Mesin Pencetak Uang untuk Ibu

Mesin Pencetak Uang untuk Ibu

By:  Nursholehah  Ongoing
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
Not enough ratings
80Chapters
1.3Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
Leave your review on App

Seorang gadis bernama Yuni yang harus menjadi tulang punggung keluarganya. Ibunya dan kedua kakaknya tidak menyayangi Yuni, cuma ayahnya saja yang sayang dengannya. Hingga suatu waktu terbongkarlah sebuah rahasia kalau Yuni adalah anak yang di tukar oleh Pak Doni yaitu ayahnya karena anak kandungnya telah meninggal dunia, karena takut istrinya Ibu Nina sedih terpaksa dia menukar bayi orang lain dengan bayinya yang telah meninggal. Kebahagiaan Yuni telah lengkap karena hadinya seorang pria yang selalu ada di sampingnya, yaitu Andrew. Berkat Andrew juga Yuni akhirnya bisa bertemu dengan kedua orang tua kandungnya. Akankah keluarga Andrew yang terkenal kaya raya berasal dari negara Uni Emirate Arab akan menerima Yuni yang berbeda latar belakang dan budaya. Apakah juga orang tua Yuni akan menerima lamaran Andrew dan merelakan Yuni untuk tinggal bersama Andrew setelah menikah mengingat orang tua Yuni baru bisa berkumpul kembali selama belasan tahun terpisah.

View More
Mesin Pencetak Uang untuk Ibu Novels Online Free PDF Download

Latest chapter

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments
No Comments
80 Chapters
Bab 1
"Yun, beras dirumah habis. Nanti jangan lupa beli kalau kamu pulang," teriak Ibu dari pintu rumah."Iya Buk, nanti Yuni belikan." Ucapku sambil menunduk.Entah harus apa yang aku perbuat untuk membeli beras untuk Ibuku. Sedangkan uang di tangan hanya sepuluh ribu."Bapak dadanya sesak Yun, nanti tolong kamu belikan obat di apotik." Titah Bapak yang tiba - tiba keluar dari Pintu belakang. Jalannya terpincang - pincang berjalan ke arah kamarnya kembali.Aku hanya mengangguk, namun pikiran ini kosong. Entah mengapa semua beban orangtuaku aku yang menanggung sedangkan kedua kakakku Radit dan Gino hanya berpangku tangan.Aku membuang nafas kasar, pekerjaanku sebagai Pelayan Toko tidak cukup untuk menompang kehidupan kedua orangtuaku.Namaku Yuni Aria, usiaku baru menginjak 18 tahun. Aku dilahirkan dari Pasangan suami istri yang bernama Bapak Doni dan Ibu Nina. Ayahku dulunya bekerja sebagai Buruh di Pabrik, namun karena kecelakaan kerja beliau di PHK oleh Perusahaanya dan diberi Pesangon h
Read more
Bab 2
Hari ini Yuni menjalani pekerjaan dengan tanpa semangat, karena dia memikirkan apa yang harus dia lakukan untuk membeli pesanan Ibunya. Yaitu minta dibelikan beras.Dengan berat hati Yuni memberanikan diri untuk meminjam uang kepada Bu Tari ketika beliau sudah datang untuk mengecek stok barang."Selamat siang Bu. Maaf saya ingin bicara sebentar, apakah boleh Bu?" tanya Yuni dengan ragu - ragu.Sedangkan Bu Tari yang sudah mengerti arah pembicaraan Yuni hanya mendengus pelan. Sebenarnya Bu Tari telah lama ingin memecat Yuni, namun karena kinerja kerjanya yang bagus Bu Tari mempertahankannya hingga sekarang."Kamu ikut aku sekarang!" titah Bu Tari dengan berjalan di depan, Yuni menggigit bibirnya takut dia melirik ke arah Erin sebentar untuk memberikan semangat."B-baik Bu." Ucap Yuni dengan singkat, dia berjalan sambil menundukkan wajahnya. Namun dia telah hapal arah ruangan Bu Tari tanpa melihat ke arah depan.Kaki Yuni terasa berat dia melangkah dengan sangat pelan. Namun bagaimanapu
Read more
Bab 3
Selepas pulang dari Toko Bu Tari, Yuni melanjutkan pekerjaan sebagai Asisten Rumah Tangga di rumah Ibu Tari. Bosnya di Toko tempat Yuni bekerja.Sore ini Yuni langsung membereskan rumah Bu Tari yang mewah, ternyata Bu Tari memiliki suami seorang Pengacata sehingga Yuni tidak heran kalau rumah Ibu Tari begitu besar.Yuni merasa heran, mengapa rumah begini besarnya Ibu Tari hanya tinggal berdua dengan suaminya. Sedangkan anaknya yang laki-laki yang hari ini ada acara bersama teman-temannya tinggalnya di luar kota untuk mengenyam bangku kuliah.Anak laki-laki Ibu Tari, belum datang karena dia rencananya akan datang bersama teman-temannya dan dia hanya mengimkan pesan kepada Ibu Tari untuk mempersiapkan segala kebutuhannya saat dia datang."Yun, kamu bisa masak opor tidak? karena Rafael sangat suka masakan opor ayam kampung. Tadi dia kirim pesan minta dibikinin dengan porsi yang sangat banyak." Titah Ibu Tari dari arah tengah seraya membawa potongan ayam yang ada didalam panci."Bisa Bu,
Read more
Bab 4
Acara pertemuan teman-teman Rafael pun dilangsungkan dengan sangat meriah ada sekitar empat mobil yang membawa teman-temannya. Yuni dan Bik Ningsih sudah mempersiapkan beraneka ragam masakan. Ada opor ayam, sambal goreng ati, dan daging rendang yang menggugah selera."Enak banget ini Raf, jadi laper liatnya." Celetuk salah satu teman Rafael yang bernama Noval."Iya dong, kalau dirumahku pasti masakannya jos banget." Timpal Rafael dengan bangga, dia masih mengira masakan ini yang masak Maminya, karena Bik Ningsih menurutnya masakannya kurang enak.Yuni mendengar sayup-sayup teman Rafael yang memuji masakannya hanya senyum-senyum simpul."Neng, masakan Neng enak banget, ini Bibik lagi makan sedikit." Ujar Bibik yang sedang makan karena sudah selesai menyiapkan acara untuk Tuan Mudanya.Yuni yang melihat berbagai macam makanan yang tersaji menjadi teringat Kedua Orang tuanya yang pasti menunggunya di rumah.Hinga dia menjadi gelisah dan tidak bisa menelan makanan biarpun yang ada didepan
Read more
Bab 5
Akhirnya acara perkumpulan teman-teman Rafael telah selesai, dan mereka telah pergi dari kediaman rumah Rafael satu persatu.Yuni dan Bik Ningsih segera membereskan sisa makanan, piring dan gelas yang ditinggalkan oleh mereka.Yuni melakukan pekerjaan dengan cekatan dan rapih dan itu tak luput dari penglihatan Bu Tari. Dia merasa puas dengan hasil kerja Yuni yang begitu rajin dan tak kenal lelah."Mam, teman-teman aku semua bilang kalau masakan Mami semuanya enak. Bahkan sampai ada yang bawa untuk dirumah lho!" Tukas Rafael seraya duduk disamping Maminya Bu Tari."Memangnya kamu kira itu masakan Mami?" Ucap Bu Tari dengan seraya menggoda anaknya."Lho bukannya tadi mirip seperti masakan Mami. Rasanya bahkan rendangnya seperti masakan Mami pas lebaran kemarin." Jawab Rafael dengan terheran-heran mendengar ucapan Maminya."Itu semua masakan Yuni Raf, mana mungkin Mami mau pulang kerja langsung masak. Ogah..apalagi Papi tidak sedang dirumah." Jawab Bu Tari sambil mencubit pipi Rafael.Ra
Read more
Bab 6
Sepanjang perjalanan tidak ada percakapan antara Yuni dan Rafael. Rafael yang duduk di kursi kemudi terlalu fokus dengan kemudinya, sedangkan Yuni yang sedang duduk di sampingnya merasa gugup, awalnya Yuni menolak untuk duduk di samping Rafael namun Ibu Tari memaksa seraya bilang Rafael bukan supir Yuni jadi dia menyuruh untuk duduk berdampingan."Emm.. Usia kamu berapa?" tanya Rafael tiba-tiba membuat Yuni merasa kaget."A-aku 16 tahun Kak." Jawab Yuni dengan menunduk, dia memanggil Rafael dengan sebutan "Kak" karena bingung panggilan apa yang harus diucapkannya."Ternyata kamu masih muda sekali ya, tetapi kenapa kamu memilih bekerja.?" Tanya Rafael lagi sebenarnya penasaran dengan hidup Yuni yanh begitu miris.Yuni langsung menunduk dengan pertanyaan Rafel, sungguh sudah banyak ribuan bahkan jutaan kali orang yang heran dengan dia kenapa memilih bekerja daripada melanjutkan Sekolah alasannya yaitu karena ekonomi.Yuni menghela nafas kasar dan mulai mengatur kata-kata untuk menjawab
Read more
Bab 7
Melihat Yuni yang menangis sesengukan di lantai Sang Ayah duduk menghampiri."Kamu kenapa Nak? jangan menangis di lantai, ayo bangun." Titah Pak Doni pada anaknya Yuni yang sedang menangis di lantai.Yuni segera menyeka air matanya dan memeluk sang Ayah, saat ini hanyalah Ayahnya yang mengerti dirinya."Tidak apa-apa Yah. Yuni hanya kecapean saja," ucap Yuni berbohong karena tidak mau menambah pikiran Sang Ayah apalagi barusan Yuni melihat Ayahnya makan dengan lahap dan penuh gembira karena makanan yang Yuni bawa sangat enak dan mewah menurut Ayahnya."Ya sudah kamu sekarang istrirahat, biarkan Ayah saja yang membersihkan sisa makannya." Ucap Pak Doni penuh pengertian pada Yuni, dia sebenarnya merasa iba dengan Yuni di usia yang sangat muda harus membanting tulang demi mencukupi keluarga."T-tapi, Pak" ucapku ragu, takut kalau Ayah yang melakukannya beliau akan kelelahan."Sudahlah Nak, jangan risaukan Ayahmu. Ayah sudah sehat dan kuat," jawab Ayah Yuni sambil memperlihatkan otot tubu
Read more
Bab 8
Melihat tasnya yang berserakan di lantai membuat Yuni lemas tak berdaya, dia tak menyangka uang yang selama ini dia kumpulkan raib tak bersisa karena diambil paksa oleh Ibunya."Nak, kamu sebaiknya istirahat tidak usah menyesali yang sudah terjadi." Ucap Sang Ayah menenangkan hati Yuni yang sedih."Ayah, maafkan Yuni tidak bisa membawa berobat Ayah. Uang itu untuk biaya berobat Ayah yang selama ini Yuni kumpulkan." Timpal Yuni kembali terisak karena dia merasa menyesali dirinya yang begitu bodoh tidak menyimpan uangnya dengan baik hingga bisa diketahui oleh Ibunya."Tidak usah bersedih lagi, Ayah tidak apa-apa. Berobat bisa kapan saja, yang terpenting kamu selalu sehat buat Ayah." Ujar Sang Ayah yang sebenarnya menaruh amarah pada istrinya yang selalu pilih kasih pada Yuni. Dia selalu memeras tenaga Yuni untuk mendapatkan uang, sedangkan kedua kakaknya dibiarkan malas-malasan dirumah.Yuni mengangguk menuruti keinginan Ayahnya untuk beristirahat. Selepas kepergian Pak Doni dari kamar
Read more
Bab 9
Yuni berangkat kerja pagi ini dengan hati yang sedih dia tidak bernafsu untuk makan pagi kali ini."Yun, kamu makan yang banyak. Apalagi kamu kerja di dua tempat pasti lelah." Ujar Sang Ayah yan sedang mengunyah makan dengan lahap di atas meja makan.Sementara Ibu Nina sedang berada di kamar bersama kedua anaknya."Iya Pak, Yuni cuma belum nafsu makan mungkin nanti makannya pas ada ditoko." Jawab Yuni dengan wajah menunduk ke arah makanan nya.Pak Doni tidak melanjutkan untuk menyuruh Yuni untuk makan, dia tahu Yuni sedang bersedih jadi dia memilih untuk diam.Tak lama kemudian Gio keluar dari kamar Ibunya dengan wajah yang masam."Gio, kamu kenapa mukanya kaya ditekuk begitu?" Tanya Pak Doni pada Gio yang sedang melangkah ke kamarnya untuk kembali tertidur. Gio tidak menjawab pertanyaan dari Bapaknya, dia hanya melirik sekilas dan kembali melangkah ke depan.Pak Doni hanya menggelengkan wajahnya melihat tingkah Gio dan Radit yang begitu manja dan malas bekerja. Mereka mewarisi sikap
Read more
Bab 10
Yuni langsung tersadar kala pria itu menepuk bahu Yuni pelan."Ehhh..." teriak Yuni terperanjat tidak siap karena pria itu membuatnya kaget."Kamu tidak apa-apa? kalau ada yang sakit saya akan bawa kamu ke Rumah sakit?" tanya pria itu ingin mengobati Yuni jikalau dia ada luka saat jatuh tadi."Tidak usah, saya baik-baik saja. Maaf ya Tuan saya terburu-buru hingga tidak melihat ada orang di depan saya." Jawab Yuni seraya menunduk karena dia merasa bersalah.Pria itu menatap tajam ke arah Yuni, tersungging senyum yang hanya pria itu yang tahu."Tuan Andrew... Apakah anda tidak apa-apa?" Tiba-tiba saja seseorang pria yang juga memakai jas datang memeriksa pria yang ternyata bernama Andrew."Saya tidak apa-apa, hanya nona ini terlihat terluka." Tunjuk Andrew yang melihat Yuni berdiri dengan luka lecet di tangannya.Yuni yang sadar dirinya diperhatikan, langsung tidak enak karena dirinya yang bersalah."Maaf Tuan, saya tidak apa-apa. Justru saya yang merasa bersalah." Ucap Yuni yang mengig
Read more
DMCA.com Protection Status