Share

Bab 6. Babyblues

Pak Guntur mendengar percakapan Adam dan juga Ibu Laila. 

"Kesempatan untukku bisa membuat mantu tak tahu diri itu mengerti posisinya di sini!" gumam Pak Guntur. 

Setelah Adam pergi, Pak Guntur lantas menunggu istrinya keluar dari kamar Hana. Benar saja, tak lama kemudian, Ibu Laila keluar dari kamar Hana dan pergi ke kamar mandi.

Sudah menjadi kebiasaan jika Ibu Laila ke kamar mandi, Beliau bisa menghabiskan waktu setengah jam atau bahkan lebih. 

"Bagus! Waktu yang tepat untukku beraksi. Kamu kira Ayah akan menyerah begitu saja, Hana? Ayah akan tetap memaksa Adam menikah lagi, walaupun harus mengancamku," tekad Pak Guntur.

Sebelum masuk ke kamar Hana, Pak Guntur memastikan jika istrinya sudah benar-benar masuk ke kamar mandi. Setelah itu, Beliau dengan langkah mantap berjalan ke arah kamar Hana.

"Oek! Oek! Oek!" Suara tangisan cucunya terdengar dari luar kamar. 

Kebetulan pintu kamar Hana tidak tertutup. Pak Guntur langsung masuk begitu saja dan mendapati Hana tengah menenangkan bayinya dengan cara menggendongnya. 

"Ayah?" lirih Hana yang menyadari kehadiran mertuanya. 

"Kamu pikir setelah kamu melahirkan anak dari anakku, aku akan berubah sikap padamu, Hana? SALAH! Rasa benciku terhadapmu malah semakin bertambah! Tunggu saja, Ayah akan membuat Adam mau menuruti perintah Ayah. Jangan kira kamu akan hidup enak setelah ini. Ayah akan pastikan kamu akan hidup bagaikan di neraka!" 

"Tapi kenapa, Yah? Apa salah Hana pada Ayah? Dan apa salah bayi tak berdosa ini pada Ayah? Tidakkah Ayah iba pada cucu Ayah yang belum mengerti apa-apa ini?" Hana memberanikan diri berucap pada Pak Guntur.

"Cuih! Gak sudi Ayah punya cucu dari perempuan sepertimu! Sekalipun kamu melahirkan anak laki-laki, Ayah tak akan luluh!" 

"Hari ini Ayah akan bawa perempuan untuk dinikahi Adam. Kamu gak akan bisa melarang atau menghalangi Ayah, Hana!" 

Pak Guntur berlalu begitu saja setelah mengucapkan kalimat itu. Hana mematung mendengar ucapan mertuanya. Entah alasan apa yang membuat Pak Guntur begitu membencinya.

Seperti tengah merasakan kesedihan yang kini mendera Hana, bayi mungil di gendongan Hana itu menangis semakin kencang. 

"Cup, Sayang! Jangan nangis, ya! Ibu sayang sama kamu, Nak!" ucap Hana lirih. 

Air mata Hana mengalir dengan sendirinya karena hatinya hancur. Bayi Kanaya tidak mau menyusui. Apapun yang dilakukan Hana tak ada yang berhasil meredam tangisannya.

"Kamu kenapa, sih? Ini semua gara-gara kamu! Gara-gara aku melahirkanmu, rahimku diangkat dan aku tidak bisa memiliki anak laki-laki! Ya ... ini semua salahmu!" teriak Hana secara tiba-tiba.

Hana meletakkan bayinya dengan kasar di atas kasur. Tangisan bayi Kanaya semakin kencang dan Hana bahkan mencubit tangan bayinya itu. 

"Ini semua salahmu!" ucapnya lagi sambil mencubit lagi kaki bayinya. 

Suara tangisan bayi Kanaya menambah emosi Hana naik. Dia pun terduduk dipojokan kamar dengan memeluk lututnya sampai menangis. 

"Kenapa harus aku? Kenapa?!" Sesekali Hana menjambak rambutnya dan memukul kepalanya sendiri. 

Sementara di kamar mandi, Ibu Laila sudah selesai dan langsung menuju ke kamar menantunya.

Sayup-sayup terdengar suara tangisan sang cucu yang begitu kerasnya. Takut terjadi apa-apa, Ibu Laila mempercepat langkahnya. Dan alangkah terkejutnya Ibu Laila ketika mendapati kondisi Hana.

"Astaghfirullah al'adzim, Hana?!" seru Ibu Laila.

Ibu Laila segera menggendong cucunya dan menghampiri Hana. Dua anak manusia yang punya ikatan batin itu kini menangis di pelukan Ibu Laila. 

"Istighfar, Hana! Ibu ada di sini. Kamu gak perlu takut, Nak!" kata Ibu Laila.

"Semua ini salah bayi ini, Bu! Gara-gara dia, Hana jadi seperti ini, Bu! Bahkan Ayah sekarang tambah membenci Hana," ucap Hana sambil menangis kencang.

"Ya Allah, Hana! Kamu gak boleh bicara begitu, Nduk! Semua ini sudah takdir Allah untukmu. Ibu yakin kamu kuat. Kamu sedang diuji Allah. Kasihan bayimu," sahut Ibu Laila. 

Beliau sebenarnya ingin menangis juga. Tapi, jika Ibu Laila menangis, itu akan membuat Hana semakin terpuruk.

Hal terberat saat menjadi ibu baru memang keluarga tidak mendukungnya. Peran keluarga sangatlah penting bagi ibu yang baru melahirkan. Perasaan yang masih sensitif membuat ibu baru mudah sekali tersinggung.

Faktor kelelahan karena harus begadang menjadi salah satu pemicunya. Apalagi jika ada salah satu anggota keluarga mengomentari hal-hal yang membuat ibu baru down. 

Rasa sakit ketika melahirkan belum usai, Ibu bayi harus dihadapkan dengan rutinitas baru yang menguras tenaganya. Babyblues bisa berakibat fatal jika tidak ditangani secara serius. Dan Ibu Laila sangat paham akan hal semacam itu.

"Assalamu'alaikum!" Terdengar suara Adam dari teras rumah. 

Karena suara tangisan Hana yang begitu kencang, membuat Adam panik. Dia pun segera berlari ke dalam kamar.

"Astaghfirullah al'adzim!" seru Adam saat melihat Hana tengah dipeluk sang Ibu yang menggendong anaknya yang juga ikut menangis.

"Ada apa dengan Hana, Bu?" tanya Adam.

"Ibu juga tidak tahu, Dam. Tadi Ibu tinggal sebentar ke kamar mandi, istrimu sudah seperti ini," balas Ibu Laila sambil menatap mata Adam.

"Kamu tenangkan istrimu dulu, ya, Le. Ibu mau buatkan susu dulu untuk anakmu. Kasihan dia, dia ikut merasakan yang dirasakan ibunya," sambung Ibu Laila.

"Iya, Bu."

Ibu Laila keluar kamar dengan membawa serta cucunya. Beliau mencari suaminya tapi tidak dapat ditemukan.

"Ayah ini kemana, sih? Selalu saja begini kalau dibutuhkan," gumam Ibu Laila.

"Sabar, ya, Cantik! Uti buatkan kamu susu dulu, ya! Ibu kamu lagi capek, kamu harus mengerti, ya, Sayang," ucap Ibu Laila kepada bayi yang belum genap satu bulan itu.

Alhamdulillah setelah diberikan susu oleh Ibu Laila, Bayi Kanaya anteng dan tidak menangis lagi. Bahkan dia tertidur pulas di gendongan neneknya.

"Anak sholehah ... anak baik, cucunya Uti. Masya Allah tabarakallah, tidur yang nyenyak, ya, Sayang!" 

Dengan penuh hati-hati, Ibu Laila meletakan bayi Kanaya ke dalam box bayi yang sengaja dibelinya saat bayi Kanaya masih dalam kandungan. 

"Syukurlah kalau Hana juga sudah tidak menangis lagi," kata Ibu Laila.

Beliau melihat jika Hana tertidur dalam pelukan anaknya. Adam pun juga ikut tertidur bersama istrinya. Terlihat wajah kelelahan dan kesedihan di muka keduanya.

"Maafkan ayahmu, Adam, Hana. Maafkan Ibu juga kalau tidak bisa banyak membantu kalian. Tapi Ibu janji tidak akan membiarkan ayahmu merusak rumah tangga kalian. Kalaupun Ibu harus menentang ayahmu, akan Ibu lakukan. Hana itu anak yang baik dan selama ini sudah jadi istri dan menantu yang baik pula. Tak pantas jika dia disia-siakan," gumam Ibu Laila sambil terus memandangi anak dan menantunya yang tertidur pulas.

Ibu Laila kembali ke ruang tamu untuk menjaga cucunya. Hingga datanglah Pak Guntur bersama seorang perempuan berjilbab dan juga dua orang laki-laki.

"Assalamu'alaikum! Mana Adam, Bu?" tanya Pak Guntur to the point.

"Waalaikumsalam. Lagi tidur, Yah. Ada apa, Yah? Mereka ini siapa?" tanya balik Ibu Laila.

"Ini calon istri kedua Adam. Hari ini dan detik ini juga Adam akan menikah dengannya."

"Apa?!" 

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status