Share

Bab 2

Hari ini Yuni menjalani pekerjaan dengan tanpa semangat, karena dia memikirkan apa yang harus dia lakukan untuk membeli pesanan Ibunya. Yaitu minta dibelikan beras.

Dengan berat hati Yuni memberanikan diri untuk meminjam uang kepada Bu Tari ketika beliau sudah datang untuk mengecek stok barang.

"Selamat siang Bu. Maaf saya ingin bicara sebentar, apakah boleh Bu?" tanya Yuni dengan ragu - ragu.

Sedangkan Bu Tari yang sudah mengerti arah pembicaraan Yuni hanya mendengus pelan. Sebenarnya Bu Tari telah lama ingin memecat Yuni, namun karena kinerja kerjanya yang bagus Bu Tari mempertahankannya hingga sekarang.

"Kamu ikut aku sekarang!" titah Bu Tari dengan berjalan di depan, Yuni menggigit bibirnya takut dia melirik ke arah Erin sebentar untuk memberikan semangat.

"B-baik Bu." Ucap Yuni dengan singkat, dia berjalan sambil menundukkan wajahnya. Namun dia telah hapal arah ruangan Bu Tari tanpa melihat ke arah depan.

Kaki Yuni terasa berat dia melangkah dengan sangat pelan. Namun bagaimanapun dia membutuhkan uang itu untuk makan malam hari ini.

Dengan hati - hati Yuni memasuki ruangan Bu Tari, sedangkan si empunya ruangan sedang duduk dan menatap tajam ke arah Yuni.

Yuni memberanikan diri untuk mengangguk dan tersenyum kepada Bu Tari, untuk menghormati beliau.

"Yun, kamu pasti tahu tujuan saya mengajak kamu untuk bicara disini." Tukas Bu Tari dengan suara yang pelan namun membuat Yuni merasa takut. Tak biasanya Bu Tari mengajak salah satu karyawannya untuk bicara di ruangan pribadinya.

"T-tidak Bu, memangnya saya ada salah apa?" Tanya Yuni dengan terbata dia merasa berada di pengadilan yang siap untuk di sidang.

"Kamu yang bilang tadi ingin bicara sama saya! Apa yang kamu ingin bicarakan?" Tanya Bu Tari yang sudah tahu apa yang akan Yuni bicarakan pasti masalah keuangan. Tidak menjadi rahasia umum kalau Yuni selalu berhutang pada Toko Bu Tari dan bahkan pada teman-teman kerja nya termasuk Erin.

"Maaf Bu, saya malu sebenarnya untuk bicara ini. Tetapi karena kebutuhan yang mendesak jadi saya beranikan diri untuk bicara pada Ibu Tari." Jawab Yuni dengan wajah ketakutan, karena dia sebenarnya masih memiliki hutang pada Bu Tari namun belum dibayarnya. Dan sekarang dia bingung apa harus mengatakan kalau akan pinjam lagi atau tidak. Tapi apa salahnya di coba pikir Yuni.

"Memangnya kamu mau apa? langsung aja kamu bicara." Tukas Bu Tari dengan raut wajah yang sangat serius.

Dengan meneguk ludah, Yuni akhirnya memberanikan diri untuk menyampaikan keinginannya untuk meminjam uang lagi pada Bu Tari.

"Jadi begini Bu, saya sebenarnya ingin meminjam uang lagi." Jawab Yuni singkat, namun hatinya merasa deg-degan karena takut permintaannya tidak dikabulkan.

Bu Tari diam tanpa mampu berkata apa-apa, dia sungguh bimbang dengan keputusannya. Namun dia merasa iba dengan Yuni sebenarnya karena dia pernah mendengar dari teman-teman Yuni kalau dia adalah tulang punggung keluarganya bahkan Yuni sampai putus sekolah hanya demi menopang kehidupan makan sehari - hari.

"Yun, Ibu bukannya tega dengan hidup kamu. Tetapi kamu sudah terlalu sering meminjam pada toko dan teman - teman kamu itu," ucap Bu Tari setelah beberapa saat terdiam.

Yuni pun tersadar setelah mendengar perkataan dari Bosnya itu, dia pun hanya menunduk dalam karena memang itu kesalahannya.

"Maafkan saya Bu, tetapi memang keadaan keluarga saya membutuhkan uang. Karena Ayah tidak bekerja dan masih memerlukan pengobatan sewaktu dia kecelakaan dulu." Timpal Yuni dengan mata yang mulai berembun, sungguh dia tidak menjual air mata demi membuat orang lain iba padanya. Namun memang keadaan Keluarganya yang membutuhkan uang.

Ibu Tari menghela nafas berat, dia juga tidak bisa memberikan terus-menerus pinjaman pada Yuni karena akan menimbulkan kecemburuan pada karyawan yang lainnya.

"Begini saja Rin, apakah kamu mau bekerja di Rumah Ibu?" Tanya Bu Tari setelah berpikir panjang agar Yuni bisa mendapatkan uang tambahan.

Yuni yang mendengar dia akan mendapatkan pekerjaan dan alhasil dia akan mendapatkan gaji tambahan merasa senang. Bagi dia tak apa kalau tubuh yang merasa capek, karena baginya yang terpenting Ayah dan Ibunya tidak merasa kekurangan lagi.

"B-benarkah yang Ibu katakan? Aku mau Bu, aku bisa memasak dan membersihkan rumah dengan sangat bersih." Jawab Yuni dengan cepat, sungguh pertolongan Tuhan begitu tepat untuknya.

"Ya sudah kalau begitu, bagaimana kalau mulai malam ini kamu bekerjanya karena kebetulan rumah saya kedatangan teman-teman kuliah anak saya dan pasti saya membutuhkan tenaga tambahan untuk membantu saya." Ucap Ibu Tari dengan tersenyum, dia merasa senang bisa membantu Yuni walaupun bukan dengan uang.

"Terima kasih Bu, baik saya akan kerja malam ini. Setelah pulang kerja dari sini. " Tukas Yuni dengan kegirangan, sungguh dia merasa bersyukur dia dikelilingi oleh orang - orang yang baik meski Keluarganya sendiri tidak memperlakukan Yuni selayaknya manusia.

"Kamu sekarang balik bekerja, ingat kerja yang baik. Karena kamu bekerja di dua tempat, tetapi saya tidak ingin mendapat laporan kalau kerja kamu menjadi malas." Ujar Bu Tari sambil berdiri dan membuka pintu ruangannya dengan melangkah anggun.

"Baik Bu, saya janji tidak akan membuat Ibu kecewa. Sekali lagi saya ucapkan terima kasih." Timpal Yuni dengan mencium tangan Ibu Tari berkali - kali.

Ibu Tari hanya tersenyum melihat tingkah Yuni yang merasa girang, entah mengapa dia merasa iba dengan anak ini. Padahal karyawannya banyak yang sama usianya dengan Yuni, namun Ibu Tari merasa Yuni sangat berbeda dan Ibu Tari mengakui kalau dia menyayangi Yuni seperti anaknya sendiri.

Yuni pun meninggalkan ruangan Bu Tari dengan senyum yang begitu lebar, namun tiba - tiba dia teringat dengan permintaan Ibunya untuk membeli beras untuk bahan makanan nanti malam.

Yuni pun kembali termenung dan merasa sedih. Namun dia tetap bertanggung jawab untuk bekerja dengan baik, karena dia tidak ingin membuat Ibu Tari kecewa karena beliau selama ini sudah sangat baik dengan Yuni.

"Yun, ayo pulang yok. Ini kan sudah waktunya jam pulang." Ajak Erin sambil mencubit lenganku yang sedang melamun.

"Kamu duluan aja Rin, aku sedang ada keperluan dengan Ibu Tari." Tolak Yuni halus tidak ingin Erin tahu kalau dia bekerja di Rumah Bu Tari karena Erin akan banyak bertanya, Yuni tidak ingin mengumbarnya karena cukup dia dan Bu Tari yang tahu.

"Kamu ada masalah sama Bu Tari, Rin? aku lihat kamu dipanggil Ibu Tari ke ruangannya." Tanya Erin penasaran, karena dia takut kalau sampai Yuni dipecat dari sini. Bagaimana Yuni bisa bertahan hidup kalau dia tidak mempunyai pekerjaan.

"Tidak ada masalah apa-apa cuma aku ditanya masalah pinjaman." Jawab Yuni dengan berbohong.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status