Share

Bab 5. Hadiah Untuk Alka

last update Last Updated: 2024-11-08 11:04:29

Jeremy pulang ke rumah dengan wajah yang berbinar cerah. Ia tidak sabar segera memberikan kejutan untuk sang istri. Sebuah hadiah yang telah ia siapkan beberapa hari lalu, kini saatnya ia persembahkan kepada wanita belahan jiwanya.

"Sayang!" seru Jeremy.

"Iya, Mas. Sudah pulang?" Alka meletakkan selang dan mematikan kran air. Istri kesayangan Jeremy itu sedang menyiram tanaman bunga dan sayurannya.

"Aku punya hadiah untuk kamu," beritahu Jeremy sambil tersenyum lebar.

"Hadiah apa, Mas?" Alka penasaran.

"Coba tutup dulu matanya!" interupsi Jeremy.

Alka mengerutkan kening. "Kenapa harus tutup mata segala, sih? Nggak usah aneh-aneh deh."

"Bukan aneh-aneh kok, Sayang."

"Benar?" tanya Alka tidak percaya.

Jeremy mencubit gemas pipi Alka. "Iya. Coba tutup mata dulu. Kalau nggak tutup mata, nggak surprise dong."

Akhirnya Alka menuruti Jeremy yang memintanya untuk menutupi mata. Alka merasa penasaran sekaligus cemas dengan kejutan yang akan diberikan oleh Jeremy. Disaat mata Alka tertutup, Jeremy meraih tangan sang istri dan meletakkan sesuatu di telapak tangan Alka.

"Ini untuk kamu, Sayang." 

Jeremy meletakkan sebuah kotak persegi berwarna merah ditangan Alka. Alka segera membuka matanya ketika merasakan sesuatu berada di tangannya. Ia mengerutkan kening.

"Apa ini, Mas?" Alka melihat sebuah kotak berwarna merah ditangannya.

"Coba kamu buka!" Jeremy menyuruh sang istri membuka kotak persegi tersebut.

Alka membuka kotak persegi merah itu dan terpesona. "Masya Allah! Cantik sekali."

"Kamu suka?" tanya Jeremy.

Alka mendongak menatap Jeremy. "Aku suka sekali Mas. Makasih ya, Mas."

"Sama-sama, Sayang." Jeremy lalu memeluk Alka, "Ini hadiah untuk kamu khusus aku pesankan. Alhamdulillah berkat doa dan semangat dari kamu, usaha Mas berjalan dengan lancar."

"Alhamdulillah. Aku ikut senang." Alka merasa bersyukur.

Setelah lebih dari satu tahun usaha yang didirikan Jeremy akhirnya membuahkan hasil. Meski banyak rintangan dan cobaan yang ia hadapi, Jeremy tetap bersabar serta optimis dengan Alka di sampingnya yang selalu menyemangati. Jeremy merasa bersyukur atas nikmat Tuhan yang diberikan kepadanya.

"Sini kalungnya aku pakaikan!" 

Jeremy meraih kotak persegi itu, dan mengambil kalung serta memakaikan dileher Alka. Alka mengangkat rambut panjangnya untuk memudahkan Jeremy memakaikan kalung. Setelah kalung melingkar di leher Alka, Jeremy terpesona dengan Alka yang semakin cantik dengan kalung yang ia berikan.

"Kamu semakin cantik dengan kalung ini," puji Jeremy 

"Istrinya siapa dulu dong?" Alka tersenyum menggoda Jeremy.

"Istriku dong," jawab Jeremy.

Jeremy dan Alka kemudian saling berpelukan. Jeremy mengecup kening Alka. Alka tersenyum bahagia di dalam pelukan Jeremy. Ia merasa lega karena segala daya dan upaya yang dilakukan oleh sang suami, serta dirinya yang telah memberikan semangat, membuahkan hasil yang sangat manis.

"Sayang! Liburan yuk!" ajak Jeremy.

Alka melepaskan diri dari pelukan Jeremy. "Liburan kemana, Mas."

"Ke Dieng. Tempat pertama kali kita bertemu dan saling jatuh cinta."

"Tidak mengganggu pekerjaan Mas? Masa Kak Kelvin yang handle semuanya? Kerjaannya di cafe bagaimana? Nanti dia dipecat sama bosnya."

Jeremy tersenyum mengacak rambut Alka. "Cafe yang kita datangi itu, adalah milik Kelvin pribadi. Jadi Kelvin bosnya."

"Oh ... begitu." Alka baru tahu jika kafe itu milik Kelvin.

Biasanya, ketika Jeremy ada urusan mendadak, Kelvin yang menghandle pekerjaan Jeremy. Kafe milik Kelvin tetap berjalan dengan lancar meskipun ia sibuk bekerja dengan Jeremy. 

"Mas! Sebelum nanti kita pulang ke Jakarta, Boleh nggak aku jenguk sepupuku?" 

"Sepupumu? Siapa namanya?" 

"Mbak Nena," jawab Alka.

"Boleh, Sayang."

***

Alka dan Jeremy berangkat ke Yogyakarta. Jeremy mengajak Alka terlebih dahulu untuk menemui sepupunya sebelum liburan. Karena Jeremy tahu bahwa istrinya sudah merindukan sepupu yang bernama Mbak Nena itu.

"Makasih ya, Dek. Mau jenguk Mbak," ucap Nena ketika Alka pamit pulang dari rumahnya.

"Ya, Mbak. Sama-sama."

Nena kemudian menatap Jeremy. "Kamu jagain adikku ya. Dia sudah tidak punya orang tua. Tolong jangan kamu sakiti atau sia-siakan dia. Kalau kamu sudah tidak mencintai dia lagi, tolong berpisahlah secara baik-baik. Jangan menyiksa dia."

Jeremy mengangguk. "Iya, Mbak. Aku nggak akan mungkin menghianati atau menyakiti istriku. Aku jamin itu."

Nena menitikkan air matanya. "Sekarang saudaraku jauh semua. Tadinya cuma Alka yang dekat. Sekarang Alka juga jauh."

"Jangan nangis, Mbak. Aku jadi ikut sedih." Alka lalu memeluk erat saudaranya itu.

Nena adalah satu-satunya saudara yang dimiliki oleh Alka. Sebelumnya, saudara Alka dan Nena banyak. Tetapi kini yang lain telah pindah ke daerah yang jauh mengikuti suami masing-masing. 

"Nanti, kalau Jeremy mencampakan kamu, pulanglah ke sini. Aku bersedia menerima kamu. Karena aku satu-satunya kakakmu sekarang," bisik Nena.

Alka mengangguk. "Iya, Mbak. Makasih. Doakan agar kami selalu bahagia."

Setelah cukup lama berpelukan, Alka dan Jeremy pamit kepada Nena. Sebelum mobil Jeremy dipacu meninggalkan halaman rumah Nena, Jeremy mengangguk hormat kepada Nena. Jeremy sangat menghormati sepupu istrinya itu. Karena dialah orang yang ikut sibuk membantu mereka berdua ketika mereka akan menikah.

Alka dan Jeremy menikmati liburan mereka di pegunungan Dieng. Pasangan itu berkeliling berbagai tempat dan saling melemparkan canda tawa. Tak lupa, Jeremy dan Alka mengambil beberapa foto untuk dokumentasi mereka.

 Daerah yang memiliki hawa dingin itu, menjadi saksi tempat bertemunya Alka dan Jeremy. Saat ini mereka tengah berada di taman. Alka sedang asyik mengirimkan foto-foto mereka berdua dari ponsel Jeremy ke ponselnya.

"Kemarin aku dengar, Silvi menawarkan pekerjaan untuk kamu." Jeremy membuka pembicaraan.

Alka terdiam sejenak. "Aku belum kepikiran untuk mencari pekerjaan, Mas. Karena aku lihat, dari banyaknya teman-teman yang di Jakarta, mereka mencari pekerjaan sangat sulit. Walaupun mereka sudah memiliki dokumen, dan itu sesuai dengan persyaratan, banyak yang tidak lolos wawancara. Aku masih ingin mengembangkan kebun milik orang tua yang ada di Jogja. Sambil aku juga mau mengambil kuliah."

"Kamu mau mengambil kuliah, Sayang?" tanya Jeremy.

Alka tersenyum mendengar pertanyaan Jeremy. Ia tahu suaminya itu khawatir. Pasti Jeremy takut jika Alka kuliah nanti, itu akan membuat Alka lupa tanggung jawabnya sebagai seorang istri.

"Mas jangan khawatir. Semisal kita memiliki anak, aku tidak akan meninggalkan tugasku sebagai seorang ibu dan juga istri. Tapi aku tetap ingin mengejar cita-citaku. Karena, menjadi ibu dan menjadi istri juga harus pintar dan juga berpendidikan tinggi. Selain menambah ilmu pengetahuan untuk membimbing anak-anak kita di masa depan, kita juga tidak diinjak-injak oleh orang."

Jeremy mengangguk. "Kamu itu sangat ambisius ya. Tidak apa-apa. Aku juga akan tetap mendukung kamu."

Setelah Alka lulus sekolah, Alka sempat kuliah sebentar. Namun Alka harus berhenti di tengah jalan karena tak memiliki biaya. Meskipun kuliahnya mendapat beasiswa, Alka memilih untuk tidak melanjutkan pendidikannya. 

"Apa karena ucapan menyakitkan dari kedua orang tuaku yang menghina kamu ketika kamu ke sana? Sehingga kamu termotivasi untuk melanjutkan pendidikanmu?"

Alka tersenyum. "Salah satunya karena itu juga."

"Lakukanlah apa yang membuat kamu bahagia. Aku sebagai suamimu akan mendukungmu sepenuh hati. Raihlah kesuksesanmu."

"Makasih, Mas." 

Jeremy tersenyum menatap sang istri. "Bukankah seharusnya memang kita saling mendukung?" 

"Aku bahagia memiliki suami yang pengertian seperti Mas," tutur Alka.

"Aku juga bahagia memiliki istri seperti kamu. Kamu mau menerima aku apa adanya. Dan kamu tidak pernah menuntut apapun dari aku selama hampir dua tahun pernikahan kita ini."

"Hampir dua tahun pernikahan itu sebentar, Mas. Nanti sampai tahun-tahun ke depan, kita bisa seperti ini terus tidak? Banyak orang yang tidak sabar dengan cobaan rumah tangganya."

Alka memiliki kekhawatiran yang ia pendam, jika suatu hari Jeremy akan berubah tidak mencintainya lagi. Itu sebabnya ia ingin tetap meneruskan kuliahnya dan mencari pekerjaan yang bagus. Berjaga-jaga jika nanti ia dicampakkan oleh Jeremy. Karena tidak ada yang tahu jika nanti suatu ketika Jeremy berubah tidak mencintai Alka lagi.

"Aku akan selalu berada di sisi kamu sampai kapanpun. Aku pun berharap kamu juga seperti itu." Jeremy meraih tangan Alka, dan menggenggamnya dengan lembut.

"Aku tidak akan meninggalkan Mas di dalam kemiskinan. Nyatanya, Mas datang kepadaku tanpa membawa apa-apa, aku terima. Tapi tidak dengan penghianatan. Mas harus ingat itu!" tegas Alka.

"Jika kamu takut aku mengkhianati kamu, ingatlah pengorbananku. Aku rela meninggalkan orang tuaku demi kamu. Tidak mungkin aku akan berkhianat."

Jeremy meraih bahu sang istri dan menatap dalam netra pekat itu. Alka balas menatap sang suami dan dapat melihat ketulusan dari dua pasang mata Jeremy. Alka percaya, Jeremy tidak akan mungkin menghianatinya setelah melihat perjuangan dan pengorbanan yang telah dilakukan oleh Jeremy.

Setelah sesi liburan di Yogyakarta selesai, sepasang suami istri itu segera pulang ke Jakarta. Jeremy ingin segera kembali ke Jakarta untuk menyelesaikan pekerjaan yang tertinggal. Jeremy mengendarai mobil dan melewati tol untuk segera tiba di Jakarta.

Awalnya, perjalanan mereka mulus tanpa hambatan. Meskipun Jeremy mengendarai mobil dengan kecepatan tinggi, namun Jeremy sangat berhati-hati. Naas, dari arah belakang sebuah mobil box melaju cukup kencang dan menabrak mobil yang dikendarai Jeremy, hingga Alka dan Jeremy terbentur dasbor. 

Mobil box kemudian menabrak kendaraan lain dan terjadi kecelakaan beruntun di tol Jagorawi. Mobil yang dikendarai oleh Jeremy, terbalik dengan posisi roda menjadi di atas. Alka dan Jeremy tidak sadarkan diri di dalam mobil yang ringsek tersebut.

Tak ada yang menyadari, bahwa setelah kecelakaan itu, ada salah satu dari mereka berdua yang akan merasakan kehilangan. Dan kehilangan itu, mampu menjadi titik terendah dalam hidup. Siapa yang akan merasakan kehilangan? Alka, atau Jeremy?

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Mertuaku Penghancur Rumah Tanggaku    Bab 157. Mengunjungi Makam

    Jeremy menatap sendu dua gundukan tanah berukuran kecil itu. Di sana terdapat dua putranya yang terbaring damai di keabadian. Satu putra lahir tanpa sepengetahuannya dan baru bertemu ketika berusia lebih dari 5 tahun. Dan satu putra lagi, belum sempat lahir karena terjadi komplikasi dan dapat membahayakan nyawa sang istri.Sudah satu bulan semenjak, Jeremy memutuskan untuk mengorbankan anaknya. Alka belum bangun dari koma. Istrinya, setelah melakukan operasi pengangkatan janin juga melakukan operasi lanjutan. Yaitu operasi pengangkatan tumor pada otak.Dua operasi besar yang dijalani oleh Alka berjalan sukses. Hanya tinggal menunggu kesadarannya saja. Dan itupun dipantau selama 24 jam oleh tim medis terbaik.Keputusan berat satu bulan yang dibuat dan ditandatangani oleh jeremy, membuat pria itu merasa bersalah karena tidak mengizinkan putranya lahir pada dunia. Namun, sekali lagi itu semua diambil dengan berat. Yaitu mengorbankan salah satu dari dua orang yang dia cintai. "Maafkan A

  • Mertuaku Penghancur Rumah Tanggaku    Bab 156. Rasa Kehilangan Yang Besar

    Wilda berlari memasuki lorong rumah sakit dengan raut wajah khawatir. Setelah mendapatkan kabar dari Kelvin mengenai keadaan Jeremy dan Alka, ia segera meninggalkan pekerjaannya. Ia khawatir jika sang anak mengalami depresi kembali."Jeremy?" panggil Wilda ketika melihat Jeremy duduk di depan kamar operasi.Jeremy yang menutupi wajah dengan kedua tangannya karena menangis, menoleh ke asal suara yang memanggilnya. Ia menatap wajah ibunya dengan wajah yang penuh air mata. Wilda berjalan mendekati putranya. Ia mengambil posisi duduk di samping Jeremy."Bagaimana keadaan mereka berdua? Apa kata dokter?" tanya Wilda dengan perasaan khawatir.Jeremy semakin menangis sesenggukan mendengar sang ibu bertanya padanya. Ia telah memilih sesuatu yang sangat mengecewakan dirinya seumur hidup. Dan satu yang pasti, Jeremy tidak akan bisa melupakannya. Jeremy akan merasa bersalah selamanya."Kenapa?" Wilda mengusap pelan lengan putranya."Anakku dan istriku kondisinya sama-sama parah. Aku diharuskan

  • Mertuaku Penghancur Rumah Tanggaku    Bab 155. Saya Memilih ....

    Alka dilarikan ke rumah sakit oleh Jeremy dengan dibantu oleh anak buahnya. Kelvin meminta sang sahabat untuk melupakan sejenak apa yang ada di rumah kosong berlantai tiga itu karena ia yang akan menanganinya. Jeremy memperingatkan pada Kelvin agar jangan sampai Diana kabur. Jeremy bertekad untuk menjebloskan Diana ke penjara.Sementara itu, Diana yang setengah sadar Tengah bangkit dan mencoba meraih pisau yang terlepas dari tangannya tadi. Ia berhasil menggenggam pisau tersebut, kemudian bangkit perlahan-lahan. Kelvin memperhatikan itu dan mengamati seksama dengan apa yang dilakukan oleh Diana. Rangga turun dari atas dengan tergesa-gesa dan mengalungkan tangannya di leher Diana. Diana mencoba menusukkan pisau itu ke arah Rangga namun berhasil di tahan oleh suaminya. Diana dan Rangga berkelahi saling berebut pisau. "Kamu audah membuat wanita hamil yang nyawanya berada di ujung tanduk. Seharusnya kamu yang merasakan hal itu. Bukan Alka," geram Rangga sambil menarik tangan istrinya.

  • Mertuaku Penghancur Rumah Tanggaku    Bab 154. Terjatuh Dari Tangga

    "berhenti! kamu mau bawa aku ke mana?" teriak Alka. Langkah kakinya terseret karena Diana menarik tubuhnya dengan kasar. Diana membawa kabur Alka melewati pintu balkon belakang. Ia telah menurunkan seutas tali dan akan kabur dengan menurunkan Alka terlebih dahulu dari atas balkon lantai 3. Itu ia lakukan supaya Jeremy tidak bisa menangkap dirinya. Dan Diana tidak ingin Jeremy menyelamatkan istrinya. Rasanya beruntung sekali bagi Diana memilih untuk menyekap Alka di rumah lantai 3 yang terbengkalai pembangunannya. "Diana! Tolong lepaskan aku!" mohon Alka sambil meringis. Ia mulai merasakan sakit pada kepalanya."Jangan harap! Tidak akan kamu aku lepaskan. Sekalipun Jeremy memohon dan bersimpuh di kakiku," desis Diana.Alka yang merasakan pusing hebat di kepalanya, hanya diam dan pasrah dengan apa yang dilakukan oleh Diana. Hanya bila keajaiban berpihak kepadanya yang dapat ditunggu.Sungguh ia menyesal karena ku bisa memanfaatkan waktunya sebaik mungkin saat Rangga dan Diana berteng

  • Mertuaku Penghancur Rumah Tanggaku    Bab 153. Rangga Menyerah

    "Di mana keberadaan istriku?" tanya Jeremy sambil menodongkan senjata api ke arah Rangga.Rangga telah turun ke lantai 2 dan dia dihadang oleh Jeremy dengan pistol di tangannya bersama dengan Kelvin. Rangga tidak melawan kedua pria itu. Dan dia memilih mengangkat tangan tanda menyerah." Dimana kalian sekap istriku?" ulang Jeremy."Dia ada di dalam bersama dengan istriku juga," jawab Rangga dengan tenang.Jeremy memicingkan mata. Melihat Rangga yang tidak melawan sedikitpun, membuat ia curiga. Bisa jadi ini hanyalah sebuah tipuan untuk dirinya. Dan Rangga mencoba menjebak pria itu dan Kelvin."Aku tidak bohong. Mereka berdua ada di lantai paling atas. Dan aku rasa, istriku pasti akan membawa pergi istrimu sebelum kau datang," sahut Rangga.Rangga mencoba meyakinkan Jeremy yang terlihat ragu untuk percaya akan jawabannya. Jeremy adalah pria yang berhati-hati dan penuh perhitungan. Tentu saja karena tidak ingin ada seseorang yang mau menipunya.Jeremy tersenyum sinis. "Kamu pikir aku pe

  • Mertuaku Penghancur Rumah Tanggaku    Bab 152. Kecewa Dan Murka Rangga

    "Kenapa kamu melakukan hal ini padaku, Diana?" murka Rangga membuat Diana ketakutan.Diana terkejut mendengar tingginya suara Rangga. Selama ini pria itu tak pernah sekalipun membentaknya. Dan ini pertama kalinya membuat Diana merasa ketakutan.Rangga Yang geram melihat keterdiaman istrinya, memegang kedua bahu sang istri dan mengguncangnya. "Kenapa? Kenapa kamu melakukan itu? jawab!" "A-aku ... terpaksa melakukan itu. Dan semuanya di luar kendaliku," jawab Diana dengan bibir bergetar.Rangga melepaskan tangannya dari bahu Diana. Ia menampilkan senyuman mengejek sembari menatap istrinya."Di luar kendalimu? Tidak masuk akal," desisnya.Rangga cukup tahu seperti apa sifat Diana. Jika wanita itu hendak melakukan sesuatu tidak pernah sampai melewati batas. Ia berusaha sebisa mungkin merencanakan semuanya dengan matang agar tidak menjadi bumerang pada dirinya."Tolong! dengarkan aku dulu ..." mohon Diana sambil menggenggam tangan suaminya.Rangga menyentak tangan Diana dengan kasar. Pria

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status