Home / Romansa / Misi Memikat Bos Wanita / Bab 8: Poin Minus

Share

Bab 8: Poin Minus

Author: Jie Jian
last update Last Updated: 2025-07-26 20:03:20

"Arahkan dia ke kantorku." Khahitna cepat membuat keputusan, lalu mendongak untuk melihat Arnold yang tinggi 190 sentimeter itu.

"Apakah ada masalah?" Arnold bisa melihat sesuatu yang tidak tepat dalam ekspresi Khahitna seolah-olah ada yang tidak disukainya.

"Bukan masalah besar. Mari lanjutkan." Khahitna tersenyum dan kembali mengalihkan topik ke bisnis yang sedang mereka bicarakan.

Lupakan soal Rafael. Dia bisa mengurus suami sakit yang membuat kekacauan itu nanti!

Rafael dibawa oleh Asisten Merry ke ruang kerja Khahitna yang berada di lantai 20. Asisten bahkan memberikannya kopi panas dengan kue manis berhias stroberi.

"Tuan, Anda bisa menunggu. Presiden Khahitna memiliki pertemuan dengan Tuan Arnold saat ini. Kemungkinan, mereka akan selesai pukul dua belas nanti." Wanita 30 tahun yang juga melajang itu menjelaskan dengan mata yang tidak pernah beralih dari wajah Rafael.

"Tuhanku, Presiden benar-benar punya mata!" Merry berkata dalam hati dengan penuh pemujaan kepada pria yang duduk di kursi Khahitna dan mulai membalik-balik berkas tanpa keseriusan.

"Katakan kepadanya untuk cepat. Suaminya menunggu, oke!" Rafael membuat masalah dan tidak akan melepas Arnold ini jika sampai hidupnya berakhir dengan perceraian.

"Tuan, jika Presiden tidak datang, saya akan menemani Anda." Merry tiba-tiba menjadi genit dengan sekumpulan karyawan yang mengintip di balik pintu.

"Argh! Itu suami Presiden! Betapa tampannya!" Hati semua orang menjerit.

"Aku ingin membawanya ke tempat tidurku!" Yang lain menatap dengan mata panas dan membara.

"Betapa mesumnya ...." Yang lain melirik dengan aneh kepada gadis yang tidak terkendali.

"Huf, tidak heran Tuan Arnold kalah dalam merebut hati Presiden. Ternyata seseorang memang melampauinya." Karyawan pria yang menghela napas penuh keluhan berkata.

Dewa benar-benar menciptakan Rafael dengan sangat baik, ah!!

Seperti kata Merry, Khahitna menyelesaikan pertemuannya dengan Arnold tepat jam 12 siang. Waktu istirahat dan makan siang tiba. Seharusnya, karyawan perusahaan pergi ke kantin untuk makan siang. Akan tetapi, mereka bahkan lupa bekerja dan hanya mengintip Rafael di ruang kerja Presiden sampai kepala keamanan turun tangan.

Khahitna mendengar ada kekacauan di lantai 10, tetapi masih ada Arnold di sini.

"Sekarang waktu makan siang. Bagaimana kalau kita makan di luar? Aku akan mentraktirmu." Arnold menawarkan dengan senyum di wajah rupawannya.

"Oh, maaf, Arnold. Aku memiliki sedikit urusan. Aku tidak bisa menemanimu. Lain kali, kita bisa pergi bersama." Itu adalah janji Khahitna dan seharusnya dia memang menerima tawaran makan siang ini.

Sayang sekali, kekacauan di bawah terlalu mengganggunya. Apakah dia akan membiarkan Rafael terus membuat kekacauan? Tentu tidak. Ini harus diselesaikan sekarang.

"Baiklah. Aku akan makan siang di restoran kantormu. Tidak masalah, kan?" Arnold bermaksud untuk tinggal.

"Tidak masalah." Khahitna memberikannya ruang. "Kalau begitu, aku akan meninggalkanmu untuk sementara. Buat dirimu nyaman di tempatku." Wanita anggun itu berpamitan, melambaikan tangan, lalu memasuki lift.

Arnold melihat lift pergi dan asistennya berdehem ringan di samping.

"Pesan makan siangku. Aku ingin makan di kantornya." Arnold memiliki senyum penuh makna di bibir tipis yang berwarna cerah itu.

Asistennya, Ruther, mengangguk, kemudian menghubungi orang rumah Arnold untuk membawakan makan siang ke kantor Khahitna. Omong-omong, Arnold tidak akan makan di kantin. Dia tidak suka berbaur dengan orang lain dan hanya malam sesuatu yang dimasak oleh asisten rumah tangganya sendiri. Betapa ketat orang ini, oke!

Khahitna turun dan langsung ke ruang kerjanya yang dipadati para karyawan yang tidak lagi merasakan lapar. Dia awalnya tidak berpikir jika Rafael akan datang. Selama mereka menikah, pria itu tidak pernah tembus di kantornya, bahkan tidak pernah bertanya tentang seluk-beluk pekerjaannya. Jadi, apa ini? Rafael benar-benar di sini?

Ketika bos wanita datang, semua orang memberi jalan dan kepala keamanan mengusir mereka pergi. Khahitna sakit kepala, membuka pintu dengan marah, dan mendapati Rafael benar-benar duduk di kursinya, bermalas-malasan, dan mengantuk.

Sakit kepala Khahitna bertambah, tetapi segera mereda sebab aroma lemon segar, lembut, manis, dan harum segera mengisi indra penciumannya. Kedamaian aroma ini menyelimuti seluruh ruangan, memeluk Khahitna hingga tanpa sadar dia menjadi tenang. Meski demikian, ekspresinya masih sangat menyeramkan. Dia marah dan bisa meledak kapan saja kepada Rafael.

"Apa yang kau lakukan di sini?" Khahitna bertanya dengan suara tanpa emosi yang cukup membuat orang biasa mundur dan tidak mau menghadapinya.

Akan tetapi, Rafael bukan orang biasa. Dia keras kepala yang sedang menjalani misi dan tidak peduli dengan sikap Khahitna yang tidak berperasaan.

"Untuk bertemu denganmu, tentu saja." Rafael bangkit, tersenyum, dan menghadapi Khahitna.

"Bukankah kau sedang sakit? Mengapa kau berkeliaran? Pulanglah. Jangan membuat masalah dan menghabiskan kesabaranku." Khahitna penuh peringatan.

"Kau mengusirku? Oh, apa karena ada Arnold di sini dan kau tidak ingin aku berada di kantormu?" Rafael tidak segan-segan membuat masalah.

"Rafael ...." Khahitna kehabisan kesabaran dan aroma lemon yang disukainya tidak cukup meredakan emosi itu.

"Apakah bosan dengan pernikahan kita? Haruskah aku mengingatkanmu tentang perjanjian di antara kita? Mengapa kau terus membuat masalah?" Khahitna berkata dingin, menatap Rafael dengan tajam juga menantang.

"Aku hanya datang untuk melihatmu. Apakah salah? Aku tidak ingin berpisah, tapi aku ingin mengikutimu." Rafael sedikit tertekan, apalagi sistem di kepalanya mengeluarkan tanda merah.

[Tuan Rumah, Anda salah langkah. Anda kehilangan sepuluh poin dan membuat nilai Anda minus] sistem memperingatkannya.

Bersambung.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Misi Memikat Bos Wanita    Bab 28: Saya Sedang Offline

    Khahitna selesai membaca dan mengerutkan kening. Pria ini benar-benar tahu cara menjelaskan adegan seperti itu dengan sangat detail dan baik. Dia tidak percaya. Bukankah seharusnya dia seorang profesional dalam berciuman? "Oh ...." Jadi, Khahitna sedikit tertarik dengan aktivitas pria ini. "Kau paham tentang adegan ini seolah-olah kau telah melakukannya ribuan kali. Apakah kau pernah berciuman sebelumnya?" Dia bertanya, sedikit nakal. Rafael menatap sengit wanita berambut pirang yang tampak sangat misterius dan serius dalam ruangan remang-remang. "Apakah seseorang yang menjelaskan tentang narkoba harus mencicipinya lebih dulu? Tidak, bukan? Kau tidak perlu berciuman untuk menulis adegan berciuman. Belajar saja dari orang lain, novel atau naskah orang lain, dan bisa juga lewat film. Begitu mudah dan tidak perlu dibuat susah." Rafael menjawab dengan sungguh-sungguh. "Oh, begitukah?" Bos Wanita sedang menggali lubang jebakan sekarang dan senyumnya menjadi lebih misterius lagi. Siste

  • Misi Memikat Bos Wanita    Bab 27: Adegan Ciuman

    "Ya ...." Khahitna menjawab serius dan ekspresi di wajahnya tidak menunjukan sedikitpun tanda-tanda bercanda. Merry menutup ponselnya dengan kengerian dan teror. "Tidak bisa? Baiklah. Aku tahu itu. Kau masih lajang, bukan? Jadi, bagaimana kau akan tahu permainan seperti ini?" Khahitna penuh senyuman ejekan, keluar dari ruangan sang asisten, lalu kembali ke ruangannya sendiri sambil membayangkan hal-hal tidak bermoral lainnya. Merry yang ditinggalkan melarikan diri ke ruangan Sekretaris. "Kakak! Tolong aku!" Dia menangis dengan ketakutan. Apakah Presiden Adiwara itu tidak sedang mempermainkannya? Ciuman ... ciuman ... ah! Tuan Rafael akan memiliki hari-hari yang sial. Dia sangat terharu, oke! Di ruangannya, Khahitna mengeluarkan ponsel dan memasuki sebuah aplikasi, lalu menggunakan fitur pencarian untuk mencari sesuatu yang membuatnya penasaran. Tidak berapa lama, hasil pencarian keluar dan dia membukanya satu per satu. "Aku benar-benar sangat dangkal." Setelah menonton sampai pu

  • Misi Memikat Bos Wanita    Bab 26: Panduan Berciuman

    Rafael ditinggalkan dan kembali bekerja dengan fokus. Setelah selesai, dia mengirim hasil editan adegan kepada Mio dan Austin. Lewat panggilan video, ketiganya bertemu secara online. "Bagaimana menurut kalian?" Rafael meminta pendapat dengan timnya. "Sangat baik. Jika ditambahkan dengan efek, aku bisa membayangkannya. Ini luar biasa." Austin berkomentar. "Perhalusan yang memukau." Mio memberikannya jempol dengan kedua tangan, tersenyum dengan tulus. "Berikan masukan jika ada yang kurang atau perlu diubah kembali." Rafael bicara. "Tidak ada. Kemampuan Senior tidak perlu diragukan lagi. Kita hanya tinggal mengirimnya kembali kepada sutradara dan para pemeran." Mio berkata sungguh-sungguh. "Senior sangat berpengalaman." Austin tertawa, lalu menunjuk pangkal lehernya sendiri. "Senior, nyamuk yang menggigitmu banyak sekali. Bekasnya sampai seperti itu. Nyamuknya pasti sangat ganas." Hanya dia yang tahu maksudnya. Rafael yang memahami arah ini menutupi lehernya sendiri. "Benar-benar

  • Misi Memikat Bos Wanita    Bab 25: Anggurku Hilang

    Jika mengingat pembicaraan dengan sistem, Rafael benar-benar ngeri terhadap wanita cantik berwajah tegas ini. Sepertinya, dia memang harus menghindar dan melakukan trik lain dalam memenangkan hatinya. Tapi, apa? Di sisi lain, Khahitna benar-benar bangga dengan tandanya sendiri. Kelopak bunga-bunga itu cukup terbuka dan mudah dilihat orang lain. Hanya orang bodoh yang akan berpikir jika pria ini belum memiliki pasangan. Dia sangat siap jika Rafael membuat masalah lagi. "Tuan, apakah Anda memiliki kegiatan hari ini?" Albert bertanya. "Ya, aku tidak akan keluar." Rafael menjawab tanpa minat, mengambil sarapannya, dan makan dalam diam. Khahitna yang menunggu keributan Rafael merasa sedikit kehilangan. Mengapa hari ini si bayi besar tampak tidak ingin mencari gara-gara dan terlalu lelah? Apakah terjadi sesuatu dengannya? Bukan hanya Khahitna, Albert juga memiliki pemikiran demikian. "Apakah karena Tuan sudah sembuh, lalu kepribadiannya kembali?" Albert curiga dan merasa agak senang,

  • Misi Memikat Bos Wanita    Bab 24: Mengapa Kau Memilihku?

    Rafael makan seafood dengan gembira. Moodnya membaik setelah makan. Tidak masalah jika bibirnya sangat sakit dan perih luar biasa ketika menyentuh pedas. Pada akhirnya, dia menyantap semua yang disajikan Albert dan mengakhirinya dengan jalan-jalan untuk mencerna makanan. Setelah merasa cukup, Rafael kembali ke kamar untuk mandi dan tidur. Dia tidak berniat begadang meski ada pekerjaan yang harus diselesaikan secepatnya. Dia masih harus mengubah adegan dalam naskah skenario dalam waktu dekat agar para artis bisa mempelajarinya. Rafael pergi ke kamar mandi. Dia mandi, setelah itu melihat diri sendiri di cermin besar kamar mandi. Rafael melihat wajahnya sendiri. Jujur saja, tidak ada perbedaan antara dirinya dan cangkang 'Rafael' ini dari sudut manapun melihatnya. Mereka sama persis seolah-olah dibuat dari cetakan yang serupa. Semakin melihat, Rafael sama sekali tidak bisa memuji wajah sendiri. Terlalu mengerikan ketika memikirkannya. Sampai kemudian, pandangan Rafael jatuh di bekas-b

  • Misi Memikat Bos Wanita    Bab 23: Apakah Anda Butuh Fondasion?

    Rafael terdiam dengan wajah cemberut. "Lepaskan aku." Pada akhirnya, dia takut dengan Khahitna. Seandainya wanita ini bukan Khahitna, dia berani menyebutnya. Namun, ini Khahitna. [Tuan Rumah, jawab saja. Aku merasakan bahaya dari Bos Wanita. Jika kau terus bermain-main, aku takut dia akan menciummu sampai mati] sistem terpaksa harus bertindak karena Tuan Rumah ini sangat tidak bisa diandalkan. "Tidakkah kau pikir dia sangat marah dan semakin membenciku sekarang?" Rafael bicara kepada sistem dalam benaknya. [Tuan Rumah, berapa usiamu sekarang, hah? Apakah kau bayi? Apakah kau tidak pernah menonton film romantis? Kau tidak bisa diandalkan] sistem sangat marah. "Mengapa kau marah? Tahu apa kau? Kau rusak!" Rafael balik memarahinya dan fokus kembali ke wajah Khahitna yang ternyata sangat dekat dengan wajahnya. "Lepaskan aku dulu." Sekali lagi, Rafael meminta dengan sikap merengek. Menggemaskan. Khahitna tidak tahan untuk tersenyum, tetapi tidak melepaskan. "Kau bilang ingin dicium.

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status