Share

Bab 2

Author: Nursholehah
last update Last Updated: 2023-06-27 10:14:24

Hari ini Yuni menjalani pekerjaan dengan tanpa semangat, karena dia memikirkan apa yang harus dia lakukan untuk membeli pesanan Ibunya. Yaitu minta dibelikan beras.

Dengan berat hati Yuni memberanikan diri untuk meminjam uang kepada Bu Tari ketika beliau sudah datang untuk mengecek stok barang.

"Selamat siang Bu. Maaf saya ingin bicara sebentar, apakah boleh Bu?" tanya Yuni dengan ragu - ragu.

Sedangkan Bu Tari yang sudah mengerti arah pembicaraan Yuni hanya mendengus pelan. Sebenarnya Bu Tari telah lama ingin memecat Yuni, namun karena kinerja kerjanya yang bagus Bu Tari mempertahankannya hingga sekarang.

"Kamu ikut aku sekarang!" titah Bu Tari dengan berjalan di depan, Yuni menggigit bibirnya takut dia melirik ke arah Erin sebentar untuk memberikan semangat.

"B-baik Bu." Ucap Yuni dengan singkat, dia berjalan sambil menundukkan wajahnya. Namun dia telah hapal arah ruangan Bu Tari tanpa melihat ke arah depan.

Kaki Yuni terasa berat dia melangkah dengan sangat pelan. Namun bagaimanapun dia membutuhkan uang itu untuk makan malam hari ini.

Dengan hati - hati Yuni memasuki ruangan Bu Tari, sedangkan si empunya ruangan sedang duduk dan menatap tajam ke arah Yuni.

Yuni memberanikan diri untuk mengangguk dan tersenyum kepada Bu Tari, untuk menghormati beliau.

"Yun, kamu pasti tahu tujuan saya mengajak kamu untuk bicara disini." Tukas Bu Tari dengan suara yang pelan namun membuat Yuni merasa takut. Tak biasanya Bu Tari mengajak salah satu karyawannya untuk bicara di ruangan pribadinya.

"T-tidak Bu, memangnya saya ada salah apa?" Tanya Yuni dengan terbata dia merasa berada di pengadilan yang siap untuk di sidang.

"Kamu yang bilang tadi ingin bicara sama saya! Apa yang kamu ingin bicarakan?" Tanya Bu Tari yang sudah tahu apa yang akan Yuni bicarakan pasti masalah keuangan. Tidak menjadi rahasia umum kalau Yuni selalu berhutang pada Toko Bu Tari dan bahkan pada teman-teman kerja nya termasuk Erin.

"Maaf Bu, saya malu sebenarnya untuk bicara ini. Tetapi karena kebutuhan yang mendesak jadi saya beranikan diri untuk bicara pada Ibu Tari." Jawab Yuni dengan wajah ketakutan, karena dia sebenarnya masih memiliki hutang pada Bu Tari namun belum dibayarnya. Dan sekarang dia bingung apa harus mengatakan kalau akan pinjam lagi atau tidak. Tapi apa salahnya di coba pikir Yuni.

"Memangnya kamu mau apa? langsung aja kamu bicara." Tukas Bu Tari dengan raut wajah yang sangat serius.

Dengan meneguk ludah, Yuni akhirnya memberanikan diri untuk menyampaikan keinginannya untuk meminjam uang lagi pada Bu Tari.

"Jadi begini Bu, saya sebenarnya ingin meminjam uang lagi." Jawab Yuni singkat, namun hatinya merasa deg-degan karena takut permintaannya tidak dikabulkan.

Bu Tari diam tanpa mampu berkata apa-apa, dia sungguh bimbang dengan keputusannya. Namun dia merasa iba dengan Yuni sebenarnya karena dia pernah mendengar dari teman-teman Yuni kalau dia adalah tulang punggung keluarganya bahkan Yuni sampai putus sekolah hanya demi menopang kehidupan makan sehari - hari.

"Yun, Ibu bukannya tega dengan hidup kamu. Tetapi kamu sudah terlalu sering meminjam pada toko dan teman - teman kamu itu," ucap Bu Tari setelah beberapa saat terdiam.

Yuni pun tersadar setelah mendengar perkataan dari Bosnya itu, dia pun hanya menunduk dalam karena memang itu kesalahannya.

"Maafkan saya Bu, tetapi memang keadaan keluarga saya membutuhkan uang. Karena Ayah tidak bekerja dan masih memerlukan pengobatan sewaktu dia kecelakaan dulu." Timpal Yuni dengan mata yang mulai berembun, sungguh dia tidak menjual air mata demi membuat orang lain iba padanya. Namun memang keadaan Keluarganya yang membutuhkan uang.

Ibu Tari menghela nafas berat, dia juga tidak bisa memberikan terus-menerus pinjaman pada Yuni karena akan menimbulkan kecemburuan pada karyawan yang lainnya.

"Begini saja Rin, apakah kamu mau bekerja di Rumah Ibu?" Tanya Bu Tari setelah berpikir panjang agar Yuni bisa mendapatkan uang tambahan.

Yuni yang mendengar dia akan mendapatkan pekerjaan dan alhasil dia akan mendapatkan gaji tambahan merasa senang. Bagi dia tak apa kalau tubuh yang merasa capek, karena baginya yang terpenting Ayah dan Ibunya tidak merasa kekurangan lagi.

"B-benarkah yang Ibu katakan? Aku mau Bu, aku bisa memasak dan membersihkan rumah dengan sangat bersih." Jawab Yuni dengan cepat, sungguh pertolongan Tuhan begitu tepat untuknya.

"Ya sudah kalau begitu, bagaimana kalau mulai malam ini kamu bekerjanya karena kebetulan rumah saya kedatangan teman-teman kuliah anak saya dan pasti saya membutuhkan tenaga tambahan untuk membantu saya." Ucap Ibu Tari dengan tersenyum, dia merasa senang bisa membantu Yuni walaupun bukan dengan uang.

"Terima kasih Bu, baik saya akan kerja malam ini. Setelah pulang kerja dari sini. " Tukas Yuni dengan kegirangan, sungguh dia merasa bersyukur dia dikelilingi oleh orang - orang yang baik meski Keluarganya sendiri tidak memperlakukan Yuni selayaknya manusia.

"Kamu sekarang balik bekerja, ingat kerja yang baik. Karena kamu bekerja di dua tempat, tetapi saya tidak ingin mendapat laporan kalau kerja kamu menjadi malas." Ujar Bu Tari sambil berdiri dan membuka pintu ruangannya dengan melangkah anggun.

"Baik Bu, saya janji tidak akan membuat Ibu kecewa. Sekali lagi saya ucapkan terima kasih." Timpal Yuni dengan mencium tangan Ibu Tari berkali - kali.

Ibu Tari hanya tersenyum melihat tingkah Yuni yang merasa girang, entah mengapa dia merasa iba dengan anak ini. Padahal karyawannya banyak yang sama usianya dengan Yuni, namun Ibu Tari merasa Yuni sangat berbeda dan Ibu Tari mengakui kalau dia menyayangi Yuni seperti anaknya sendiri.

Yuni pun meninggalkan ruangan Bu Tari dengan senyum yang begitu lebar, namun tiba - tiba dia teringat dengan permintaan Ibunya untuk membeli beras untuk bahan makanan nanti malam.

Yuni pun kembali termenung dan merasa sedih. Namun dia tetap bertanggung jawab untuk bekerja dengan baik, karena dia tidak ingin membuat Ibu Tari kecewa karena beliau selama ini sudah sangat baik dengan Yuni.

"Yun, ayo pulang yok. Ini kan sudah waktunya jam pulang." Ajak Erin sambil mencubit lenganku yang sedang melamun.

"Kamu duluan aja Rin, aku sedang ada keperluan dengan Ibu Tari." Tolak Yuni halus tidak ingin Erin tahu kalau dia bekerja di Rumah Bu Tari karena Erin akan banyak bertanya, Yuni tidak ingin mengumbarnya karena cukup dia dan Bu Tari yang tahu.

"Kamu ada masalah sama Bu Tari, Rin? aku lihat kamu dipanggil Ibu Tari ke ruangannya." Tanya Erin penasaran, karena dia takut kalau sampai Yuni dipecat dari sini. Bagaimana Yuni bisa bertahan hidup kalau dia tidak mempunyai pekerjaan.

"Tidak ada masalah apa-apa cuma aku ditanya masalah pinjaman." Jawab Yuni dengan berbohong.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Mesin Pencetak Uang untuk Ibu   Bab 80

    Setelah semua prosesi pernikahan telah selesai, Rio dan Diana melaksanakan bulan madunya di sebuah hotel mewah. Mereka berdua sedang membuka kado dari relasi mereka."Sayang, ini kira-kira hadiah dari siapa?" tanya Diana pada Rio yang tengah merebahkan tubuhnya di ranjang.Rio nampak menghampiri istrinya untuk melihat dari siapa kado yang di maksud oleh istrinya itu."Oh ini dari Rafael, coba lihat apa yang berinya?" jawab Rio dengan duduk di samping istrinya.Diana tampak membuka kado yang diberi oleh Andrew dengan perasaan bahagia, momen membuka kado adalah hal yang paling disenangi setiap orang."Wah, dia kasih kita jam tangan couple yang bermerk ini sayang." Ucap Diana dengan mata berbinar."Ini pasti mahal loh, dek. Ya Allah ternyata dia orangnya baik meskipun terkadang ketus." Timpal Rio memperhatikan jam tangan yang ada di hadapannya dengan padangan takjub.Diana lalu meletakkan jam tangan mahal itu di sebuah lemari oerhiasan, lalu dia kembali ingin membuka kado yang lainnya."

  • Mesin Pencetak Uang untuk Ibu   Bab 79

    Pagi ini seakan hari yang paling indah untuk Rio dia merasa bahagia karena saat ini dirinya akan menikahi sang pujaan hati yaitu Diana, wanita yang mau menerima kekurangannya karena Diana tahu masa lalu Rio yang dahulu tidak bahagia karena harus menjadi yatim piatu sejak kecil, kedua orang tua Rio mengalami kecelakaan tunggal dan mereka meninggal dunia di tempat kejadian.Maka dari itu dia hidup sebatang kara di sebuah panti asuhan, karena kegigihannya dan kepintarannya akhirnya Rio bisa menyelesaikan sekolahnya dan dirinya mendapatkan beasiswa ke luar negeri. Dan disana dia bertemu dengan Andrew dengan tidak sengaja menabraknya, karena kejujuran Rio yang mengembalikan dompet milik Andrew yang berisi kartu debit puluhan miliar jadi membuat Andrew merasa bahagia bisa bertemu dengan orang yang jujur, karena selama ini orang-orang yang berada di sekita Andrew kebanyakan tidak jujur dan munafik.Setelah Andrew lama mengenal Rio, akhirnya dia menjadikan Rio bekerja di perusahaanya sekaligu

  • Mesin Pencetak Uang untuk Ibu   Bab 78

    Setelah kedua keluarga selesai menyantap makan malamnya, lalu mereka beranjak ke ruang keluarga untuk membicarakan hal yang lebih serius.Mereka duduk dengan perasaan gelisah dan perasaan gugup, terlebih lagi bagi Yuni dan juga Andrew."Terima kasih atas jamuan makan malam yang begitu lezatnya, saya baru pertama kali memakan masakan Indonesia yang ternyata sangat enak." Ucap Pak Ali dengan senyum berkembang karena perasaan bahagiannya.Ibu Tari yang berkali-kali masakannya dipuji langsung membalasnya dengan senyuman."Makanan kampung saja kok, pak. Tidak ada masakan western yang biasa Pak Ali dan Ibu Agnes makan karena jujur saja saya dan Yuni tidak bisa membuatnya," Jawab Ibu Tari dengan perasaan bahagia karena bisa bertemu dengan kedua orang tua Andrew."Itu saja sudah sangat enak kok, Bu. Justru kalau makanan seperti itu saya bosan karena setiap hari makan, tapi kalau makanan Indonesia rasanya sangat enak dan membuat aku ketagihan." Ujar Agnes seraya mengenggam tangan Ibu Tari deng

  • Mesin Pencetak Uang untuk Ibu   Bab 77

    Agnes dan Ali telah sampai di kediaman Ibu Tari dan juga Pak Andi, mereka tampak takjub dengan rumah Yuni yang begitu asri dan sejuk karena banyak di tumbuhi tumbuhan yang sangat indah."Andrew benarkah ini rumahnya?" tanya Agnes seraya mencolek lengan anaknya, dirinya heran karena rumah Yuni terlihat lenggang dan sepi. Agnes juga tampak terkejut dengan rumah Yuni yang disangka sederhana tetapi pas mereka sampai dirumahnya begitu terpesona dengan suasana rumah Yuni."Bener, kok mom. Memangnya kenapa?" tanya Andrew dengan memandang lekat ke arah mommynya."Tidak apa-apa, rumah keluarga Yuni begitu asri dan sejuk. Nanti kalau pulang ke Dubai aku ingin merubah taman di belakang rumah seperti ini." Jawab Agnes dengan menunjuk ke arah tumbuhan yang bunganya sedang bermekaran warna-warni.Andrew tersenyum lebar ke arah mommynya, kesan pertama tentang keluarga Yuni tergambar jelas pada Agnes dia sangat menyukai rumah Yuni yang begitu nyaman dan membuat orang betah berlama-lama di rumahnya."

  • Mesin Pencetak Uang untuk Ibu   Bab 76

    Malam itu Agnes dan Ali tampak rapih dengan pakaian terbaiknya, Ali dengan jas kebesarannya dan Agnes dengan gaun mahalnya yang memperlihatkan lengannya yang terbuka. Andrew yang sedang dalam perjalanan hendak menjemput kedua orang tuanya untuk datang ke rumah Yuni.Tok...tok...tokAndrew mengetuk pintu apartemen orang tuanya.Ceklek..Ali membukakan pintu untuk Andrew, dia sudah tidak sabar ingin berjumpa dengan besannya itu."Hai, nak. Kamu dengan siapa kesini? Apa dengan Rio?" tanya Ali menoleh ke arah belakang badan Andrew mencari keberadaan Rio."Rio sedang sibuk, dad." Jawab Andrew melangkahkan kakinya masuk ke dalam apartemen mencari keberadaan mommynya."Tumben dia sibuk, biasanya dia tidak akan pergi kemana-mana selalu berada di samping kamu." Timpal Ali dengan mengeryitkan keningnya, dia heran Rio tak berada di samping Rio karena dia biasanya adalah asisten yang sangat setia."Dia besok akan menikah, dad. Oh ya jangan lupa besok kita semua akan menghadiri acara ijab kobulnya

  • Mesin Pencetak Uang untuk Ibu   Bab 75

    Siang itu Agnes dan Ali sedang mempersiapkan berbagai barang untuk di bawa ke Indonesia, baju-baju mereka dan juga barang belanjaan yang akan diberikan untuk Andrew sudah dipersiapkan oleh Agnes dan telah dimasukkan ke dalam koper mereka."Sayang, apa ini tidak terlalu banyak koper yang akan kita bawa?" Tanya Ali memandang pening ke arah lima koper yang akan mereka bawa.Agnes yang tengah sibuk memasukan bajunya ke dalam koper seketika menghentikan aktifitasnya, dia memandang ke arah suaminya yang berdiri tak jauh dari dirinya."Tentu saja tidak banyak sayang, justru ini masih kurang barang yang mommy beli." Jawab Agnes dengan singkat, lalu dirinya menyibukkan kembali kegiatannya memasukkan barang ke dalam kopernya.Ali tampak tersentak mendengar jawaban dari istirnya, bagaimana bisa dia membawa koper sebanyak ini tanpa asisten seperti Rio.Dia pun duduk di atas kursi tamunya dengan memijat pelipisnya, kalau istrinya memiliki keinginan sulit untuk di bantah apalagi di tolak.Dering po

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status