" Aden...sudah pulang " sapaan Pak Kimin pada tuan mudanya.
" Tadi ibu dan bapak pesan kalau Aden pulang katanya suruh telepon " tambah Pak Kimin dengan nada sopan.
" Hmmm..." Jawab Albi.
"Aden...mau kemana ?" Tanya Pak Kimin.
" Bawaannya banyak bener !" Pak Kimin merasa ada yang aneh melihat majikannya memasukkan baju ke dalam ransel besar .
" Mau camping " jawab Albi asal .
" Mau saya bantu ?"Pak Kimin menawarkan diri.
" Gak usah !" jawab Albi dengan nada ketus.
Setelah memasukkan semua keperluan untuk di bawanya kini Albi segera bergegas meninggalkan rumah dan menemui Zahra yang sudah siap menunggunya di depan gerbang .
" Let's go " Zahra kemudian menjalankan motornya.
" Siap " jawab Albi sambil mengunci helmnya.
" Kita mau kemana ?'' tanya Albi.
" Nanti juga kamu tahu " jawab Zahra.
Mereka berdua pun kini sampai di sebuah kos -kosan kecil milik keluarga Zahra.
" Tidurlah disini !" Zahra membuka kunci kamar kosong.
"Tapi...ingat bayar pas gajihan ya ! Ini gak gratis !" Zahra mengingatkan .
" Nih..." Zahra menyodorkan ponsel serta satu lembar uang berwarna merah.
" Cukup " tanya Zahra kembali.
" Mulailah mengatur dan berhemat ! Paham !" Tambahnya lagi .
" Ayo...istirahatlah dulu " Zahra kemudian meninggalkan Albi.
Kini Albi duduk di kasur berukuran kecil yang hanya bisa di tiduri sendiri.
Kemudian tubuhnya bersandar pada dinding kamarnya.
" Aku pasti bisa Bu..." Dengan nada lirih Albi berkata.
" Maafkan aku atas ketidak tahuanku " sebulir bening air mata keluar dari sudut matanya.
" PING " suara notifikasi WA .
"Gimana ? Besok siap kerja !" Pesan yang di baca Albi.
"Siap "
Zahra gadis yang baru di kenalnya seperti menghipnotis Albi yang sedang terpuruk kemudian mengikuti semua arahannya.
_-_-_-_-
" Bi...Albi sudah pulang " tanya Tia pada Bi Rokayah.
" Tadi katanya sudah Bu...tapi,pergi lagi keluar bawa ransel camping " Bi Rokayah menjelaskan pada majikannya.
" Ya,sudah...anak itu..."Tia pun berlalu meninggalkan bi Rokayah dan berlalu menuju kamarnya.
" Mana Albi ? Sudah pulang ?"tanya Hari.
"Kata bibi pergi lagi katanya "
" Biarkan saja ! Anak muda ini "Hari tak menaruh curiga sedikit pun.
Tia dan Hari menganggap Albi sedang pergi camping.
Selama seminggu lamanya Albi tak kunjung kembali .
Pikiran Hari dan Tia pun mulai cemas.
Mereka berdua mendatangi kampus Albi dan menanyakan tentang Albi kepada teman - temanya namun,hasilnya nihil.
Setelah pulang dari kampus , Tia memeriksa kamar Albi.
" Kenapa hp , dan kunci motor ada !" Tia mulai menaruh rasa curiga.
" Pah...papah " panggil Tia pada Hari pada suaminya.
"Jangan- jangan...Albi ?" Dugaan Ita mengarah.
"Pak Kimin ...pak Kimin "panggil Tiapada sopir pribadinya.
"Iya Bu ..." Jawab Pak Kimin yang lari tergesa - gesa mendengar panggilan suara majikannya.
" Siapkan mobil ! Cepat !" Perintah Tia.
'' ayo,mah ! Dugaan ku sama !" Hari pun menduga bahwa Albi kabur.
Kini Tia dan Hari berada di rumah kontrakan yang di tempati Ningsih dan Wawan suaminya.
" Mana Albi ?" Tanya Tia penuh emosi.
" Enak saja ! Aku yang besarkan dia dan sekarang setelah besar kamu mau langsung ambil " cerocos ya lagi.
" Saya gak tahu ! Albi gak pernah kesini " jawab Ningsih yang merasa ketakutan dengan suara bentakan Tia.
" Jangan bohong kamu !" Hari pun masuk tanpa permisi dan memeriksa setiap sudut ruangan.
" Kalau dia kemari suruh pulang !" Hari menekankan kata - katanya.
Mereka pun berlalu meninggalkan kediaman Ningsih dan Wawan.
" Kemana kamu sebenarnya nak ?" Batin Ningsih mencemaskan Albi.
Terdengar suara ketukan pintu.
" Tok...tok..."
Ningsih pun membukakan pintu rumahnya dan ternyata yang datang adalah Wawan suaminya.
" Tadi ada apa lagi mereka datang ?" Tanya Wawan karena tadi sesaat sebelum memasuki gang rumahnya ia berpapasan dengan orang kaya baru.
" Albi , kabur " jawaban Ningsih membuat Wawan kaget
" Yang bener ?'' tanyanya lagi.
" Bener dan mereka menuduh kita !" Tangis Ningsih pun pecah.
"Jangan salahkan Albi kalau akhirnya memilih pergi pasti semuanya ada alasannya ! Do'akan yang terbaik saja ! Insya Allah do'a orang tua akan menyertai anaknya.
Ningsih hanya menganggukkan kepalanya dan berusaha tegar dengan apa yang di hadapinya kini.
Rintihan do'a sang ibu di sepertiga malamnya memberikan kekuatan tersendiri untuk Albi.
" Di mana pun anakku berada semoga Rabb ku melindungi dan mewujudkan semua mimpinya Aamiin ya rabbal Alamin " do'a yang terucap dari lisan sang ibu di iringi cucuran air mata.
-_-_-_-
" Aku yakin! pasti mereka bersekongkol"
Tia mengira bahwa Albi di sembunyikan keluarga orang tua kandungnya.
" Kita lapor polisi saja !" Saran Ningsih.
" Bodoh...yang ada kita kalah sekarang ! Ingat Albi bukan anak kecil lagi !" Hari tak menyetujui saran isterinya.
"Yang ada kita masuk penjara !jangan bertindak sesuai keinginanmu ! Perhatikan dampak yang akan timbul nantinya !" Kini Hari yang merasa terancam.
Tia hanya terdiam saat Hari memberinya peringatan.
" Jadi beneran nih,kak Albi kabur dari rumah ?" Tanya Khanza yang merupakan anak kandung Hari dan Ita.
" Iya..." Jawab kedua pasangan suami isteri tersebut.
"Lapor polisi saja !" Saran Khanza .
" Tidak ..."serempak mereka menolak saran yang di berikan Khanza.
" Sudah diam kamu Khanza ! Jangan bikin saran yang akan menambah masalah !"Hari membentak Zahra.
Karena merasa tak di anggap atas saran yang di ajukan nya.akhirnya Zahra lebih memilih undur diri dari hadapan kedua orang tuanya.
" Di beri saran bukannya Nerima malah balik marah kan aneh " gerutu Khanza sambil berjalan meninggalkan kedua orang tuanya.
Khanza tak mengetahui tentang duduk permasalahan yang sebenarnya terjadi karena ia terlahir 5 tahun setelah mengambil paksa Albi.
Esok pagi hari tepat pukul 08.00 Hari sudah berada di rumah kediaman orang tuanya.
" Ibu,jangan diam saja ! Bantu aku dong cariin Albi ! Aku gak mau tahu anak itu harus ketemu !" Emosi dan pikiran yang kalut kini sudah menjadi beban hingga ia tak tersadar telah membentak ibunya sendiri.
Hari di paksa untuk menjadi sumber keuangan ibunya sedangkan Ningsih di paksa untuk mengorbankan diri demi memenuhi keinginan kelima saudaranya.
Ningsih merupakan anak kedua sedangkan keempat adiknya bernama Supri,Fandi,Rika dan Resti.
Mereka berhasil mendapatkan keinginannya namun menghancurkan Ningsih dan Wawan.
Tak ada kata terhormat untuk sekedar mengucapkan sebuah kata " terima kasih " yang keluar dari mulut mereka.
Layaknya sampah yang terbuang kehidupan Ningsih dan Wawan di jungkir balik kan oleh ambisi dan keserakahan demi memenuhi sebuah nafsu yang mereka inginkan.
Hanya waktu yang akan membela dan membalikkan Ningsih danWawan ke tempat semula.
Albi sang anak kini memberontak demi menaikkan kembali pengorbanan kedua orang tuanya yang sama sekali tak di pandang oleh keluarga besarnya.
-_-_-_-
" Lelahnya...." Albi merebahkan tubuhnya di atas kasur usai melaksanakan mandi sore nya.
" Mental ...asah mental ...kuat...kuat !" Albi memberi semangat pada dirinya.
" Minggu ini aku mau bayar hutang !" Tulis pesan Albi pada Zahra." Hutang yang mana ?" Balasan pesan dari Zahra." Yang waktu makan pas turun dari kebun teh " Albi kembali mengirimkan pesannya." Yang itu...aku gak pernah menganggap itu hutang ! Udah santai aja !mending kumpulin tuh duit buat bayar kos " balasan pesan Zahra." Thank's ya " pesan untuk Zahra." Buat ?" Zahra mempertanyakan maksud pesan Albi." Buat semuanya karena sudah bantuin aku !" Albi menjawab maksud dari pesannya." Ya,sama - sama !"" Minggu ada acara gak ? Aku mau traktir kamu !" Pesan untuk Zahra." Ada acara keluarga ! Pamanku dari Sulawesi mau datang dan kita keluarga besar sudah lama gak ketemu " tulisan pesan Zahra." Oh...ok ! Lain waktu saja !" Balasan Albi untuk Zahra kemudian menutup pon
" nah ,ini nih cewek yang kemarin saya ajak ngobrol ?" Albi berjongkok degan Ridwan. " Kirain..." kini wajah muram Ridwan terlihat. " Gak usah di tekuk tuh muka ! Masih sama tetep jelek ! " Ledek Albi dengan polos. " Nah,bener gini bi,pagi- pagi biasakan datang kesini !" Albi seolah terus menagih rasa gorengan yang di buat Bi Ijah. " Iya den..." Jawab Bi Ijah dengan senang. Mereka pun memakan gorengan sebagai menu sarapan mereka di pagi hari.. Kini Albi sudah terbiasa dengan hidup nya sekarang dan sudah meninggalkan kebiasaan lamanya mewah tapi menipu dirinya sendiri. Setelah menyelesaikan sarapan paginya mereka pun kembali bekerja mengambil peralatan pertukangan . Albi kembali lagi pada Bi Ijah dan bertanya menanyakan alamat rumah Bi Ijah . " Bi...sekarang bibi tinggal dim
Albi pun masih terus berjalan mengikuti arahan warga yang tadi di temuinya. Hingga ia menemukan rumah yang di tujunya. "Rumahnya bagus ! Tapi,kenapa Bi Ijah masih berjualan keliling ya ! Mungkin ia punya alasan sendiri" Albi berbicara dalam hati karena merasa heran. Dilihatnya Bi Ijah sedang mengawasi beberapa cucu-cucunya di sekitaran teras rumahnya. " Assalammu'alaikum " sapa Albi dengan ramah . "Wa'alaikum salam " jawab Bi Ijah dengan ramah. "Eh...nak Albi ayo,sini masuk !"Bi Ijah dengan ramah mempersilahkan tamunya masuk. "Ganggu gak bi" tanya Albi pelan takut kalau kedatangannya mengganggu yang punya rumah. "Nggak ganggu ! Bibi senang nak Albi mau berkunjung kesini !" Jawab kembali Bi Ijah dengan ramah. "Sana...main sama yang lain dulu !" Bi ijah menyuruh cucu-cucunya
" jadilah pemberontak yang baik ! Pemberontak yang tak merugikan banyak pihak ! Ingat meski kamu di lahirkan oleh orang tuamu tapi Hari dan Tia juga punya jasa yang besar dalam membesarkan dan nerawatmu ! Teruslah berjuang untuk mendapatkan hak mu mengembalikan data orang tuamu !namun perlu di ingat jangan sampai ada yang terluka ! Tugasmu berat nak !" " Aku tahu Bi," jawab Albi. " Bagaimana cara aku terpisah dari keluarga kandungku sendiri Bi ! Ceritakanlah yang sebenarnya bi ! Aku mohon ! " Pertanyaan Albi yang mengharapkan sebuah kejujuran seorang Bi Ijah. " Caranya yang salah karena sang nenek yang terlalu ikut campur dalam keluarga Ningsih yang sudah menikah !" " Hari tak kunjung di karuniai anak karena dia memberikan luka pada Ningsih Ibumu !" " Hari berdosa !" " Kenapa Bi ? "Tanya Albi kembali .
Zahra masih belum bisa memejamkan matanya begitu pun dengan Albi. Akhirnya Albi lah yang memutuskan untuk berkirim pesan menyapa Zahra terlebih dahulu. " PING " Albi mengirim pesan pada Zahra dan mengetes sudah tidur atau belum. Ternyata Zahra belum tidur juga terdengar dari bunyi pesan WA masuk. " PING juga " balasan dari Zahra. " Tadi nyariin kesini ada apa ? Aku tadi keluar ada sesuatu yang penting !" Pesan dari Albi untuk Zahra. " Tadinya mau nagih janji buat di traktir! Eh...tahunya yang janjiinya sedang keluar ! Ya,udah balik kanan lagi aja !" Jawaban pesan dari Zahra yang di baca Albi. '' besok sore aja ! Gimana ? Itu juga kalau kamu nya gak sibuk !" Pesan dari Albi. ''ya,udah entar aku samperin ke sana deh! Bakal ngilang lagi gak !" Tanya Zahra kembali. " Nggak lah ! Kan
"Alhamdulillah...kenyang " Albi bersendawa." Mau tambah lagi ?" Tanya Albi sambil menaruh mangkuknya.Mereka berdua menyantap mie ayam buatan mas Supar di pinggir jalan.Hanya sandal yang bisa di jadikan alas untuk duduk .Albi mengira Zahra enggan atau menolaknya makan di tempat seperti ini karena dari tampilannya terlihat Zahra bukanlah anak dari kalangan biasa."Ini juga udah kenyang " jawab Zahra." Kamu sering kesini ?" Tanya Zahra sambil menaruh mangkuknya di bawah." Saat berstatus mahasiswa sih tiap hari kesini sampai sore terus pulang ke rumah magrib "" Walaupun tempat ini rame banyak mobil dan motor melintas tapi aku ngerasa tenang aja di sini ..." Albi belum menyelesaikan kalimatnya namun,Zahra sudah menyelanya." Tempat sebising ini kamu bilang tenang ! Atau jangan-jangan kamu salah minum ob
Tiga hari lamanya Bi Ijah tak berjualan seperti biasanya. "Hei...mau kemana lagi " Ridwan bertanya karena melihat Albi yang tergesa-gesa " Nyari angin " jawab Albi sambil berlalu menutup pintu. " Teman gak ada akhlak ... Nyari angin sendiri ! Gak di ajak lagi ! Asem deh ngobrol sendiri !" Gerutu Ridwan yang kesal karena tak pernah di ajak keluar. Albi berjalan kaki ke tempat Bi Ijah namun sayang hatinya bergetar dan langkah kakinya terhenti saat para warga,baru saja memulai acara tahlilan. " Siapa yang meninggal ? " Tanyanya dalam hati. " Jangan...jangan..." Antara yakin dan ragu ia menjawab pertanyaan dirinya sendiri. Albi pun ikut duduk bersama para warga dan ikut membacakan surat Yasin. Setelah acara selesai barulah Albi mendengar obrolan para warga. " Mudah-mudahan amal
Albi tak pernah bisa memilih antara Bi Sari ataupun Zahra.Zahra masih dalam mode ngambeknya." Sekali-kali dia lah yang cari saya ! " Zahra membalikkan ponsel miliknya agar tak terlihat lagi nama Albi.Keesokkan paginya Albi masih sibuk memeriksa pesan atau panggilan masuk dari Zahra.namun,tak ada satupun balasan chat atau panggilan balik dari Zahra.Kini Albi sendiri yang merasa bingung." Gak biasanya dia seperti ini ! Apa aku salah ya !" Albi sejenak berpikir." Ah...sudahlah " Albi menaruh kembali ponsel ke dalam sakunya." Ayo..." Ajak Ridwan setelah memakai sepatunya.Saran dari Zahra untuk membuat nasi sendiri kini Albi terapkan sendiri dalam hidupnya.Ia pun berbagi nasi dengan Ridwan teman sekamarnya.Awalnya Albi kesulitan menakar air untuk menanak nasi karena