Home / Fantasi / Miliknya Di Antara Dua Dunia / BAB 63 — NYALA YANG TAK KEMBALI MENJADI ABU

Share

BAB 63 — NYALA YANG TAK KEMBALI MENJADI ABU

Author: Ayla
last update Last Updated: 2025-07-22 06:37:14

Menara Cahaya bergemuruh. Getaran dari pusatnya merambat ke setiap lantai, menjalar seperti nadi yang kehilangan irama. Di luar, langit retak. Bukan retakan fisik, melainkan retakan di lapisan realitas. Cahaya dan bayangan saling menyerbu, melintir, menciptakan warna-warna mustahil—ungu yang bernapas, merah yang menangis, biru yang meratap.

Seraphine berdiri di atap sayap timur menara, jubahnya berkibar liar. Napasnya berat, dan matanya memandangi pusaran energi di pusat menara. Di sana, Elowen—teman, pemimpin, dan jiwa yang dipertaruhkan—telah menyatu dan menantang bayangannya sendiri.

“Apa dia akan selamat?” tanya Levan pelan, berdiri di samping Seraphine. Suaranya nyaris tenggelam oleh angin yang menderu.

“Dia tak sedang memilih antara hidup atau mati,” jawab Seraphine, lirih. “Dia sedang memilih antara mengampuni atau melupakan siapa dirinya.”

---

Di dalam lingkaran itu, Elowen menggenggam udara. Namun yang terasa adalah ingatan—kilasan tentang masa kecilnya, pertama kali melihat
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Miliknya Di Antara Dua Dunia   BAB 109 — DI DALAM JERITAN TANPA NAFAS

    Ruang yang Tidak Punya DetakKeheningan yang datang setelah jeritan itu bukanlah kedamaian.Ia lebih mirip ruang tunggu, di mana segalanya menggantung di antara “masih ada” dan “sudah tidak”.Pulau-pulau emas yang retak kini hanyalah pecahan kaca melayang.Langit semesta baru berganti warna setiap detik—putih, ungu, merah, hitam—seakan bingung menentukan wajahnya sendiri.Kadang tampak bintang, kadang tampak kabut, lalu hilang begitu saja sebelum sempat menjadi nyata.Dan di tengah semua itu, Rynor dan Kael terapung.Bukan berjalan, bukan berdiri.Hanya terapung—seakan hukum gravitasi pun masih bingung, apakah mereka berhak ditarik ke bawah atau dibiarkan hanyut.Rynor merasakan tubuhnya semakin retak. Ia tak lagi tahu di mana batas dirinya dan pedangnya.Kael merasakan bara di dalam dadanya menyala-menyala, tapi sekaligus memakan habis sisa jantungnya sendiri.Mereka masih ada, tapi dengan cara yang sudah tidak manusiawi.---Ingatan yang MenyusupDari retakan langit, bayangan-bayang

  • Miliknya Di Antara Dua Dunia   BAB 108 — LUKA DI PARU-PARU KOSMOS

    Semesta yang Terbelah Retakan semakin melebar. Langit emas yang baru lahir berubah jadi dua lapis: satu bergetar putih keemasan, satu lagi menghitam ungu, berdenyut mengikuti tarikan napas lama. Setiap tarikan → bayangan-bayangan samar yang tadi lahir tercerabut, berteriak sebelum kembali jadi abu. Setiap hembusan → tanah rapuh di bawah mereka pecah, mengapung jadi pulau-pulau retakan. Rynor dan Kael berdiri di atas kepingan realitas, tubuh mereka goyah, tapi mata mereka tajam. Mereka sadar: ini bukan sekadar pertarungan hidup-mati. Ini perang memperebutkan hukum semesta. --- Tubuh Inti Lama Dari pusaran, tubuh raksasa itu semakin nyata. Rongga dadanya berdenyut, memuntahkan kabut ungu setiap kali hembusan keluar. Lengannya seperti batang pohon hitam yang tak berujung, mencakar ruang tanpa arah. Lubang besar di wajahnya berputar bagai lubang hitam, menghisap cahaya, bahkan menelan suara. Setiap kali ia bicara, kata-katanya bukan hanya terdengar, tapi membentuk realitas.

  • Miliknya Di Antara Dua Dunia   BAB 107 — PUSARAN TANPA TAKHTA

    Jantung Rapuh SemestaPusaran emas itu berdenyut pelan, seperti jantung yang baru belajar berdetak.Setiap denyut melahirkan percikan cahaya yang terlepas, berubah sebentar jadi bentuk—gunung, sungai, binatang samar—lalu runtuh sebelum sempat bernama.Di tengah pusaran, ada bayangan.Ia bukan lagi paru-paru, bukan wajah, bukan jantung.Ia adalah inti lama yang menyusup ke rahim semesta baru, berusaha merebut pusat.Bentuknya terus berganti: kadang menyerupai mata, kadang menyerupai tangan raksasa, lalu melebur jadi kabut. Tapi satu hal tidak berubah—napasnya.Setiap tarikan napas, semesta baru ini bergetar, hampir pecah.Setiap hembusan, cahaya emas memudar, seperti dipaksa tunduk pada hukum lama.---Rynor dan Tekad yang RetakRynor melangkah maju, pedang retaknya menggigil, cahaya putihnya berkedip seakan menolak padam.“Ini bukan sekadar pertempuran terakhir,” katanya, suaranya rendah, penuh parau. “Kalau kita gagal menahan napasnya sekarang, semua yang tadi muncul—bayangan anak, b

  • Miliknya Di Antara Dua Dunia   BAB 106 — TANAH YANG BELUM PASTI

    Tanah yang Belum PastiLangkah pertama Rynor di tanah baru itu nyaris tidak terasa.Ia menurunkan kakinya, tapi tanah di bawah hanya separuh nyata. Seperti menginjak bayangan yang sedang belajar menjadi batu.Setiap kali ia bergerak, lapisan tipis cahaya emas beriak, meluas, dan perlahan memadat—seakan keberadaannya sendiri sedang menuliskan hukum pertama di tempat ini: jejak berarti nyata.Kael, yang berjalan di sisinya, menatap sekeliling dengan wajah muram. Bara di tubuhnya masih menyala, tapi meredup, rantainya bergulir malas di udara, seakan ikut lelah.“Tempat ini… seperti kanvas kosong yang tidak tahu mau dilukis siapa,” gumamnya.Rynor mengangguk. “Atau lebih buruk: kanvas yang menolak dilukis dengan tinta lama.”---Bayangan yang Menyisakan LukaBayangan-bayangan samar masih berputar di sekitar mereka.Namun berbeda dari sebelumnya, kini mereka semakin pudar.Beberapa wajah hampir lenyap, seolah keberadaan Rynor dan Kael saja tidak cukup untuk menambat mereka.Rynor menatap s

  • Miliknya Di Antara Dua Dunia   BAB 105 — BAYI KOSMOS YANG LAPAR

    Getaran yang Membelah RuangTanah emas rapuh di bawah pijakan mereka bergetar, retak-retak menyebar seperti guratan api di kaca.Cahaya yang tadinya menenangkan kini berubah jadi arus liar, seperti darah yang dipompa paksa oleh jantung yang belum terbentuk.Rynor dan Kael berdiri di tengahnya, dua bayangan yang nyaris habis, namun keras kepala untuk tetap tegak.Dari retakan emas itu, sesuatu merangkak keluar.Bukan makhluk, bukan tubuh—melainkan gumpalan kesadaran mentah, ratusan wajah samar yang menjerit bersamaan, membentuk satu pusaran yang haus.> “Aku butuh paru-paru…”“Aku butuh darah…”“Aku butuh daging untuk bernapas lagi…”Suara-suara itu berlapis, berganti nada, berganti bahasa, tapi bermuara pada hal yang sama: kelaparan.---Tubuh Baru IntiPusaran itu menyedot cahaya, lalu mulai menenun dirinya.Mula-mula hanya lengan—panjang, bersisik cahaya retak.Lalu wajah—setengah Rynor, setengah Kael, seakan inti tidak bisa memutuskan siapa yang lebih pantas jadi wadah.Setiap gera

  • Miliknya Di Antara Dua Dunia   BAB 104 — SETELAH LETUPAN TANPA NAMA

    Keheningan Setelah SegalanyaTidak ada suara.Tidak ada dentuman. Tidak ada jeritan.Setelah letupan itu, semesta seakan menahan napas.Tidak lagi ada denyut, tidak lagi ada pusaran—hanya keheningan yang begitu padat, hingga membuat pikiran seakan terhenti.Namun, keheningan itu bukan kosong.Ia berisi terlalu banyak:serpihan realitas yang belum memilih bentuk,gema ingatan yang belum memutuskan mau jadi sejarah atau ilusi,cahaya yang belum tahu mau jadi bintang atau debu.Rynor perlahan membuka matanya. Atau, mungkin, bukan matanya—karena ia tidak yakin lagi tubuhnya masih sepenuhnya tubuh. Yang ia tahu: ia bisa melihat. Dan yang ia lihat adalah ruang putih keemasan yang terhampar, tanpa atas, tanpa bawah.Di sebelahnya, Kael terhuyung, tubuh baranya masih berdenyut, rantainya melayang di udara seperti ular api yang kehilangan tuannya.Mereka masih ada.Entah bagaimana.---Bayangan yang Tidak Mau HilangRynor mencoba menggerakkan tangannya. Butuh waktu. Gerakannya tersendat, seola

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status