Beranda / Romansa / Miliarder Tampan itu Ayah Putraku / Bab 7: Kecerobohan dalam Sebuah Amplop

Share

Bab 7: Kecerobohan dalam Sebuah Amplop

Penulis: Yeni_Lestari87
last update Terakhir Diperbarui: 2023-08-02 07:53:38

“Kau baik-baik saja?” tangan kekar dengan sigap menarik Bella berdiri. Wanita itu mendongak menatap siapa yang menariknya. Tenyata pengawal Kartika. Pria itu berdiri tanpa ekspresi masih menggenggam lengan kanan Bella. Bella mulai berandai-andai jika pria yang ada di sebelahnya adalah Evan tentulah hatinya senang bukan main. Nyatanya bukan.

“Bella?”

Suara Kartika yang berulang kali bertanya apakah dia baik-baik saja membuat Bella memusatkan pandangannya. Kartika sudah berdiri di hadapannya dengan tatapan khawatir.

“John, dudukkan dia di kursi.” Kartika berkata lagi pada pengawalnya yang bernama John.

Tanpa banyak kata, John membimbing Bella duduk di kursi kayu yang ada di kamar itu. Pandangan Bella masih berkunang ditambah lagi perutnya yang mulai mual. Ditahannya rasa tidak enak di perutnya seraya memejamkan mata.

“Kau pucat sekali. Apakah perlu kupanggil dokter Febri kemari?”

Ucapan itu sontak membuat Bella membuka mata lalu menggeleng. Gelengan kepala membuatnya sakit. “Tidak perlu, Mami.” Dijawabnya pelan ucapan Kartika yang khawatir itu.

“Kalau begitu, kau istirahatlah. Kita bisa mengobrol jika kau sudah sehat. Aku kasihan melihatmu pucat.” Kartika menatap iba Bella yang menurutnya lemas bukan main.

“Tidak, Mi.” Bella mencoba duduk tegak. Perutnya lapar dan dia mulai menyumpahi bayi yang ada dalam kandungannya diam-diam.

“Kalau itu maumu.” Kartika memberikan isyarat pada John untuk menunggu di luar kemudian wanita itu duduk di tepi tempat tidur milik Bella. Ditatapnya Bella. “Kebetulan aku sedang berada di sekitar sini saat kau telepon. Jadi aku bisa langsung ke rumahmu.” Tanpa ditanya oleh Bella, Kartika memberitahukan mengapa dia cepat sampai di muka rumah Bella.

Bella mengangguk. Dia diam mencoba memikirkan apa yang mesti dia katakan pada Kartika. Diperhatikannya induk semangnya tersebut sedang memantik korek api untuk rokok yang dibawanya di tas jinjing kecil berwarna merah muda yang ada di pangkuannya itu.

“Jadi,” Kartika menghembuskan asap dari bibirnya perlahan. Ditatapnya Bella yang masih menatapnya. “Apa yang mau kau bicarakan padaku, Bella?” tanyanya. Nada bicara Kartika mulai mendesak.

“Mi,” Bella duduk tegak di kursinya. Dihembuskan napasnya pelan. Seluruh tubuhnya mulai gemetar karena ketakutan luar biasa. Dia sudah tahu ujung pembicaraan ini nantinya. Diusir oleh Kartika dari perlindungan wanita paruh baya itu lalu membayar sejumlah denda.

“Katakan.” Kartika mulai tidak sabar.”Sepertinya ada hal yang membuatmu bimbang? Benar?”

Sebenarnya bukan bimbang melainkan takut. Dia benar-benar takut jika diusir maka tinggal di mana dia nantinya? dia belum mencari tempat tinggal baru. Tidak ada tempatnya pulang. Ke rumah Bapaknya? Dia tidak ingin melakukannya. Dia tidak menyukai tindakan Bapaknya. Melihat Bapaknya adalah hal terakhir yang ingin dia lakukan saat ini.

“Maafkan saya, Mi.” Bella akhirnya berkata pelan.

“Untuk?” Kartika menghisap rokoknya lalu menghembuskannya cepat.

Sebenarnya rokok tidak baik untuk kandungan, tetapi Bella diam saja. Dia berharap asap rokok itu dapat menghilangkan bayi yang tidak diinginkannya dengan segera. Detik itu juga walau tidak mungkin. Dia mencintai Evan. Namun, jika pria itu tidak ada kabar dan memutuskan kontak begitu saja maka tidak ada yang harus dia harapkan lagi.

“Untuk kecerobohan saya, Mi.” Bella menunduk.

Kartika menatap Bella bingung. “Apa yang membuatmu ceroboh? Kau memecahkan barang-barangku? Itu tidak masalah. Aku tidak peduli.” Kembali wanita itu menghirup rokoknya.

Bella menghela napas pelan. Dirinya yang berkata setengah-setengah memang membuat Kartika pastilah bingung. Kemudian Bella mencoba mengangkat tubuhnya. Digerakkan kakinya menuju lemari penyimpanan pakaian berpintu dua setinggi bahunya yang berada di dekat kursi yang didudukinya. Sebuah amplop disodorkannya pada Kartika seraya berkata gemetar, “saya minta maaf, Mi. Saya ceroboh.”

Kartika mengerutkan keningnya. Diterimanya amplop berwarna putih polos tersebut bingung. “Apa ini?” tanyanya.

Bella menelan ludah. Dia menunduk tidak berani menatap Kartika yang membolak-balik amplop putih polos tanpa tulisan atau gambar apa pun.

“Bella, ini apa?” Kartika bertanya lagi dengan bingung.

“Kecerobohan saya.” Dijawabnya gemetar pertanyaan Kartika tersebut. Seluruh tubuhnya mendadak panas dingin membayangkan wanita yang masih duduk anggun di tepi tempat tidurnya itu menamparnya tanpa ampun atau bahkan melemparkannya ke jalanan dan harus membayar ganti rugi puluhan juta.

“Kecerobohanmu dalam sebuah amplop?” Kartika berkelakar lalu dibukanya amplop tersebut.

Bella masih menunduk ketika Kartika membaca selembar kertas yang ada di dalam amplop tersebut. Suara tawa induk semang tersebut berubah menjadi geraman. Wanita itu melemparkan benda yang dipegangnya berupa amplop dan kertas berisi keterangan kehamilan pada Bella. Ditatapnya marah Bella yang masih menunduk.

“Kau bisa jelaskan padaku kecerobohanmu, Bella?” tanya Kartika geram. Rokok yang terselip ditangannya itu dilemparkannya ke lantai begitu saja lalu diinjaknya dengan marah menggunakan sepatu hak tinggi berwarna merah kesukaannya.

Bella luruh ke lantai. dia bersujud di kaki Kartika dengan ketakutan luar biasa. “Maafkan saya, Mi. Maafkan saya. Saya ceroboh.” Bella menceracau.

“Disurat itu usia kandunganmu diperkirakan empat minggu. Kau anak emasku. Bagaimana bisa kau ceroboh seperti ini, Bella?” Kartika memejamkan matanya. Dia bertolak pinggang menatap Bella yang masih bersujud di kakinya.

“Maafkan saya, Mami. Saya lupa minum pil itu jadi saya hamil anak Tuan Evan.” Bella menahan air matanya. Segalanya berkecamuk sekarang di dalam dadanya. Laparnya tergantikan sudah dengan ketakutannya pada tempat tinggal dan kandungannya.

“Tidak perlu kau perjelas anak itu adalah anak Tuan Evan sebab pastilah anak dia.” Kartika menatap Bella geram. Dia berdecak keras.

“Mi,” Bella mendongak. Ditatapnya Kartika yang menurutnya begitu kecewa. “Saya minta maaf yang sebesarnya. Saya ceroboh.”

Kartika menghela napas pelan. Dia menyilangkan tangan di dada. “Saya kecewa padamu, Bella. Kenapa kau melakukan itu? hah? Kau mencintai Tuan Evan dan sengaja?”

Bella menggeleng pelan. Dia tidak mungkin mengatakan bahwa cinta untuk Evan masih ada hingga saat ini. Hingga mulai tumbuh benih yang tidak pernah dia sangka akan terjadi. “Saya tidak berpikir sampai sana, Mi.” Bella menatap Kartika mencoba memberikan penegasan dengan apa yang dikatakannya adalah benar walau sebaliknya.

Kartika mundur satu langkah. Wanita paruh baya itu menggeleng lagi. “Jika kau bukan akan emasku, kau sudah kutendang jauh dari tempat ini.”

Bella menatap Kartika. Penjelasan itu seolah menjadi angin segar baginya bahwa induk semangnya tidak akan menendangnya dari tempatnya ini. Namun, dia tidak berani menegaskan apa yang dikatakan Kartika tadi. Dia memilih untuk diam. Suasana menjadi hening. Kartika memilih untuk kembali duduk di tepi tempat tidur milik Bella. Pandangannya lurus ke depan. Nampak berpikir.

“Ada satu hal yang bisa kau lakukan agar tetap berada di tempatku ini, Bella.” Kartika berkata setelah beberapa saat terdiam.

Bella masih duduk di lantai. Ditatapnya Kartika serius. “Apa pun saya lakukan asalkan saya tetap berada di tempat ini, Mi,” jawabnya cepat tanpa berpikir dua kali.

Kartika menatap Bella tepat di matanya. “Kau serius akan melakukan apa pun yang kuminta?”

Bella mengangguk. Dia akan melakukan apa pun permintaan Kartika. Semuanya akan dia lakukan. Membayar ganti rugi pun dia tidak masalah kini. Uang pemberian Evan sangat banyak jadi dia tidak akan ragu memberikan pada Kartika.

“Gugurkan anak yang ada dalam kandunganmu, Bella.”

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Miliarder Tampan itu Ayah Putraku   Bab 48 Samudera Membentang (ekstra part)

    “Ini Samudera? Ya ampun! Sudah besar!”Samudera memeluk erat seorang wanita tua dengan erat. “Nenek.” Dia memejamkan mata merasa rindu dengan wanita yang dipanggilnya nenek. Kedatangannya ke Indonesia untuk perjalanan bisnis membantu Evan.“Apa kabar Mama dan Papamu?”Samudera melepaskan pelukannya. “Sehat, Nek.”“Shilah apa kabarnya? Kenapa dia tidak ikut? Nenek rindu.” Chloe kembali bertanya. Mencecar Samudera.Samudera tersenyum. “Bukankah nenek sudah bertemu dengan Shilah dua minggu lalu?”Shilah merupakan adik Samudera. Usianya sekarang menginjak 15 tahun. Dia tidak menyangka akan memiliki seorang adik perempuan ketika dulu Bella sempat keguguran karena terlalu lelah dalam melakukan berbagai kegiatan. Mamanya tersebut sekolah lagi atas permintaan Papanya. Permintaan itu semata untuk memperbarui diri agar lebih baik lagi.“Yah itu sudah lama.” Chloe lalu terkekeh.Mata Samudera menatap berkeliling. “Ke mana Tante Lena, Nek? Nenek sendirian di rumah?” dia mulai sadar tidak ada Lena

  • Miliarder Tampan itu Ayah Putraku   Bab 47 Bahagia Sepanjang Usia

    “Mentari menanyakan Samudera. Apakah kalian benar pindah ke Amerika?”“Benar, Mama.” Bella menjawab santun.“Ah begitu.”Jawaban pelan itu membuat Bella bingung. “Ada apa, Mama?”“Emm, apakah boleh Mentari bicara dengan Samudera? Di sana sudah malam, ya?”Bella tersenyum. Dia memang tidak tahu menahu bagaimana pertemanan Samudera dengan Mentari sebab putranya tersebut tidak pernah bercerita mengenai teman-teman sekolah padanya. Samudera akan menjawab jika hanya ditanya. Dan kalau tidak ditanya, anak itu tidak akan mengatakan apa pun mengenai kesehariannya.“Oh, boleh. Nanti saya telepon balik Mama Mentari ya. Samuderanya sudah tidur.”“Oh ganggu ya? Tidak perlu kalau ganggu.” Mamanya Mentari mulai tidak enak sebab menganggu tidurnya Samudera.“Oh tidak,” jawab Bella terburu-buru. Mungkin dengan berbicara pada Mentari, murungnya Samudera bisa teratasi. Dia bukannya tidak memerhatikan tadi. Dia melihat putranya yang tidak teramat ceria seperti biasa di Indonesia. Dia hanya berpikir Samu

  • Miliarder Tampan itu Ayah Putraku   Bab 46 Pesta

    “Evan?!” Bella terkejut melihat Evan berdiri di hadapannya. Di tangannya terdapat koper berukuran sedang. Pria itu tersenyum lebar. Di tangan yang lainnya menggenggam ponsel.“Iya. Ini aku. Datang menemuimu, Isabella.” Evan berkata lembut. Dia melihat Bella yang begitu memprihatinkan.“Evan!” tanpa pikir panjang, dia memeluk erat pria itu. Evan menyambut pelukan erat Bella dengan mengusap kepalanya.“Istirahatlah. Suhu tubuhmu panas.”Bella tersenyum masih dalam pelukan Evan. “Aku merindukanmu, Evan.” Dia sudah seperti orang dimabuk cinta dan dia tidak peduli lagi pada malunya. Dia ingin mengutarakan apa yang dirasakannya saat ini.“Aku juga.” Evan tersenyum senang. “Secepatnya kita menikah. Aku tidak sabar lagi ingin bersamamu setiap hari. Saat pagi kubuka mata aku melihatmu. Begitu juga malam hari ketika aku menutup mataku.”Bella melepaskan pelukannya. Ditatapnya Evan sayu. “Apakah tidak bisa sekarang kita menikah? Di sini?”Alis Evan naik lalu dia tertawa. “Kamu yang sakit ternyat

  • Miliarder Tampan itu Ayah Putraku   Bab 45 Calon Menantu

    “Selesaikan dulu masalahmu dengan Makena,” ucap Chloe lagi. Perkataan Evan telah membuat Chloe tidak habis pikir. Kekhawatirannya naik ke permukaan. “Aku tidak mau Bella dikatakan merebutmu dari Makena. Aku tidak mau Kakakku memusuhi Bella.”“Tante,” ucap Evan tenang. “Aku tidak ingin berpisah lagi dengan Bella. 10 tahun aku kehilangan jejaknya.”Chloe menggeleng. “Tidak.”“Tante, mengenai kedua orangtuaku itu tidak masalah. Mom dan Dad pasti senang.” Evan berkata lagi masih tenang sedangkan Bella hanya duduk menunduk di sisinya dengan kedua tangan saling bertaut.“Evan.” Hermann akhirnya bersuara setelah dia melihat raut khawatir di wajah Chloe. “Bella sudah kami anggap anak sendiri. Dia tidak akan pergi ke manapun lagi.”“Tapi —““Dengar,” potong Hermann ketika Evan hendak berbicara. “Selesaikan semua masalahmu dengan Makena. Setelah itu barulah kau datang kemari dan bawalah Bella bersamamu ke Amerika.”Evan menelan ludah. Pupus sudah harapannya untuk bersama Bella dengan cepat. Per

  • Miliarder Tampan itu Ayah Putraku   Bab 44 Penjelasan Evan

    Teriakan itu milik Lena. Gadis itu berkacak pinggang. Di sebelah Lena terdapat Samudera dan Chloe. Kedua tangan Chloe menutupi mulutnya. Terkejut pula. Sedangkan Samudera seperti hendak kesal. Namun, melihat siapa yang memeluk sontak saja anak itu tersenyum lebar.“Om Evan!” dia berjalan cepat menyongsong Evan lalu memeluknya. Dia tidak perlu bertanya pada Evan mengenai ada hubungan apa antara keduanya. Menurutnya, jika dua orang dewasa berlainan jenis melakukan pelukan berarti mereka sayang dan saling cinta.Bella berdehem. Dia berusaha tersenyum walau hatinya gugup sekali. Diperhatikannya Chloe dan Lena yang pastilah butuh cerita yang lebih lengkap. Jika sudah seperti itu, dia mau tidak mau memberitahukan mereka.“Ada apa ini?” Chloe bersuara setelah teriakan Lena tadi.Kemudian Lena menyipitkan matanya menatap Evan. “Jangan ganggu Bella. Kau harusnya paham, Om.”Evan merangkul Samudera. Dia berdehem. “Lena, Tante, aku akan jelaskan,” ucapnya. Di menoleh pada Bella yang berdiri di b

  • Miliarder Tampan itu Ayah Putraku   Bab 43 Kesempatan Kedua

    “Aku tidak menyangka dia Darrel.” Bella berulang kali mengatakan kalimat itu. Alisnya berkerut. Sedetik kemudian dia seolah teringat sesuatu. “Aku pernah melihat foto wanita itu di kamarnya Darrel.”“Makena?” Evan menoleh pada Bella. Pria itu sedang berada di toko bunga. Duduk menikmati kegiatan Bella yang sedang hilir mudik merapikan bunga-bunga tersebut seraya minum kopi. Kopi buatan Bella yang menurutnya masih enak seperti dulu. “Ya. Aku melihatnya dulu ketika aku mencoba mengakhiri hidupku. Foto itu ada di kamarnya Darrel.” Bella mengatakan dengan ringan. Namun, Evan segera berdiri dari duduknya.“Apa?” tanyanya. Dia menghampiri Bella dan berdiri di hadapannya. Kedua tangan wanita itu menggenggam dua tangkai bunga mawar merah. “Kau melakukan apa?” Evan bertanya lagi. Berharap pendengarannya salah.Bella mendongak. “Yang mana?” alis Bella berkerut. Dia tidak mengerti pertanyaan Evan yang terdengar panik serta teerkejut.“Kau mencoba bunuh diri,” ucap Evan lirih. Dia tidak tahu hi

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status