Selepas pulang dari Toko Bu Tari, Yuni melanjutkan pekerjaan sebagai Asisten Rumah Tangga di rumah Ibu Tari. Bosnya di Toko tempat Yuni bekerja.
Sore ini Yuni langsung membereskan rumah Bu Tari yang mewah, ternyata Bu Tari memiliki suami seorang Pengacata sehingga Yuni tidak heran kalau rumah Ibu Tari begitu besar.Yuni merasa heran, mengapa rumah begini besarnya Ibu Tari hanya tinggal berdua dengan suaminya. Sedangkan anaknya yang laki-laki yang hari ini ada acara bersama teman-temannya tinggalnya di luar kota untuk mengenyam bangku kuliah.Anak laki-laki Ibu Tari, belum datang karena dia rencananya akan datang bersama teman-temannya dan dia hanya mengimkan pesan kepada Ibu Tari untuk mempersiapkan segala kebutuhannya saat dia datang."Yun, kamu bisa masak opor tidak? karena Rafael sangat suka masakan opor ayam kampung. Tadi dia kirim pesan minta dibikinin dengan porsi yang sangat banyak." Titah Ibu Tari dari arah tengah seraya membawa potongan ayam yang ada didalam panci."Bisa Bu, saya terbiasa masak opor kalau lebaran. Mudah-mudahan cocok dengan keluarga Ibu Tari." Ujar Yuni sambil mengambil wadah yang dibawa oleh Ibu Tari."Ya nanti sekalian saya cek rasanya masakan kamu. Nanti kalau enak saya promosikan ke teman-teman arisan untuk membuat pesanan katering di kamu," timpal Ibu Tari dengan tersenyum melihat Yuni dengan cekatan membersihkan ayam potong itu dengan air yang mengalir."Kalau begitu Ibu tinggal ke depan dulu ya, sambil mempersiapkan ruangan tamu yang nanti buat temen-temennya Rafael berkumpul." Tukas Ibu Tari seraya berjalan meninggalkan ruangan dapur.Yuni merasa senang karena Ibu Tari orangnya sangat baik, bahkan Yuni lihat cara beliau memperlakukan semua pegawainya dirumahnya begitu baik bahkan menurut cerita asisten rumah tangga yang bersama dengan Yuni."Anaknya Nyonya sangat tampan lho nduk. Kamu pasti terpesona, sepertinya umur kalian sama." Ujar Asisten Rumah Tangga Ibu Tari yang bernama Ningsih. Umur Bik Ningsih sama dengan Ibunya Yuni namun Bik Ningsih terlihat lebih sabar dan murah senyum."Ya ampun Bik, mana berani aku suka sama anak Ibu Tari. Lagi pula aku masih belum memikirkan masalah percintaan karena masih ingin membahagiakan keluarga dulu." Ucap Yuni dengan tersenyum seraya tangannya mempersiapkan bumbu untuk Masakan Ayam Opor."Neng ini suka merendah. Bibik lihat neng ini cantik banget loh! kulitnya putih mulus pasti banyak yang naksir." Puji Bik Ningsih sambil menatap lekat wajah Yuni."Bibik bisa aja, aku ini terbiasa di dapur. Jadi mana ada aku cantik banyak yang naksir." Ujar Yuni berbohong dan karena memang selama ini banyak yang mencuri-curi pandang ke arahnya namun Yuni tidak pernah mengubrisnya, karena buat Yuni pacaran membuang-buang waktu dan perasaan. Dia juga tidak ingin waktunya terbagi dan akhirnya dia tidak bisa mencari uang untuk Ibu dan Ayahnya makan."Neng ini orangnya lucu sama kaya Den Rafael, suka godain Bibik di dapur." Timpal Bik Ningsih dengan wajah tersenyum karena dia merasa senang karena mulai sekarang dia tidak kesepian karena setiap hari Yuni akan menemaninya untuk membantu pekerjaan rumah walaupun hanya sore sampai malam."Sudah Bik, kita sebaiknya cepat selesaikan karena takut nanti acaranya sudah dimulai makanannya belum jadi." Potong Yuni sambil merebus ayam kampung ke dalam panci besar agar dagingnya empuk.Setelah beberapa jam kemudian makanan yang akan disajikan untuk acara Rafael pun telah siap. Yuni sedang memotong buah semangka untuk makanan pencuci mulut dan Bik Ningsih sedang merapihkan piring-piring dan menyusunnya di meja makan."Bagaimana Yun, masakannya sudah siap?" Tanya Bu Tari dengan tiba-tiba dari arah depan hingga mengaggetkan dua orang itu."Ya Ampun Bu, aku sampai kaget. Tenang saja Bu, ini sudah siap semua dan mudah-mudahan enak." Ucap Yuni dengan memegang dadanya yang jantungnya berdegub kencang."Kalian berdua ini terlalu serius hingga tidak menyadari kalau saya memanggil dari tadi." Timpal Ibu Tari yang sudah menggunakan pakaian yang sangat cantik, dan penampilannya tampak berbeda ketika sehari-hari berada di Toko."Masya Allah, cantik sekali Ibu. Sampai kaget aku loh Bu, pangling banget." Ucap Yuni dengan terkagum-kagum ke arah Bosnya itu, yang dandan seperti Ibu-ibu pejabat."Neng ini, Nyonya ini biasanya seperti ini. Pakaiannya kalau menyambut tamu dirumahnya sangat bagus karena di buat oleh Tukang jahit langganan Ibu." Timpal Bik Ningsih yang membuat Yuni seketika menoleh."Designer kali Bik, bukan tukang jahit. Ada-ada saja Bibik ini." Ujar Yuni sambil tertawa mendengar ucapan Bik Ningsih yang menganggap Designer seperti Tukang Jahit."Rupanya kalian sudah akrab, syukur deh. Saya tidak perlu repot-repot menyuruh kalian untuk dekat." Ucap Bu Tari yang melihat keakbaran Yuni dan Bik Ningsih, bahkan sudah berani saling becanda."Bik Ningsih baik sekali Bu, dia sabar dalam mengajari saya untuk bekerja disini." Tukas Yuni seraya melanjutkan pekerjaannya memotong kupat didalam wadah kotak agar mempermudah teman-teman Rafael untuk makan tanpa perlu mengupas ketupatnya dan tangannya tidak akan lengket.Bu Tari hanya tersenyum singkat, dan dia merasa senang dengan pekerjaan Yuni yang terbilang bagus dan rapih. Mudah - mudahan masakannya juga enak, karena Bu Tari sedang mencari orang yang bisa memasak karena Suaminya Ibu Tari yang bernama Pak Andi tidak begitu menyukai masakan Bik Ningsih. Malah Pak Andi lebih menyukai masakan Bu Tari, katanya mewah bumbu.Namun karena kesibukan pekerjaan, Ibu Tari tidak bisa setiap hari memasak, jadinya dia berinisiatip untuk mempekerjakan Yuni untuk memasak.Tiba-tiba saja dari arah depan masuk lelaki muda yang sangat tampan dan alis yang tebal."Mami, aku kangen...!" Ucap Pemuda itu seraya memeluk Ibu Tari erat.Ibu Tari yang mendapatkan pelukan tiba-tiba dari sang anak hampir saja terjatuh kedepan. Untung Yuni secepat kilat memegang tubuh Bu Tari hingga tidak sampai terjatuh."Ya Allah kamu Nak, untung saja Mami dipegang oleh Yuni hingga tidak sampai terjatuh." Ketus Bu Tari, dengan memukul kecil sang anak dengan gemas."Aduh Mami sori, Rafa tidak sengaja." Ujar Rafael dengan muka menyesal, namun air mukanya sedikit melirik ke arah Yuni. Dia merasa asing dengan Yuni karena itu dia tidak berpikir kalau Yuni bekerja di rumahnya.Rafael kira kalau Yuni adalah anak dari Bik Ningsih."Kamu ini, seperti anak kecil aja. Setiap ketemu selalu peluk-peluk." Ucap Sang Mami dengan tersenyum ke arah anaknya.Rafael tersenyum lebar ke arah Maminya dan dia sempat mencuri pandang pada Yuni. Ada sisi menarik yang terdapat di dalam Yuni yang Rafael tidak tahu itu apa, karena Yuni terlihat polos tetapi sangat cantik dan tidak segan untuk terjun langsung ke dapur.Setelah semua prosesi pernikahan telah selesai, Rio dan Diana melaksanakan bulan madunya di sebuah hotel mewah. Mereka berdua sedang membuka kado dari relasi mereka."Sayang, ini kira-kira hadiah dari siapa?" tanya Diana pada Rio yang tengah merebahkan tubuhnya di ranjang.Rio nampak menghampiri istrinya untuk melihat dari siapa kado yang di maksud oleh istrinya itu."Oh ini dari Rafael, coba lihat apa yang berinya?" jawab Rio dengan duduk di samping istrinya.Diana tampak membuka kado yang diberi oleh Andrew dengan perasaan bahagia, momen membuka kado adalah hal yang paling disenangi setiap orang."Wah, dia kasih kita jam tangan couple yang bermerk ini sayang." Ucap Diana dengan mata berbinar."Ini pasti mahal loh, dek. Ya Allah ternyata dia orangnya baik meskipun terkadang ketus." Timpal Rio memperhatikan jam tangan yang ada di hadapannya dengan padangan takjub.Diana lalu meletakkan jam tangan mahal itu di sebuah lemari oerhiasan, lalu dia kembali ingin membuka kado yang lainnya."
Pagi ini seakan hari yang paling indah untuk Rio dia merasa bahagia karena saat ini dirinya akan menikahi sang pujaan hati yaitu Diana, wanita yang mau menerima kekurangannya karena Diana tahu masa lalu Rio yang dahulu tidak bahagia karena harus menjadi yatim piatu sejak kecil, kedua orang tua Rio mengalami kecelakaan tunggal dan mereka meninggal dunia di tempat kejadian.Maka dari itu dia hidup sebatang kara di sebuah panti asuhan, karena kegigihannya dan kepintarannya akhirnya Rio bisa menyelesaikan sekolahnya dan dirinya mendapatkan beasiswa ke luar negeri. Dan disana dia bertemu dengan Andrew dengan tidak sengaja menabraknya, karena kejujuran Rio yang mengembalikan dompet milik Andrew yang berisi kartu debit puluhan miliar jadi membuat Andrew merasa bahagia bisa bertemu dengan orang yang jujur, karena selama ini orang-orang yang berada di sekita Andrew kebanyakan tidak jujur dan munafik.Setelah Andrew lama mengenal Rio, akhirnya dia menjadikan Rio bekerja di perusahaanya sekaligu
Setelah kedua keluarga selesai menyantap makan malamnya, lalu mereka beranjak ke ruang keluarga untuk membicarakan hal yang lebih serius.Mereka duduk dengan perasaan gelisah dan perasaan gugup, terlebih lagi bagi Yuni dan juga Andrew."Terima kasih atas jamuan makan malam yang begitu lezatnya, saya baru pertama kali memakan masakan Indonesia yang ternyata sangat enak." Ucap Pak Ali dengan senyum berkembang karena perasaan bahagiannya.Ibu Tari yang berkali-kali masakannya dipuji langsung membalasnya dengan senyuman."Makanan kampung saja kok, pak. Tidak ada masakan western yang biasa Pak Ali dan Ibu Agnes makan karena jujur saja saya dan Yuni tidak bisa membuatnya," Jawab Ibu Tari dengan perasaan bahagia karena bisa bertemu dengan kedua orang tua Andrew."Itu saja sudah sangat enak kok, Bu. Justru kalau makanan seperti itu saya bosan karena setiap hari makan, tapi kalau makanan Indonesia rasanya sangat enak dan membuat aku ketagihan." Ujar Agnes seraya mengenggam tangan Ibu Tari deng
Agnes dan Ali telah sampai di kediaman Ibu Tari dan juga Pak Andi, mereka tampak takjub dengan rumah Yuni yang begitu asri dan sejuk karena banyak di tumbuhi tumbuhan yang sangat indah."Andrew benarkah ini rumahnya?" tanya Agnes seraya mencolek lengan anaknya, dirinya heran karena rumah Yuni terlihat lenggang dan sepi. Agnes juga tampak terkejut dengan rumah Yuni yang disangka sederhana tetapi pas mereka sampai dirumahnya begitu terpesona dengan suasana rumah Yuni."Bener, kok mom. Memangnya kenapa?" tanya Andrew dengan memandang lekat ke arah mommynya."Tidak apa-apa, rumah keluarga Yuni begitu asri dan sejuk. Nanti kalau pulang ke Dubai aku ingin merubah taman di belakang rumah seperti ini." Jawab Agnes dengan menunjuk ke arah tumbuhan yang bunganya sedang bermekaran warna-warni.Andrew tersenyum lebar ke arah mommynya, kesan pertama tentang keluarga Yuni tergambar jelas pada Agnes dia sangat menyukai rumah Yuni yang begitu nyaman dan membuat orang betah berlama-lama di rumahnya."
Malam itu Agnes dan Ali tampak rapih dengan pakaian terbaiknya, Ali dengan jas kebesarannya dan Agnes dengan gaun mahalnya yang memperlihatkan lengannya yang terbuka. Andrew yang sedang dalam perjalanan hendak menjemput kedua orang tuanya untuk datang ke rumah Yuni.Tok...tok...tokAndrew mengetuk pintu apartemen orang tuanya.Ceklek..Ali membukakan pintu untuk Andrew, dia sudah tidak sabar ingin berjumpa dengan besannya itu."Hai, nak. Kamu dengan siapa kesini? Apa dengan Rio?" tanya Ali menoleh ke arah belakang badan Andrew mencari keberadaan Rio."Rio sedang sibuk, dad." Jawab Andrew melangkahkan kakinya masuk ke dalam apartemen mencari keberadaan mommynya."Tumben dia sibuk, biasanya dia tidak akan pergi kemana-mana selalu berada di samping kamu." Timpal Ali dengan mengeryitkan keningnya, dia heran Rio tak berada di samping Rio karena dia biasanya adalah asisten yang sangat setia."Dia besok akan menikah, dad. Oh ya jangan lupa besok kita semua akan menghadiri acara ijab kobulnya
Siang itu Agnes dan Ali sedang mempersiapkan berbagai barang untuk di bawa ke Indonesia, baju-baju mereka dan juga barang belanjaan yang akan diberikan untuk Andrew sudah dipersiapkan oleh Agnes dan telah dimasukkan ke dalam koper mereka."Sayang, apa ini tidak terlalu banyak koper yang akan kita bawa?" Tanya Ali memandang pening ke arah lima koper yang akan mereka bawa.Agnes yang tengah sibuk memasukan bajunya ke dalam koper seketika menghentikan aktifitasnya, dia memandang ke arah suaminya yang berdiri tak jauh dari dirinya."Tentu saja tidak banyak sayang, justru ini masih kurang barang yang mommy beli." Jawab Agnes dengan singkat, lalu dirinya menyibukkan kembali kegiatannya memasukkan barang ke dalam kopernya.Ali tampak tersentak mendengar jawaban dari istirnya, bagaimana bisa dia membawa koper sebanyak ini tanpa asisten seperti Rio.Dia pun duduk di atas kursi tamunya dengan memijat pelipisnya, kalau istrinya memiliki keinginan sulit untuk di bantah apalagi di tolak.Dering po