin tersenyum. "Nah! Kamu dikasih semangat tuh sama istrimu. Jangan menyerah! Ayo terus melaju!"

"Iya, Sayang. Terima kasih," ucap Jeremy.

Ia sedikit lebih lega setelah mendengarkan penuturan panjang dari sang istri. Jeremy yang tadinya tidak memiliki semangat untuk meneruskan usaha, seketika semangatnya bangkit setelah mendengarkan dukungan dari sang istri. Jeremy sangat bersyukur dan ia berpikir tidak salah memilih istri. Itu dia harus putus hubungan dengan orang tuanya.

"Aku di rumah selalu mendoakan semoga Mas dan Kak Kelvin, diberikan kelancaran dalam membangun usaha."

"Amin." Semua menjawab serentak.

"Sayang! Nanti malam jangan lupa ya." Jeremy mengedipkan sebelah matanya.

Kelvin melemparkan bantal dan menatap kesal Jeremy. "Mentang-mentang kamu sudah punya istri, jangan pamer ke aku yang jomblo ya."

"Makanya cepat punya istri. Jangan kelamaan jomblo terus. Mau jadi perjaka tua?" 

"Apa, Mas?" Alka menatap sang suami bingung.

"Kamu sudah selesai datang bulan, kan?"

"H-hah?!"

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Mertuaku Penghancur Rumah Tanggaku    Bab 159. Untuk Apa Membebaskan?

    Wilda tertawa terbahak-bahak setelah mendengar rentetan permohonan yang diucapkan oleh Diana Rosita Wirawan. Wanita yang merupakan mantan menantunya. Diana sendiri menatap pias wajah ibu dari Jeremy."Apa aku tidak salah dengar? Kamu ingin aku membebaskan mu?" Wilda kembali tertawa disertai tatapan mengejek.Wilda merasa lucu dengan pikiran wanita itu. Apakah Diana berpikir bahwa ia dan sang suami masih memiliki pengaruh yang besar setelah kebangkrutan yang dialami? Jika mereka masih membeli pengaruh besar, itu hanya kepada Jeremy saja."Setidaknya ... Anda sadar diri karena jika bukan bantuan ayah saya, Anda sudah bangkrut dari dulu." Diana menatap tajam ke arah Wilda.Lagi-lagi Wilda tertawa mendengar Diana mengungkit kebaikan ayahnya yang diberikan kepada keluarga Arthur. Wilda dan Hasan tidak pernah memohon kepada Iqbal untuk membantu mereka. Iqbal melakukan semua itu inisiatif sendiri atas nama persahabatan. Dan kebetulan pada saat itu perusahaan Arthur mengalami masalah besar.

  • Mertuaku Penghancur Rumah Tanggaku    Bab 158. Kehancuran Hati Yang Tak Tampak

    Jeremy saat ini sedang duduk dengan tenang di ruang tunggu tempat sang ayah ditahan. Setelah diminta oleh Wilda agar menjenguk sang ayah, Jeremy memutuskan untuk segera datang ke sana. Datang untuk melihat Hasan yang sepertinya khawatir pada putranya.Sudah 1 bulan Jeremy tak melihat keadaan ayahnya. Lantaran terlalu sedih atas kehilangan anak tercinta yang belum lahir, Jeremy melupakan kunjungan rutinnya ke rutan. Hingga ayahnya merasa firasat tak enak dengan sikap perubahan Jeremy yang lama tak datang."Kamu terlihat kurus," ujar Hasan membuyarkan lamunan Jeremy.Hasan diapit oleh dua petugas yang melepaskan borgol. Jeremy hanya menatap datar wajah sang ayah yang telah muncul keriput. Ia sama sekali enggan untuk sekedar menyahut Hasan."Bagaimana keadaanmu?" tanya Hasan dengan tatapan penuh kehangatan."Masih hidup dan masih bernafas dengan normal," jawab Jeremy dengan cuek.Hasan hanya tersenyum samar melihat sikap dingin yang ditunjukkan oleh putranya. Ia tahu bahwa Jeremy semak

  • Mertuaku Penghancur Rumah Tanggaku    Bab 157. Mengunjungi Makam

    Jeremy menatap sendu dua gundukan tanah berukuran kecil itu. Di sana terdapat dua putranya yang terbaring damai di keabadian. Satu putra lahir tanpa sepengetahuannya dan baru bertemu ketika berusia lebih dari 5 tahun. Dan satu putra lagi, belum sempat lahir karena terjadi komplikasi dan dapat membahayakan nyawa sang istri.Sudah satu bulan semenjak, Jeremy memutuskan untuk mengorbankan anaknya. Alka belum bangun dari koma. Istrinya, setelah melakukan operasi pengangkatan janin juga melakukan operasi lanjutan. Yaitu operasi pengangkatan tumor pada otak.Dua operasi besar yang dijalani oleh Alka berjalan sukses. Hanya tinggal menunggu kesadarannya saja. Dan itupun dipantau selama 24 jam oleh tim medis terbaik.Keputusan berat satu bulan yang dibuat dan ditandatangani oleh jeremy, membuat pria itu merasa bersalah karena tidak mengizinkan putranya lahir pada dunia. Namun, sekali lagi itu semua diambil dengan berat. Yaitu mengorbankan salah satu dari dua orang yang dia cintai. "Maafkan A

  • Mertuaku Penghancur Rumah Tanggaku    Bab 156. Rasa Kehilangan Yang Besar

    Wilda berlari memasuki lorong rumah sakit dengan raut wajah khawatir. Setelah mendapatkan kabar dari Kelvin mengenai keadaan Jeremy dan Alka, ia segera meninggalkan pekerjaannya. Ia khawatir jika sang anak mengalami depresi kembali."Jeremy?" panggil Wilda ketika melihat Jeremy duduk di depan kamar operasi.Jeremy yang menutupi wajah dengan kedua tangannya karena menangis, menoleh ke asal suara yang memanggilnya. Ia menatap wajah ibunya dengan wajah yang penuh air mata. Wilda berjalan mendekati putranya. Ia mengambil posisi duduk di samping Jeremy."Bagaimana keadaan mereka berdua? Apa kata dokter?" tanya Wilda dengan perasaan khawatir.Jeremy semakin menangis sesenggukan mendengar sang ibu bertanya padanya. Ia telah memilih sesuatu yang sangat mengecewakan dirinya seumur hidup. Dan satu yang pasti, Jeremy tidak akan bisa melupakannya. Jeremy akan merasa bersalah selamanya."Kenapa?" Wilda mengusap pelan lengan putranya."Anakku dan istriku kondisinya sama-sama parah. Aku diharuskan

  • Mertuaku Penghancur Rumah Tanggaku    Bab 155. Saya Memilih ....

    Alka dilarikan ke rumah sakit oleh Jeremy dengan dibantu oleh anak buahnya. Kelvin meminta sang sahabat untuk melupakan sejenak apa yang ada di rumah kosong berlantai tiga itu karena ia yang akan menanganinya. Jeremy memperingatkan pada Kelvin agar jangan sampai Diana kabur. Jeremy bertekad untuk menjebloskan Diana ke penjara.Sementara itu, Diana yang setengah sadar Tengah bangkit dan mencoba meraih pisau yang terlepas dari tangannya tadi. Ia berhasil menggenggam pisau tersebut, kemudian bangkit perlahan-lahan. Kelvin memperhatikan itu dan mengamati seksama dengan apa yang dilakukan oleh Diana. Rangga turun dari atas dengan tergesa-gesa dan mengalungkan tangannya di leher Diana. Diana mencoba menusukkan pisau itu ke arah Rangga namun berhasil di tahan oleh suaminya. Diana dan Rangga berkelahi saling berebut pisau. "Kamu audah membuat wanita hamil yang nyawanya berada di ujung tanduk. Seharusnya kamu yang merasakan hal itu. Bukan Alka," geram Rangga sambil menarik tangan istrinya.

  • Mertuaku Penghancur Rumah Tanggaku    Bab 154. Terjatuh Dari Tangga

    "berhenti! kamu mau bawa aku ke mana?" teriak Alka. Langkah kakinya terseret karena Diana menarik tubuhnya dengan kasar. Diana membawa kabur Alka melewati pintu balkon belakang. Ia telah menurunkan seutas tali dan akan kabur dengan menurunkan Alka terlebih dahulu dari atas balkon lantai 3. Itu ia lakukan supaya Jeremy tidak bisa menangkap dirinya. Dan Diana tidak ingin Jeremy menyelamatkan istrinya. Rasanya beruntung sekali bagi Diana memilih untuk menyekap Alka di rumah lantai 3 yang terbengkalai pembangunannya. "Diana! Tolong lepaskan aku!" mohon Alka sambil meringis. Ia mulai merasakan sakit pada kepalanya."Jangan harap! Tidak akan kamu aku lepaskan. Sekalipun Jeremy memohon dan bersimpuh di kakiku," desis Diana.Alka yang merasakan pusing hebat di kepalanya, hanya diam dan pasrah dengan apa yang dilakukan oleh Diana. Hanya bila keajaiban berpihak kepadanya yang dapat ditunggu.Sungguh ia menyesal karena ku bisa memanfaatkan waktunya sebaik mungkin saat Rangga dan Diana berteng

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status