Share

Bab 3

Selepas pulang dari Toko Bu Tari, Yuni melanjutkan pekerjaan sebagai Asisten Rumah Tangga di rumah Ibu Tari. Bosnya di Toko tempat Yuni bekerja.

Sore ini Yuni langsung membereskan rumah Bu Tari yang mewah, ternyata Bu Tari memiliki suami seorang Pengacata sehingga Yuni tidak heran kalau rumah Ibu Tari begitu besar.

Yuni merasa heran, mengapa rumah begini besarnya Ibu Tari hanya tinggal berdua dengan suaminya. Sedangkan anaknya yang laki-laki yang hari ini ada acara bersama teman-temannya tinggalnya di luar kota untuk mengenyam bangku kuliah.

Anak laki-laki Ibu Tari, belum datang karena dia rencananya akan datang bersama teman-temannya dan dia hanya mengimkan pesan kepada Ibu Tari untuk mempersiapkan segala kebutuhannya saat dia datang.

"Yun, kamu bisa masak opor tidak? karena Rafael sangat suka masakan opor ayam kampung. Tadi dia kirim pesan minta dibikinin dengan porsi yang sangat banyak." Titah Ibu Tari dari arah tengah seraya membawa potongan ayam yang ada didalam panci.

"Bisa Bu, saya terbiasa masak opor kalau lebaran. Mudah-mudahan cocok dengan keluarga Ibu Tari." Ujar Yuni sambil mengambil wadah yang dibawa oleh Ibu Tari.

"Ya nanti sekalian saya cek rasanya masakan kamu. Nanti kalau enak saya promosikan ke teman-teman arisan untuk membuat pesanan katering di kamu," timpal Ibu Tari dengan tersenyum melihat Yuni dengan cekatan membersihkan ayam potong itu dengan air yang mengalir.

"Kalau begitu Ibu tinggal ke depan dulu ya, sambil mempersiapkan ruangan tamu yang nanti buat temen-temennya Rafael berkumpul." Tukas Ibu Tari seraya berjalan meninggalkan ruangan dapur.

Yuni merasa senang karena Ibu Tari orangnya sangat baik, bahkan Yuni lihat cara beliau memperlakukan semua pegawainya dirumahnya begitu baik bahkan menurut cerita asisten rumah tangga yang bersama dengan Yuni.

"Anaknya Nyonya sangat tampan lho nduk. Kamu pasti terpesona, sepertinya umur kalian sama." Ujar Asisten Rumah Tangga Ibu Tari yang bernama Ningsih. Umur Bik Ningsih sama dengan Ibunya Yuni namun Bik Ningsih terlihat lebih sabar dan murah senyum.

"Ya ampun Bik, mana berani aku suka sama anak Ibu Tari. Lagi pula aku masih belum memikirkan masalah percintaan karena masih ingin membahagiakan keluarga dulu." Ucap Yuni dengan tersenyum seraya tangannya mempersiapkan bumbu untuk Masakan Ayam Opor.

"Neng ini suka merendah. Bibik lihat neng ini cantik banget loh! kulitnya putih mulus pasti banyak yang naksir." Puji Bik Ningsih sambil menatap lekat wajah Yuni.

"Bibik bisa aja, aku ini terbiasa di dapur. Jadi mana ada aku cantik banyak yang naksir." Ujar Yuni berbohong dan karena memang selama ini banyak yang mencuri-curi pandang ke arahnya namun Yuni tidak pernah mengubrisnya, karena buat Yuni pacaran membuang-buang waktu dan perasaan. Dia juga tidak ingin waktunya terbagi dan akhirnya dia tidak bisa mencari uang untuk Ibu dan Ayahnya makan.

"Neng ini orangnya lucu sama kaya Den Rafael, suka godain Bibik di dapur." Timpal Bik Ningsih dengan wajah tersenyum karena dia merasa senang karena mulai sekarang dia tidak kesepian karena setiap hari Yuni akan menemaninya untuk membantu pekerjaan rumah walaupun hanya sore sampai malam.

"Sudah Bik, kita sebaiknya cepat selesaikan karena takut nanti acaranya sudah dimulai makanannya belum jadi." Potong Yuni sambil merebus ayam kampung ke dalam panci besar agar dagingnya empuk.

Setelah beberapa jam kemudian makanan yang akan disajikan untuk acara Rafael pun telah siap. Yuni sedang memotong buah semangka untuk makanan pencuci mulut dan Bik Ningsih sedang merapihkan piring-piring dan menyusunnya di meja makan.

"Bagaimana Yun, masakannya sudah siap?" Tanya Bu Tari dengan tiba-tiba dari arah depan hingga mengaggetkan dua orang itu.

"Ya Ampun Bu, aku sampai kaget. Tenang saja Bu, ini sudah siap semua dan mudah-mudahan enak." Ucap Yuni dengan memegang dadanya yang jantungnya berdegub kencang.

"Kalian berdua ini terlalu serius hingga tidak menyadari kalau saya memanggil dari tadi." Timpal Ibu Tari yang sudah menggunakan pakaian yang sangat cantik, dan penampilannya tampak berbeda ketika sehari-hari berada di Toko.

"Masya Allah, cantik sekali Ibu. Sampai kaget aku loh Bu, pangling banget." Ucap Yuni dengan terkagum-kagum ke arah Bosnya itu, yang dandan seperti Ibu-ibu pejabat.

"Neng ini, Nyonya ini biasanya seperti ini. Pakaiannya kalau menyambut tamu dirumahnya sangat bagus karena di buat oleh Tukang jahit langganan Ibu." Timpal Bik Ningsih yang membuat Yuni seketika menoleh.

"Designer kali Bik, bukan tukang jahit. Ada-ada saja Bibik ini." Ujar Yuni sambil tertawa mendengar ucapan Bik Ningsih yang menganggap Designer seperti Tukang Jahit.

"Rupanya kalian sudah akrab, syukur deh. Saya tidak perlu repot-repot menyuruh kalian untuk dekat." Ucap Bu Tari yang melihat keakbaran Yuni dan Bik Ningsih, bahkan sudah berani saling becanda.

"Bik Ningsih baik sekali Bu, dia sabar dalam mengajari saya untuk bekerja disini." Tukas Yuni seraya melanjutkan pekerjaannya memotong kupat didalam wadah kotak agar mempermudah teman-teman Rafael untuk makan tanpa perlu mengupas ketupatnya dan tangannya tidak akan lengket.

Bu Tari hanya tersenyum singkat, dan dia merasa senang dengan pekerjaan Yuni yang terbilang bagus dan rapih. Mudah - mudahan masakannya juga enak, karena Bu Tari sedang mencari orang yang bisa memasak karena Suaminya Ibu Tari yang bernama Pak Andi tidak begitu menyukai masakan Bik Ningsih. Malah Pak Andi lebih menyukai masakan Bu Tari, katanya mewah bumbu.

Namun karena kesibukan pekerjaan, Ibu Tari tidak bisa setiap hari memasak, jadinya dia berinisiatip untuk mempekerjakan Yuni untuk memasak.

Tiba-tiba saja dari arah depan masuk lelaki muda yang sangat tampan dan alis yang tebal.

"Mami, aku kangen...!" Ucap Pemuda itu seraya memeluk Ibu Tari erat.

Ibu Tari yang mendapatkan pelukan tiba-tiba dari sang anak hampir saja terjatuh kedepan. Untung Yuni secepat kilat memegang tubuh Bu Tari hingga tidak sampai terjatuh.

"Ya Allah kamu Nak, untung saja Mami dipegang oleh Yuni hingga tidak sampai terjatuh." Ketus Bu Tari, dengan memukul kecil sang anak dengan gemas.

"Aduh Mami sori, Rafa tidak sengaja." Ujar Rafael dengan muka menyesal, namun air mukanya sedikit melirik ke arah Yuni. Dia merasa asing dengan Yuni karena itu dia tidak berpikir kalau Yuni bekerja di rumahnya.

Rafael kira kalau Yuni adalah anak dari Bik Ningsih.

"Kamu ini, seperti anak kecil aja. Setiap ketemu selalu peluk-peluk." Ucap Sang Mami dengan tersenyum ke arah anaknya.

Rafael tersenyum lebar ke arah Maminya dan dia sempat mencuri pandang pada Yuni. Ada sisi menarik yang terdapat di dalam Yuni yang Rafael tidak tahu itu apa, karena Yuni terlihat polos tetapi sangat cantik dan tidak segan untuk terjun langsung ke dapur.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status