Ruang taktis Menara Cahaya selalu terasa terlalu dingin bagi Elowen.Dinding-dinding kristal leyline memantulkan cahaya biru redup, memberi kesan steril dan netral—seperti ruangan yang sengaja dirancang agar percakapan di dalamnya tidak beresonansi ke luar.Meliora sudah menunggu di meja bundar, membawa tiga lembar naskah dan satu kristal rekaman.Wajahnya tegang, seperti baru saja melihat hasil ujian yang tidak diinginkan.> “Kau langsung dari sel?” tanyanya tanpa basa-basi.“Ya. Dan aku mendengar sesuatu yang tidak ingin kudengar,” jawab Elowen, menaruh sarung tangannya di atas meja.---Rekaman Suara yang Tidak AdaMeliora menyentuh kristal rekaman. Hologram kecil menyala, memutar ulang suara percakapan Elowen dan Kael.Hanya saja, ketika bagian “suara aneh” harusnya terdengar, kristal itu kosong. Hening.> “Tidak ada suara tambahan,” ujar Meliora. “Padahal penjaga bersumpah mereka mendengarnya.”Elowen mengangguk. “Itu yang membuatnya lebih buruk. Mereka tidak berbohong—yang merek
Elowen duduk di ruang strategi Menara Cahaya, menatap peta leyline yang baru diproyeksikan di udara.Sejak penyatuan dirinya dengan gema Liora, ia dapat merasakan getaran yang sebelumnya tersembunyi—denyut yang tidak seharusnya ada di dalam menara.---Laporan yang Membuat SunyiKapten Ravel melapor cepat, nada suaranya tajam tapi terkendali:> “Sel Kael menimbulkan pola resonan, mirip dengan Spiral ketiga. Tidak ada pemicu dari luar, tapi pembacaan teknis jelas menunjukkan... pola doa tanpa kata.”Elowen mengerutkan dahi.> “Doa tanpa kata? Jelaskan.”Ravel melirik teknisi yang ikut.Teknisi itu menelan ludah.“Seperti nyanyian leyline, tapi... seperti sedang menunggu jawaban.”---Perintah yang Tidak BiasaElowen berdiri. Gaunnya berkibar tipis terkena arus energi dari peta leyline.> “Aktifkan segel anti-resonansi di seluruh tingkat bawah. Periksa semua simpul energi di dekat sel. Dan... hentikan rotasi penjaga di area itu selama enam jam ke depan.”Kapten Ravel sempat menatapnya k
Bab 129 – Gema di Balik Dinding BatuKael duduk bersandar pada dinding sel batu Menara Cahaya.Dua rantai leyline membungkus pergelangan tangannya, memutuskan sebagian besar akses ke energi yang biasa ia gunakan untuk menyelusup ke pikiran orang lain atau sekadar mengintip alur dunia.Namun, bahkan dalam keterbatasan itu, ia merasakan sesuatu.---Resonansi AsingAwalnya hanya getaran samar, seperti bisikan bawah tanah.Lalu, dalam hitungan detik, rasa itu menjadi tajam: frekuensi yang familiar, tetapi jauh.> “Mereka... menyentuh sisik itu.”Kael membuka matanya. Warna ungu samar berkilat di irisnya, walau hanya sedetik.Itu bukan sihir yang ia lakukan secara sadar. Itu... respons alami.---Dialog dengan BayanganDi dalam kepalanya, suara yang telah lama ia kenal muncul.> “Kau merasakannya, bukan?”“Mereka memindahkannya ke zona nol,” balas Kael dalam hati.“Itu tidak masalah. Kita sudah diberi tanda. Mereka tidak bisa menutup jalan yang sudah terbuka.”“Elowen akan berusaha. Dia s
Penyegelan UlangSetelah Elowen meninggalkan lorong isolasi, Theros langsung memberi aba-aba pada tim teknis leyline. Medan penahan diperkuat dua kali lipat: lapisan cahaya putih untuk menolak energi luar dan lapisan perak untuk mencegah manipulasi dalam.Namun meskipun lapisan tambahan itu menyala sempurna, udara di dalam lorong tetap terasa berat—seperti ruangan yang baru saja dilalui badai, meski semua benda terlihat utuh.> “Mulai pemindaian penuh,” perintah Elowen.Teknisi mengeluarkan pilar kristal kecil dan menancapkannya di lantai. Cahaya biru muda meluas, membentuk jaring tipis yang membaca jejak energi sisa.---Hasil Pertama yang MenggangguLayar kristal menampilkan pola-pola yang berantakan. Tidak ada tanda manipulasi Kael secara langsung, tetapi ada resonansi asing—frekuensi yang tidak berasal dari manusia, sihir murni, ataupun teknologi leyline standar.Meliora menyipitkan mata. “Ini seperti... jejak dari luar jalur dimensi kita.”Elowen berjongkok di dekat lantai sel. “
Menara di Malam HariMenara Cahaya pada malam hari selalu sepi, tapi sepi yang mengandung berat, seperti udara ikut menahan napas. Lorong bawah tanah—tempat sel Kael berada—lebih sunyi lagi. Tidak ada langkah, tidak ada percakapan, hanya denting lembut leyline di dinding batu obsidian.Aric, salah satu penjaga yang baru bertugas di sel isolasi, menelan ludah saat berdiri di posnya. Lampu kristal di koridor berkedip pelan, padahal seharusnya stabil.> Mungkin hanya efek perbaikan hari ini, pikirnya, mencoba menenangkan diri. Tapi itu tidak membantu rasa dingin di tengkuknya.---Suara PertamaAwalnya hanya desis pelan. Seperti suara seseorang menyapu lantai dengan kain basah. Aric menegakkan tubuhnya, memandang ke arah sel.> “Tahanan Kael, kau bangun?” panggilnya.Tidak ada jawaban. Hanya keheningan yang kembali menutup ruang. Aric mendekat ke pintu sel, menempelkan telinganya ke logam. Hening.Saat ia menjauh, suara itu terdengar lagi—kali ini jelas: bisikan, cepat, seperti doa yang
Sunyi yang Tidak KosongSel isolasi Menara Cahaya dibangun untuk memutus resonansi. Setiap dindingnya dilapisi leyline yang dipaksa dalam keadaan netral, mematikan percikan sihir dan menghapus gema energi.Namun, malam itu… ada sesuatu yang salah.Kael duduk di lantai, punggung bersandar pada dinding yang dingin. Rantai pengikat di pergelangan tangannya seharusnya membuat gerakannya terbatas, tapi ia tidak mencoba melawan. Ia malah menutup mata, napasnya teratur.> “Jadi… begini rasanya ditelan cahaya,” gumamnya pelan. “Hangat di luar, tapi kosong di dalam.”Matanya terbuka, menatap sudut kanan sel—tempat kristal pendeteksi seharusnya menyala. Kristal itu kini padam.---Percakapan dengan BayanganKael menyentuh lantai, jemari membentuk pola melingkar yang tidak meninggalkan bekas. Dari udara, terdengar suara samar—bukan dari manusia, melainkan gema yang hanya bisa muncul jika ada “pintu” yang terbuka.> Suara: “Simpul pertama berhasil diakses. Kau aman?”Kael: “Aman. Mereka pikir aku