"Arahkan dia ke kantorku." Khahitna cepat membuat keputusan, lalu mendongak untuk melihat Arnold yang tinggi 190 sentimeter itu.
"Apakah ada masalah?" Arnold bisa melihat sesuatu yang tidak tepat dalam ekspresi Khahitna seolah-olah ada yang tidak disukainya. "Bukan masalah besar. Mari lanjutkan." Khahitna tersenyum dan kembali mengalihkan topik ke bisnis yang sedang mereka bicarakan. Lupakan soal Rafael. Dia bisa mengurus suami sakit yang membuat kekacauan itu nanti! Rafael dibawa oleh Asisten Merry ke ruang kerja Khahitna yang berada di lantai 20. Asisten bahkan memberikannya kopi panas dengan kue manis berhias stroberi. "Tuan, Anda bisa menunggu. Presiden Khahitna memiliki pertemuan dengan Tuan Arnold saat ini. Kemungkinan, mereka akan selesai pukul dua belas nanti." Wanita 30 tahun yang juga melajang itu menjelaskan dengan mata yang tidak pernah beralih dari wajah Rafael. "Tuhanku, Presiden benar-benar punya mata!" Merry berkata dalam hati dengan penuh pemujaan kepada pria yang duduk di kursi Khahitna dan mulai membalik-balik berkas tanpa keseriusan. "Katakan kepadanya untuk cepat. Suaminya menunggu, oke!" Rafael membuat masalah dan tidak akan melepas Arnold ini jika sampai hidupnya berakhir dengan perceraian. "Tuan, jika Presiden tidak datang, saya akan menemani Anda." Merry tiba-tiba menjadi genit dengan sekumpulan karyawan yang mengintip di balik pintu. "Argh! Itu suami Presiden! Betapa tampannya!" Hati semua orang menjerit. "Aku ingin membawanya ke tempat tidurku!" Yang lain menatap dengan mata panas dan membara. "Betapa mesumnya ...." Yang lain melirik dengan aneh kepada gadis yang tidak terkendali. "Huf, tidak heran Tuan Arnold kalah dalam merebut hati Presiden. Ternyata seseorang memang melampauinya." Karyawan pria yang menghela napas penuh keluhan berkata. Dewa benar-benar menciptakan Rafael dengan sangat baik, ah!! Seperti kata Merry, Khahitna menyelesaikan pertemuannya dengan Arnold tepat jam 12 siang. Waktu istirahat dan makan siang tiba. Seharusnya, karyawan perusahaan pergi ke kantin untuk makan siang. Akan tetapi, mereka bahkan lupa bekerja dan hanya mengintip Rafael di ruang kerja Presiden sampai kepala keamanan turun tangan. Khahitna mendengar ada kekacauan di lantai 10, tetapi masih ada Arnold di sini. "Sekarang waktu makan siang. Bagaimana kalau kita makan di luar? Aku akan mentraktirmu." Arnold menawarkan dengan senyum di wajah rupawannya. "Oh, maaf, Arnold. Aku memiliki sedikit urusan. Aku tidak bisa menemanimu. Lain kali, kita bisa pergi bersama." Itu adalah janji Khahitna dan seharusnya dia memang menerima tawaran makan siang ini. Sayang sekali, kekacauan di bawah terlalu mengganggunya. Apakah dia akan membiarkan Rafael terus membuat kekacauan? Tentu tidak. Ini harus diselesaikan sekarang. "Baiklah. Aku akan makan siang di restoran kantormu. Tidak masalah, kan?" Arnold bermaksud untuk tinggal. "Tidak masalah." Khahitna memberikannya ruang. "Kalau begitu, aku akan meninggalkanmu untuk sementara. Buat dirimu nyaman di tempatku." Wanita anggun itu berpamitan, melambaikan tangan, lalu memasuki lift. Arnold melihat lift pergi dan asistennya berdehem ringan di samping. "Pesan makan siangku. Aku ingin makan di kantornya." Arnold memiliki senyum penuh makna di bibir tipis yang berwarna cerah itu. Asistennya, Ruther, mengangguk, kemudian menghubungi orang rumah Arnold untuk membawakan makan siang ke kantor Khahitna. Omong-omong, Arnold tidak akan makan di kantin. Dia tidak suka berbaur dengan orang lain dan hanya malam sesuatu yang dimasak oleh asisten rumah tangganya sendiri. Betapa ketat orang ini, oke! Khahitna turun dan langsung ke ruang kerjanya yang dipadati para karyawan yang tidak lagi merasakan lapar. Dia awalnya tidak berpikir jika Rafael akan datang. Selama mereka menikah, pria itu tidak pernah tembus di kantornya, bahkan tidak pernah bertanya tentang seluk-beluk pekerjaannya. Jadi, apa ini? Rafael benar-benar di sini? Ketika bos wanita datang, semua orang memberi jalan dan kepala keamanan mengusir mereka pergi. Khahitna sakit kepala, membuka pintu dengan marah, dan mendapati Rafael benar-benar duduk di kursinya, bermalas-malasan, dan mengantuk. Sakit kepala Khahitna bertambah, tetapi segera mereda sebab aroma lemon segar, lembut, manis, dan harum segera mengisi indra penciumannya. Kedamaian aroma ini menyelimuti seluruh ruangan, memeluk Khahitna hingga tanpa sadar dia menjadi tenang. Meski demikian, ekspresinya masih sangat menyeramkan. Dia marah dan bisa meledak kapan saja kepada Rafael. "Apa yang kau lakukan di sini?" Khahitna bertanya dengan suara tanpa emosi yang cukup membuat orang biasa mundur dan tidak mau menghadapinya. Akan tetapi, Rafael bukan orang biasa. Dia keras kepala yang sedang menjalani misi dan tidak peduli dengan sikap Khahitna yang tidak berperasaan. "Untuk bertemu denganmu, tentu saja." Rafael bangkit, tersenyum, dan menghadapi Khahitna. "Bukankah kau sedang sakit? Mengapa kau berkeliaran? Pulanglah. Jangan membuat masalah dan menghabiskan kesabaranku." Khahitna penuh peringatan. "Kau mengusirku? Oh, apa karena ada Arnold di sini dan kau tidak ingin aku berada di kantormu?" Rafael tidak segan-segan membuat masalah. "Rafael ...." Khahitna kehabisan kesabaran dan aroma lemon yang disukainya tidak cukup meredakan emosi itu. "Apakah bosan dengan pernikahan kita? Haruskah aku mengingatkanmu tentang perjanjian di antara kita? Mengapa kau terus membuat masalah?" Khahitna berkata dingin, menatap Rafael dengan tajam juga menantang. "Aku hanya datang untuk melihatmu. Apakah salah? Aku tidak ingin berpisah, tapi aku ingin mengikutimu." Rafael sedikit tertekan, apalagi sistem di kepalanya mengeluarkan tanda merah. [Tuan Rumah, Anda salah langkah. Anda kehilangan sepuluh poin dan membuat nilai Anda minus] sistem memperingatkannya. Bersambung.Khahitna terkejut dengan kemampuan Rafael sekarang. Dulu, pria ini sangat polos dan putih. Hampir-hampir mengira bahwa Rafael adalah bayi yang tidak mengerti apa itu napsu dan seks. Namun, sekarang pandangannya berubah. Agaknya, Rafael tidak semurni dulu lagi. Hanya saja, semakin Rafael tidak murni dan tidak sepolos dulu, semakin dia menyukainya. Rafael akhirnya bisa menjadi lawan mainnya. [Tuan Rumah, poin minus dibersihkan. Selamat! Anda juga mendapatkan 10 poin dari Bos Wanita. Silakan lanjutkan perjuangan Anda] Sistem gembira dan menanti adegan yang lebih panas dari sekadar lidah yang bertemu lidah. Rafael mendengarkan Sistem, mendorong Khahitna untuk mengakhiri ciuman, dan bangun. Dia tersenyum dengan mata mabuk yang sayu. "Aku belum mandi. Aku harus mandi dulu." Tanpa aba-aba, Rafael melarikan diri ke kamar mandi. Khahitna yang terbakar napsu terpana. Dia terengah-engah dan kabut membara di matanya menatap pintu kamar mandi yang tertutup. Dia melihat dirinya lagi yang hampir
"Suka." Rafael menjawab jujur. Di kehidupan awal, dia juga peminum. Pada hari-hari biasa, ketika dirinya tidak membaca, dia akan minum bersama teman-temannya sampai mabuk. Meski jarang, bukan berarti bahwa dia tidak suka alkohol. Dia malah sangat suka, tetapi pekerjaan tidak membuatnya bebas. Rafael bukan pecandu alkohol, hanya sekadar suka dan toleransinya cukup tinggi. "Aku tidak minum ketika bekerja. Jadi, sebelum memulai syuting, aku harus minum." Rafael tertawa dan melihat Alex. "Ada apa?" Dia bertanya kepada kepala keamanan Adiwara itu. "Tidak. Saya pikir, Anda mirip Tuan Besar. Tuan Besar ketika muda juga suka minum sampai sekarang ini. Anda mungkin harus minum dan mabuk bersamanya." Alex menjawab. "Jangan menggodaku, oke." Rafael tertawa mengejek. Jika seseorang menawarkannya minum ketika dia ingin, dia bisa lupa apapun. Alex tidak bicara lagi. Dia hanya perlu menjaga orang ini. Tidak perlu khawatir dengan alkohol. Pukul setengah dua belas, Rafael tiba kembali di rumah.
Rafael tidak tahu kemampuan macam apa yang dimiliki Angel hingga bisa mengganti wajah. Jelasnya, musuh yang bisa melakukan klamufase seperti ini jauh lebih berbahaya. Mereka bisa saja bertemu di satu tempat, saling berhadapan, tetapi dia tidak bisa mengenalinya lagi. Untungnya, mata Angel itu tidak bisa menyembunyikan apapun. Orang bisa mengganti wajah mereka, menjadi apa saja, tetapi tidak dengan mata dan cara menatap. "Aku merasa sangat mengenal Angel dengan baik. Aku bahkan bisa mengenalinya. Sistem, apakah ini disebut cinta dan benci?" Rafael bertanya saat dia berjalan ke dalam ruangan pertemuan. [Bisa dikatakan begitu. Target Anda adalah Bos Wanita, maka musuh Anda adalah Angel. Ini permainan yang sebenarnya. Jadi, Anda tidak bisa terkena serangan musuh dan mendapatkan poin minus. Sebaliknya, Anda harus berusaha mencapai target dan mendapatkan poin. Tuan Rumah, saya rasa Anda sudah paham cara bermain ini] Sistem menjawab dengan emoticon dua jempol untuk Rafael."Maka, aku harus
Mereka, para artis dan kru yang sekarang mengaku belum bertemu, berani mengarang cerita. Siapa yang menunggu Penasihat Rafael selama satu jam di depan studio? Siapa yang sarapan di studio demi pertemuan ini? Siapa yang masih memakai sendal rumah saat tiba? Sutradara Chen akhirnya sadar bahwa power orang tampan itu sangat kuat. "Kalau begitu, kita bertemu sore ini saja. Aku akan mentraktir kalian semua makan malam. Ayo!" Rafael jadi bersemangat karena berpikir dia belum melewatkan apa pun. "Ayo!" Semua orang menjawab gembira. Akhirnya, mereka akan melihat Rafael lagi! Sutradara Chen menepuk jidatnya. Persetan dengan semua orang! Dia sangat lelah! Rafael mengakhiri panggilan video dan menemui Albert di dapur. Dia meminta susu dan buah. Albert cepat membuatkannya. "Tuan, apakah Anda ingin keluar sore ini?" Albert bertanya dengan hati-hati. "Um ...!" Rafael mengangguk saat mengambil anggur hijau di piring. "Aku akan makan malam di luar bersama teman-teman kru dan artis. Tapi ...."
Rafael bangun ketika sore hari dan merasa sakit di beberapa tempat. Dia menyentuh punggung lehernya yang agak kaku. Leher dan kepalanya sedikit tidak nyaman seolah-olah beberapa waktu lalu, dia selesai bertarung dengan seseorang. Dengan kondisinya saat itu, Rafael segera menyadari, tubuhnya ditukar lagi. Jadi, sekarang dia berada di cangkang 'Rafael', tubuh suami Bos Wanita. Rafael merenung sejenak. Tidak nyaman. "Sistem, apakah kau online?" Rafael bertanya dengan nada lesu. Perasaannya terganggu. Dia masih tidak suka perasaan tinggal di tubuh orang lain meski tidak ada perbedaan besar di antara mereka. Sekali beda tetap saja beda. [Saya online, Tuan Rumah. Bagaimana perasaan Anda? Tubuh sudah disesuaikan kembali. Tolong, jaga tubuh ini, Tuan Rumah] Sistem menjawab dengan semangat. "Bagaimana kabar tubuh asliku? Apakah sudah dimakan oleh ulat? Atau ... sudah menjadi kerangka?" Rafael bertanya sedih dan mengingat kematian tragisnya yang tiba-tiba. [Saya berbohong kepada Anda. Tera
"Sudah dibersihkan? Sangat baik." Rafael merenung, tidak gembira atau sedih. Hatinya tiba-tiba mengambang. Entah mengapa, Rafael lebih suka menggunakan tubuh jiwanya sendiri daripada jiwa yang hidup di cangkang orang lain. Dia agak tidak senang karena akan berpisah dari Khahitna. Setelah ini, bukankah Khahitna akan menyentuh tubuh suaminya sendiri? Bukan tubuhnya lagi dan dia merasa sedikit kehilangan. [Tuan Rumah, apakah Anda tidak bahagia karena tubuh akan ditukar kembali? Bukankah Anda tidak suka dilecehkan oleh Bos Wanita] Sistem bertanya dengan ekspresi berseri-seri dan penuh emoticon mata berbinar. "Tidak apa-apa. Gantikan saja sekarang." Rafael menjadi lebih murung lagi. Sistem tertawa kecil. [Tuan Rumah, Anda menyukai Bos Wanita sekarang. Apakah Anda tidak ingin berpisah? Jika Anda tidak ingin berpisah, saya punya kesempatan untuk Anda. Setelah misi selesai, Anda bisa tetap tinggal dan jiwa 'Rafael' akan dilahirkan kembali. Biar bagaimanapun juga, jiwa yang mati adalah mil