Share

Bab 2

Author: Sofia
Menjelang subuh, Oscar akhirnya pulang.

Aku tidak menyalakan lampu, hanya meringkuk di sofa sambil menatapnya tanpa berkedip. Dia menyalakan lampu. Saat melihatku duduk menunggunya di sana, dia sempat tertegun sejenak sebelum perlahan melangkah mendekat.

"Kamu sudah tahu," kata Oscar dengan agak gugup dan menelan ludah.

Aku mengangguk. Lima tahun hidup bersama, kami terlalu mengenal satu sama lain. Janji manis yang tiba-tiba, pakaian yang berantakan, semuanya menunjukkan bahwa dia sedang gelisah dan merasa bersalah.

Di mata Oscar, aku selalu ceria. Diam-diam duduk di kegelapan malam seperti ini jelas bukan diriku. Kami sama-sama sadar, ini tidak normal.

Dia duduk perlahan di sampingku, lalu mengeluarkan sebuah tabung kaca kecil berisikan cairan dan meletakkannya di hadapanku.

"Dia kasihan sekali. Aku melihatnya terbaring di ranjang rumah sakit dan seluruh tubuhnya penuh selang," ujar Oscar dengan ekspresi tenang. "Aku pernah janji pada ayahnya untuk menjaga dia."

Hatiku seolah-olah tenggelam ke dasar lautan es. Tangan dan kakiku mulai mati rasa. "Jadi, kamu mau menemani dia melewati bulan terakhir dalam hidupnya?"

"Ya."

Keheningan menyelimuti ruangan. Beberapa saat kemudian, Oscar mengulurkan tangan dengan ragu, menyentuh tabung kecil di depannya.

"Itu apa?" tanyaku sambil menatap matanya. Suaraku terasa getir.

Dia menghindari tatapanku. Suaranya lembut saat menyahut, "Maggie, selama sebulan ini Yuki butuh aku sepenuhnya. Tapi, aku tahu kamu nggak akan pernah menyetujuiku pergi."

"Aku ingin setelah aku menemani Yuki, kamu tetap menjadi pengantinku. Jadi, kamu hanya perlu melupakanku untuk sementara waktu. Setelah aku kembali, kita akan tetap melangsungkan pernikahan."

Aku mulai paham. Jadi, ini adalah obat penghapus ingatan yang baru dikembangkan oleh Oscar. "Kamu mau aku melupakanmu."

Aku terpaku. Orang yang kucintai ingin pergi menemani perempuan lain.

"Bukan! Maggie, aku nggak memintamu untuk melupakanku selamanya, hanya satu bulan saja." Suara Oscar tetap lembut, tetapi kata-katanya terdengar begitu gila. "Satu bulan lagi, aku akan kembali ke sisimu."

Aku duduk terpaku, tatapanku mulai menunjukkan kesedihan. Lima tahun ....

Aku tersenyum mencela. "Obat ini bahkan belum lolos uji klinis. Gimana kalau terjadi kesalahan? Gimana kalau aku melupakanmu lebih dari satu bulan? Gimana kalau obat ini merusak tubuhku?"

Gerakan Oscar yang sedang membuka penutup tabung terhenti sejenak, tetapi hanya sesaat. Dia segera melanjutkan dan terdengar suara "pop" saat botol terbuka.

"Obatku nggak akan bermasalah. Aku adalah ilmuwan otak terbaik di negara ini." Dia menyodorkan tabung itu ke mulutku. "Satu bulan lagi, aku akan kembali. Kita akan menikah, menjadi pasangan paling bahagia."

Aku memalingkan wajah. "Kenapa harus aku? Aku ini bukan tempat daur ulang. Kamu mau kasih aku barang buangan dan rusak? Ini perselingkuhan terang-terangan! Kalau kamu pergi, jangan pernah kembali lagi!"

"Aku nggak selingkuh!" Oscar tiba-tiba naik pitam. "Dia hanya ... sangat menyedihkan. Jangan bicara begitu soal dia!"

Laki-laki yang kucintai selama ini, kini justru membela perempuan lain dalam batas yang tidak wajar.

Oscar menarik napas dalam-dalam, mengangkat tabung itu. "Maggie, satu bulan lagi, semua akan baik-baik saja."

Tiba-tiba, dia bangkit dan menekanku erat di sofa. Daguku dicengkeram kuat, kedua pipiku ditekan keras hingga menempel ke gigi. Tabung kaca yang dingin itu dipaksa masuk ke mulutku. Cairan pahit menyebar ke seluruh rongga mulut.

Karena gerakannya yang kasar, sebagian cairan masuk ke saluran pernapasan, membuatku batuk hebat. Namun, Oscar tidak berhenti, malah semakin kuat menekanku.

Aku berjuang mati-matian, menendang keras perutnya. Oscar meringis kesakitan dan tangannya melemah sejenak. Aku buru-buru mencoba memuntahkan cairan itu, tetapi dia langsung menarik rambutku, menarikku kembali ke sisinya, dan memaksa menuangkan lebih banyak cairan ke dalam mulutku.

Lidahku tergores oleh ujung tabung, rasa pahit bercampur bau amis. Sakit sekali.

Air mataku mengalir deras tanpa bisa kucegah. Karena pandanganku kabur, aku tak bisa lagi melihat jelas ekspresi Oscar.

Begitu cairan dalam tabung habis, Oscar melepaskanku. Aku segera mencoba memuntahkannya dengan mencungkil tenggorokan, tetapi tidak ada yang bisa kukeluarkan. Yang kurasakan hanya cairan asam.

Aku mulai sesak napas, hanya bisa mengeluarkan suara napas yang berat. Aku gemetar sambil memegangi kepalaku. Kepalaku berdenyut hebat, seolah-olah ada sesuatu yang ingin meledak keluar dari pelipisku.

Perlahan-lahan, dalam rasa sakit itu, kesadaranku mulai memudar. Tubuhku lemas dan terjatuh di lantai. Dunia di depanku mulai kabur, aku hanya bisa mendengar suara lembut Oscar.

"Maggie, aku benar-benar mencintaimu. Tapi, Yuki akan segera meninggal. Apa pun yang terjadi, aku harus menemani dia sampai akhir hayatnya. Lupakan aku .... Lupakan Oscar ...."

Suaranya semakin kabur, semakin jauh. Tubuhku miring dan terjatuh ke sofa. Dalam pikiranku, hanya berputar kata terakhir, yaitu Oscar.

Siapa itu Oscar?

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Meski Lupa Ingatan, Hati Tak Bisa Bohong   Bab 11

    Akhirnya, aku juga membalikkan badan dan melangkah pergi dengan langkah besar. Namun, saat berbalik itu, tanpa sadar air mataku berderai.Seperti sebelumnya, tanpa alasan yang jelas, aku tiba-tiba saja menangis. Namun, kali ini aku punya firasat bahwa ini yang terakhir kalinya.Di belakangku, aku tahu Oscar pingsan. Terdengar teriakan orang-orang di sekitar beserta keributan orang-orang yang berusaha menolong.Namun, semua itu tidak ada hubungannya lagi denganku. Aku sudah melepaskan segala hal di masa lalu. Semua yang pernah membuatku sakit sampai sulit bernapas sudah berlalu. Aku akan menuju masa depan yang tidak ada dirinya di dalamnya. Selamat tinggal.Beberapa bulan kemudian, Sachi datang ke Kota Arjan untuk berkunjung. Dia membawa sebuah kabar mengejutkan. Yuki benar-benar terkena kanker, bahkan pemakamannya pun sudah selesai."Makanya jangan sembarangan ngomong, nanti kejadian benaran," kata Sachi sambil menghela napas. Aku hanya bisa mengangguk pelan, sependapat dengan ucapanny

  • Meski Lupa Ingatan, Hati Tak Bisa Bohong   Bab 10

    Akhirnya, Oscar benar-benar menghilang. Sejak kejadian terakhir itu, dia tak pernah muncul lagi.Aku pun bersiap untuk berkemas, akan segera berangkat ke Kota Anjar untuk mulai mengajar di sana.Saat Sachi membantu membereskan barang-barangku, dia tiba-tiba teringat sesuatu. "Eh, kamu tahu nggak kalau si Kakak Kalimat Paralel ternyata cuma pura-pura sakit? Dia sama sekali nggak kena kanker."Ternyata Yuki menyuruh orang membuat hasil tes dan diagnosis palsu. Tujuannya hanya satu, supaya Oscar menikahinya. Sekarang jaringan pemalsuan itu sudah tertangkap. Yuki ikut terseret."Begitu ya? Baguslah." Asal mereka tidak mengganggu hidupku lagi, aku sudah puas.Yang tak kuduga, aku bertemu Oscar di bandara. Dia datang tergesa-gesa dan menghalangi jalanku, katanya ingin bicara baik-baik denganku.Meskipun napasnya sedikit tersengal, penampilannya sangat rapi, jauh dari sosok menyedihkan yang kehujanan di depan rumahku. Sepertinya dia sudah kembali ke kehidupan normalnya.Sachi menatapnya denga

  • Meski Lupa Ingatan, Hati Tak Bisa Bohong   Bab 9

    Dulu waktu aku dan Oscar baru jadian, kami pernah bertengkar gara-gara Yuki mengirim pesan kepadanya. Aku marah dan langsung minta putus. Setelah itu, Oscar memblokir Yuki dan berdiri semalaman di depan rumahku."Waktu itu, aku sampai terharu banget. Aku kira itu cinta sejati."Aku tak menjawab. Apa yang Sachi ceritakan terasa asing bagiku. Kalaupun aku tidak hilang ingatan, fakta bahwa dia menggunakan pernikahan kami untuk menikahi Yuki saja sudah tak termaafkan.Aku menarik tirai jendela. Tak mau lihat, tak mau sakit hati.Tengah malam, suara petir yang menggelegar membangunkanku. Aku membuka tirai dan melihat siluet tegap Oscar berdiri di tengah hujan. Tubuhnya sedikit goyah. Kemudian, aku melihat dia terjatuh ke tanah, membuat air hujan memercik.Aku buru-buru mengambil ponsel dan memanggil ambulans. Aku tidak mau dia mati di depan rumahku. Rasanya sial sekali.Namun, begitu aku membuka pintu, aku melihat seorang perempuan bertubuh kurus tetapi lincah berlari ke arahnya dengan payu

  • Meski Lupa Ingatan, Hati Tak Bisa Bohong   Bab 8

    Beberapa hari kemudian saat pulang kerja, sebuah mobil Mercedes Benz G-Class berhenti di depan gerbang sekolah. Oscar mengenakan setelan jas hitam, berdiri bersandar di pintu mobil dengan kaki jenjangnya, sangat maskulin.Bagasi mobilnya penuh dengan bunga calla lily, menarik perhatian banyak orang.Jantungku bergetar. Harus kuakui, Oscar memang tampan. Dari penampilan saja, dia termasuk pria yang langka. Sayangnya, semua yang dia lakukan justru membuatku merasa jijik."Maggie." Dia berjalan ke arahku sambil membawa sebuket besar calla lily. "Ingat nggak? Kencan pertama kita, kita melihat hamparan bunga calla lily. Kamu bilang kamu suka bunga itu."Dia tersenyum lebar. Untuk sesaat, ekspresi di wajahnya membuatku merasa agak familier, seperti ada kenangan lama yang muncul kembali. Seolah-olah bertahun-tahun lalu, ada seorang pemuda yang pernah tersenyum secerah itu sambil membawa bunga untukku.Aku tersentak dari lamunan. Namun, bukankah Oscar sedang menghina bunga ini? Calla lily jela

  • Meski Lupa Ingatan, Hati Tak Bisa Bohong   Bab 7

    "Aku takut kamu benar-benar melupakanku, aku takut masa depanmu nggak ada aku," kata Oscar sambil mulai menunjukkan ekspresi terluka. "Kamu puas melihatku panik dan kewalahan demi kamu ya?"Aku naik pitam oleh pertanyaan mendadaknya. Gangguan berkali-kali seperti ini sudah benar-benar di luar batas kesabaranku.Plak! Aku menampar wajah Oscar. "Kamu ini cuma orang asing. Di masa depanku, nggak ada tempat untuk orang asing!"Oscar memegangi pipinya, tetapi tidak peduli dengan apa yang kukatakan. Dia langsung mengangkat tabung kecil ke arahku."Aku adalah ilmuwan otak terbaik di negeri ini. Timku adalah yang terbaik. Setelah pemeriksaan setengah bulan, baik itu obat penghapus ingatan maupun obat pemulih ingatan, semuanya nggak bermasalah. Nggak mungkin kamu nggak ingat aku.""Kamu jelas-jelas sudah ingat, tapi malah mempermainkan perasaanku. Kamu tahu aku nggak suka lelucon macam ini."Aku tertawa saking marahnya. Yang berselingkuh dan menikah dengan orang lain adalah dirinya sendiri, sek

  • Meski Lupa Ingatan, Hati Tak Bisa Bohong   Bab 6

    Setelah dia pergi, seluruh tubuhku langsung lemas. Astaga, aku hampir mati ketakutan. Dasar pria gila.Sachi menyilangkan tangan dan tak bisa menahan diri untuk menyindir, "Pernah pacaran sama orang kayak begitu sama saja dengan kasih catatan kriminal ke hidup sendiri."Sepanjang hidupku bersih, tetapi ternodai hanya gara-gara pria gila yang membawa tabung obat itu."Ayo, cepatan pulang!" Aku buru-buru mendesak Sachi. Dia agak bingung, lalu aku memanyunkan bibir dan berkata, "Kita beli bunga dulu. Aku mau mandi bunga buat buang sial. "Setelah mandi, kami akhirnya lebih tenang. Aku dan Sachi mulai menganalisis, "Oscar itu tunanganku, tapi dia malah nikah dan bulan madu sama wanita lain. Itu sudah bukti kalau dia bukan pria baik-baik. Dulu aku buta, sekarang sudah sadar. Bagus, 'kan?"Mendengar itu, Sachi terdiam beberapa saat. "Aku cuma kasihan sama kamu. Lima tahun lho."Aku menjawab dengan tenang, "Tapi, aku sudah lupa semuanya. Nggak apa-apa kalau melupakan ingatan seburuk itu."Sac

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status