Share

Bab 5

Author: Blessy
Sesampainya di rumah, Liana langsung pergi ke kamar tidur utama. Dia meminta pembantu membawa beberapa kotak kardus besar dan mulai mengemas semua barang-barangnya.

Leonard kembali sendirian pada pukul sepuluh malam. Liana hanya meliriknya tanpa menanyakan apa-apa.

Sebaliknya, Leonard malah merasa sedikit bersalah dan menjelaskan, "Kaki Emily terkilir cukup parah. Aku suruh Kai untuk temani dia."

"Emm."

Mungkin karena Liana begitu pendiam hari ini, Leonard tidak terbiasa dan malah berbicara lebih banyak dari biasa, "Aku tahu kamu khawatir tentang Kai, tapi dia lagi berada di usia aktif. Kalau kamu lebih sabar terhadapnya, dia nggak akan begitu membencimu."

"Emm."

Dua upayanya untuk mencairkan suasana disambut dengan respons dingin. Rasa kesal pun muncul kembali di mata Leonard. Melihat Liana masih berkemas dan bahkan tidak meliriknya, nadanya tiba-tiba menjadi kasar.

"Liana, apa lagi yang mau kamu ributkan? Aku memang nggak mengantarmu pulang hari ini, tapi itu karena Emily terluka dan nggak ada tempat duduk lagi di mobil."

Berhubung Leonard yang berdiri di sana mengganggunya, Liana akhirnya berhenti berkemas dan menatapnya. "Aku mau bersihkan rumah secara menyeluruh. Kamu masih ada urusan lain? Kalau nggak, tolong menyingkir."

Leonard belum pernah melihat Liana bersikap begitu dingin. Dia langsung merasa Liana sedang bersikap tidak masuk akal. Dia sudah menjelaskan, tetapi kenapa Liana tidak bisa lebih pengertian? Dia merasa hidup mewah selama bertahun-tahun telah membuat Liana menjadi orang yang tidak masuk akal!

Leonard membanting pintu dan pergi.

Setelah membersihkan sebagian besar barang di lemari pakaian, Liana menyeretnya ke tempat sampah daur ulang di sudut kompleks untuk membuangnya. Begitu mendongak, dia melihat Leonard yang berada di halaman seberang jalan.

Langkah Liana pun terhenti. Siapa lagi yang berdiri di depan Leonard selain Emily?

"Mereka itu pasangan pengantin baru. Hubungan mereka baik banget. Tiap sore, mereka akan jalan-jalan di halaman. Aku iri banget." Terdengar desahan kagum seseorang dari samping.

Liana menoleh. Itu adalah tetangganya dari rumah sebelah. Mereka pernah berpapasan beberapa kali dan berhenti untuk mengobrol sesekali.

"Seingatku, itu vila paling bagus di kompleks ini. Dengar-dengar, mereka bahkan membayar lebih untuk dapatkan vila itu. Masa muda memang indah!" ucap tetangga Liana dengan iri.

Liana tidak tahu harus bagaimana menanggapinya dan hanya tersenyum.

Semua ini memang cukup lucu. Liana dan Leonard telah menikah selama lima tahun, tetapi para tetangga bahkan tidak tahu seperti apa rupa suaminya. Tidak ada juga foto dirinya dan Leonard bersama di internet.

Selama lima tahun ini, Liana bagaikan orang tak terlihat. Dia mengurus segala sesuatu tentang Leonard dan terlihat seperti memegang status yang sah. Faktanya, semua itu hanyalah fatamorgana belaka.

Melihat Liana mengabaikannya, tetangga itu pergi tanpa mengatakan apa-apa lagi.

Liana menoleh ke arah kedua orang itu lagi dan merasa jijik. Bisa-bisanya pria itu menempatkan selingkuhannya di rumah yang berjarak kurang dari 200 meter dari rumah mereka. Leonard benar-benar tidak menyembunyikannya sama sekali!

Di halaman, Leonard sedang berbicara dengan Emily. Kemudian, Emily tertawa dan melemparkan diri dalam pelukannya. Keduanya pun berpelukan. Langkah selanjutnya mungkin adalah berciuman.

Liana tidak ingin mengotori matanya. Jadi, dia berbalik dan pergi.

Leonard memeluk Emily yang melemparkan diri dalam pelukannya dan bertanya dengan nada tidak berdaya, "Kakimu nggak sakit lagi?"

"Sedikit!" Emily berkedip, lalu menengadahkan kepalanya untuk menatap Leonard dengan lembut.

"Berdiri yang baik." Leonard membantu Emily untuk berdiri tegak dan menghindari tatapannya. Ketika melihat punggung Liana di seberang jalan, rasa panik tiba-tiba melanda hatinya.

"Emily, aku baru ingat aku ada sedikit urusan. Aku kembali dulu," ucap Leonard. Dia melepaskan Emily dan melangkah keluar.

Baru saja hendak menutup pintu, Liana merasa ada yang menahannya dan menoleh. Begitu melihat Leonard, dia merasa sedikit terkejut.

"Kukira kamu nggak akan pulang malam ini," kata Liana tanpa ekspresi.

"Emily nggak punya tempat tinggal setelah kembali ke dalam negeri. Nggak aman bagi seorang perempuan untuk tinggal sendirian di luar. Kompleks kita punya keamanan yang baik, makanya aku menyewakan sebuah rumah untuknya. Jangan berpikir yang nggak-nggak," jelas Leonard.

Liana mengangguk dan memujinya dengan tulus, "Tetangga baru saja kasih tahu aku, kalian itu pengantin baru yang hubungannya sangat baik. Kamu bahkan harus membayar lebih untuk dapatkan rumah itu."

Berhubung kebohongannya langsung terbongkar, Leonard pun merasa malu dan menjadi marah.

"Liana, memangnya kamu nggak bisa lebih murah hati? Memangnya berapa mahal harga sebuah rumah? Buat apa kamu permasalahkan hal-hal sepele seperti itu? Emily nggak pernah ributin hal-hal sepele seperti ini!"
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Meski Cinta Telah Pudar, Bintang Tetap Bersinar   Bab 24 

    Setelah memastikan bahwa luka Alice tidak serius, Liana menyerahkannya kepada Kian dan langsung pergi ke ruang kerja. Dia baru keluar setelah tengah malam.Dari tadi, Kian telah menunggu Liana di luar. Melihat Liana masih marah, dia berkata dengan khawatir, "Liana, biarkanlah aku melakukan sesuatu.""Kamu sudah membantuku dengan menjaga Alice. Ini adalah sesuatu yang harus kulakukan sendiri." Liana tidak ingin melibatkan Kian.Kian pun memeluk Liana dalam diam.Tidak ada perusahaan yang benar-benar bersih. Dalam lima tahun terakhir, Liana telah membantu menangani banyak urusan perusahaan. Terutama setelah Emily kembali, waktu yang dihabiskan Leonard di kantor tidak sampai dua jam sehari. Dia selalu menangani semua dokumen yang diperlukan dari jarak jauh. Jadi, sangat mudah baginya untuk menimbulkan sedikit masalah bagi Leonard.Kian meliburkan Liana dari pekerjaan perusahaan, juga mencoba menyelesaikan pekerjaan dengan cepat setiap hari agar bisa pulang untuk menemaninya. Dia memindahk

  • Meski Cinta Telah Pudar, Bintang Tetap Bersinar   Bab 23 

    Sesampainya di rumah, Liana sudah lumayan sadar dari mabuknya. Dia memperhatikan Kian menidurkan Alice, lalu duduk di depannya."Kalau sedih, nangis saja." Kian membuatkan air madu untuk Liana, lalu dengan penuh perhatian membuka sebungkus tisu baru.Liana tidak ingin menangis. Tidak ada yang perlu ditangisi. Dia hanya ingin bertanya, "Kamu yang suruh Alice panggil kamu papa?" Kian mengangguk. "Emm. Aku nggak tahan lagi lihat orang itu, tapi kamu melarangku ikut campur. Jadi, aku cuma kepikiran solusi itu. Kalau kamu nggak senang, aku akan suruh Alice jangan panggil aku begitu lagi." Solusi apanya! Itu jelas-jelas adalah pukulan psikologis.Kata-kata Alice mengenai "Papa nggak pernah buat Mama sedih" terus berputar di pikiran Liana. Dia menatap Kian yang lembut dan penuh perhatian, lalu berujar, "Kamu suka dipanggil begitu, sedangkan dia juga bersedia panggil begitu. Ya biarkan saja dia lanjut panggil begitu."Untuk sesaat, Kian masih belum tersadar. Setelah beberapa detik, dia terli

  • Meski Cinta Telah Pudar, Bintang Tetap Bersinar   Bab 22 

    Liana yang tadinya bersandar pada Kian sambil tersenyum tiba-tiba bersikap dingin dan menjaga jarak ketika melihat Leonard. Melihat hal ini, hati Leonard dipenuhi perasaan campur aduk, seperti bumbu yang tidak sengaja ditumpahkan. Dia masih tidak percaya bahwa Liana benar-benar mampu merelakan hubungan yang telah mereka jalin selama lima tahun."Liana, kamu benar-benar sudah yakin? Kamu mau kita jadi orang asing?" tanya Leonard."Leonard, kalau otakmu bermasalah, pergilah ke rumah sakit. Apa aku terlihat seperti orang yang ingin melanjutkan hubungan ini?" Nada Liana dipenuhi dengan rasa jijik yang tak tersembunyi. Apakah dia belum menunjukkannya dengan cukup jelas, sehingga Leonard masih tidak percaya bahwa dia ingin memutuskan semua hubungan dengan Leonard?Leonard merasa hatinya bagai disayat pisau. "Lalu, apa arti kebersamaan kita selama lima tahun terakhir? Kamu bilang kamu menyukaiku dan mau bersamaku. Kamu selamatkan aku dari kecelakaan, juga merawatku waktu aku sakit.""Selain i

  • Meski Cinta Telah Pudar, Bintang Tetap Bersinar   Bab 21 

    Rumah Kian tidak jauh dari perusahaan, hanya sekitar sepuluh menit berkendara. Rumah itu tidak terlalu besar, tetapi didekorasi dengan sangat hangat.Alice sangat menyukai sofa besar di ruang tamu. Dia berguling-guling di atasnya dan enggan untuk bangun."Mama, boleh nggak kita tidur di sofa malam ini?" tanya Alice dengan penuh harap."Boleh. Aku akan ambilkan selimut untuk kalian," jawab Kian. Kemudian, dia masuk ke kamar untuk mengambil selimut.Setelah berguling-guling di sofa lagi, Alice berseru dengan sangat kuat, "Terima kasih, Paman Kian! Paman Kian benar-benar baik!" Liana memandang Alice. Ketika baru mengadopsi gadis kecil ini, Alice masih sangat pemalu dan selalu menempel padanya, juga merasa tidak aman tanpa dirinya. Akhir-akhir ini, Alice dirawat dengan sangat baik dan menjadi jauh lebih berani. Kadang-kadang, ketika Liana sibuk, dia akan pergi mencari Kian sendiri."Kamu suka sama Paman Kian?" tanya Liana mencubit pipinya.Alice mengangguk tiada henti. Kemudian, dia berb

  • Meski Cinta Telah Pudar, Bintang Tetap Bersinar   Bab 20

    Liana berbalik dan pergi dengan tegas.Leonard tidak bisa masuk ke gedung perusahaan dan hanya bisa menunggu di lantai bawah.Kian secara khusus menyuruh sopirnya menurunkan Alice dari tempat parkir samping, sekaligus memberi tahu Liana, "Leonard sepertinya lagi cari tempat tinggal di kompleks apartemenmu. Dia sepertinya mau jadi tetanggamu." Alice mengedipkan matanya. Meskipun masih kecil, dia mengingat nama itu. Dia menatap ibunya dan bertanya dengan bingung, "Mama, apa itu Papa?""Bukan, dia cuma orang asing. Waktu ketemu sama dia kelak, jangan percaya pada apa pun yang dia katakan atau ikut dengannya," pesan Liana sambil mengelus kepala Alice.Alice mengangguk patuh, lalu dibujuk untuk pergi bermain di samping. Liana mengerutkan kening. Dia tidak takut pada Leonard, tetapi Leonard yang selalu mengusiknya sangat berpengaruh pada kehidupannya."Mau nginap di tempatku beberapa hari? Kompleksku punya keamanan yang baik," tanya Kian ragu-ragu. Saat Liana menoleh, dia menambahkan, "Aku

  • Meski Cinta Telah Pudar, Bintang Tetap Bersinar   Bab 19

    "Terima kasih," kata Liana kepada Kian.Kian menatapnya. "Liana, barusan ....""Seperti yang kamu lihat. Aku dan Leonard sudah hidup bersama selama lima tahun, juga punya seorang anak. Terima kasih atas perhatianmu selama beberapa hari terakhir. Besok, aku akan sewa pengasuh. Kamu nggak perlu antar jemput Alice lagi," ujar Liana dengan sopan."Liana!" Melihat Liana yang mencoba menjaga jarak dengannya, Kian menarik tangannya dengan agak marah. "Sejak kamu masuk kerja, aku tahu kamu punya keluarga dan anak. Kalau aku peduli tentang itu, aku nggak akan berusaha keras untuk bersikap baik padamu dan Alice."Liana menatapnya dan menyahut dengan nada tanpa emosi, "Tapi, kamu juga sudah melihatnya. Leonard punya dukungan Grup Hadinata. Dia orang yang keras kepala. Kalau dia melampiaskan amarahnya padamu, itu bisa membahayakan perusahaanmu ...." Kian tiba-tiba tertawa dan berkata dengan yakin, "Liana, kamu bukannya sama sekali nggak menaruh perasaan padaku, 'kan? Kamu mengkhawatirkanku." Sor

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status