Share

Bab 6 : Rencana Pernikahan

“Vince, ayo kita taruhan!” 

Secara berbisik disertai dengan senyuman yang sukar diartikan Qiara menyenggol lengan Vince yang masih terpaku melihat pemandangan yang sedang berlangsung di depan matanya ketika ini. 

“Ok, 5 Juta! Deal?” 

“Deal!” 

“Go Mama, go Papa!” 

Dengan antusias Qiara menyemangati kedua orang tuanya. Bukannya meleraikan aksi saling jambak yang sedang terjadi, bisa-bisanya Qiara dan Vince memasang taruhan. Sungguh pasangan yang begitu serasi.  

Tersadar akan tujuan mereka yang sebenarnya, akhirnya aksi saling beradu tenaga di antara kedua pasutri tersebut berhenti secara mendadak. Dengan nafas yang terengah-engah, disertai rambut yang telah berantakan tau-taunya mereka malah  saling berpelukan setelahnya. 

“Lah, kok sudah ending gitu aja sih tanpa ada pemenangnya? Eh,” 

Qiara langsung menutup mulutnya dengan kedua belah tangannya. Thea, mamanya Qiara beserta Nelly mama kepada Vince tertawa dengan keras melihat ulah Qiara. 

“Perlakuan kamu sama persis kayak mama kamu ketika dia seumuran seperti kamu waktu itu. Suka usil! Bikin gemes tante aja deh kamu,” Dengan nada antusias Nelly memandang Qiara. 

Qiara hanya tersenyum malu-malu mendengar ucapan dari Nelly. Tak bisa membendung rasa penasaran akan hubungan mereka, Qiara langsung membuka mulutnya untuk bertanya kepada mamanya yang terlihat bahagia di samping mamanya Vince. 

“Mama sama papa sudah saling mengenal sama orang tua nya Vince? Kalau iya, kok kalian sempat berantem seperti tadi?” Tanya Qiara dengan berhati-hati. 

“Maafkan mama sama papa ya Sayang sudah membuat kamu dan siapa namanya-?” 

“Vince, Tante!” 

Tak lupa ia menyalami tangan kedua orang tua Qiara sebagai tanda hormat kepada orang yang lebih tua. Vince mengerti cara orang asia berbeza dengan negara barat. Nelly tersenyum bangga melihat perlakuan anaknya. 

“Aduuh, sopan banget kamu Nak Vince! Tante jadi senang deh sama kamu.” 

“Mama, sambungan kisahnya mana sih?” 

“Mama sama Tante Nelly itu udah temenan dari kecil. Bestie banget loh kami berdua. Sering diajar cara bela diri sama kakek kamu. Ya walaupun temenan tapi terkadang kami berdua bisa musuhan juga. Kami berdua juga sering beradu tenaga untuk mencari tahu siapa di antara kami yang paling kuat! Tapi jangan khawatir, malah dengan seperti itu hubungan kami justru menjadi semakin erat!” Jelas Thea dengan panjang lebar. 

“Mama aku benar bisa bela diri tante?” Vince kaget mendengar kenyataan dari mulut Thea. 

“Iya, bisa lah! Mama kamu jago banget loh. Lihat saja tadi tenaga nya juga masih kuat kok. Dulu Tante sama mama kamu sering ikut kakeknya Qiara menyerang clan yang suka membuat rusuh-” 

Dengan segera Nelly menutup mulut Thea yang sedang asyik bercerita. Thea yang ingin marah akan kelakuan Nelly segera meredam amarahnya setelah melihat kode yang diberikan oleh sahabatnya itu yang menginginkan ia menghentikan kisah masa lalu mereka. 

“Clan, clan apa artinya Tante?” 

“Kalau mama sama Tante Nelly memang sudah seperti itu dari kecil. Lalu papa sama papanya Vince kenapa bisa ikut-ikutan beradu tenaga?”

Merasa ada yang aneh dan rasa penasaran yang amat besar membuat Qiara dan Vince melupakan tujuan asal, yaitu tentang pernikahan mereka. Keduanya merasa lebih tertarik untuk mengetahui akan kisah masa lalu tentang kedua orang tua mereka itu seperti apa. 

Thea dan Nelly menjadi salah tingkah setelah diajukan pertanyaan yang beruntun dari anak-anaknya. Alexander papa kepada Qiara yang peka dengan situasi yang mulai memanas lantas merubah suasana dengan menjemput mereka untuk masuk ke dalam rumahnya. 

“Sepertinya kita melupakan sesuatu yang penting untuk kita bahas, soal anak-anak kita yang katanya ingin menikah!” 

“Astaga, hahaha! Aku hampir lupa soal pernikahan mereka. Baiklah, mari kita bahas soal anak-anak kita,” Verill papa kepada Vince lantas memberi kode kepada isterinya untuk meneruskan kata-kata selanjutnya.

“Kedatangan kami kesini awalnya ingin berbincang tentang pernikahan anak-anak kita. Vince mengatakan dia ingin kami melamar Qiara untuk dijadikan istri buat dirinya! Bagaimana Thea, Alex?”

“Aku setuju dan menerima lamaran ini,” ujar Thea dengan antusias. 

“Mama, kan papa belum bilang untuk mau menerima!”

Alexander merasa dirinya sungguh tidak rela untuk berbesan dengan Verill. Ketika ini keduanya saling pandang dengan tatapan penuh sinis. Thea dan Nelly segera berdehem untuk menghentikan aksi dari suami masing-masing.

Belum saatnya untuk mereka membuka semula lembar kenangan pahit yang pernah terjadi karena kesalahpahaman di masa lalu. Manakala Qiara dan Vince sedang gelisah menanti keputusan dari orang tua mereka. 

“Sebelum papa membuat keputusan untuk menerima lamaran ini, papa inginkan kepastian terlebih dahulu dari Qiara dan juga Vince!” Dengan tegas Alex mengatakannya. 

“Qiara, apa benar kamu ingin menikah dengan lelaki ini dan meninggalkan papa? Menikah itu kalau bisa bukan untuk hanya setahun dua lalu setelahnya berpisah. Juga setelah menikah kamu akan memikul tanggung jawab yang lebih besar dari saat ini. Apa kamu sudah berpikir secara matang tentang hal ini?” 

Qiara meneguk air liurnya mendengar pertanyaan dari sang papa yang ketika ini sedang berbicara dengan tegas dan itu menandakan disaat ini papanya sedang serius. Mamanya juga ikut memandang ke arah Qiara. Walaupun dirinya teruja bakal berbesan dengan sahabat sendiri, tapi kebahagian Qiara tetaplah nomor 1 yang akan menjadi keutamaannya. 

“Iya, Pa! Aku sudah berpikir dengan matang hendak menikah bersama Vince. Ketika bersama Vince aku merasakan apa itu arti bahagia. Aku hanya ingin bahagia dengan orang yang aku cinta, Pa! Dan aku tidak mungkin akan meninggalkan papa setelah menikah. Papa tetaplah yang paling utama di dalam hati aku. 

Vince tertegun mendengar kata-kata dari Qiara. Entah mengapa ia merasa Qiara memang tulus ketika mengatakan itu. Thea dan Nelly hampir mengeluarkan air mata ketika mendengar jawaban dari Qiara. Memang ketika sudah menjadi seorang ibu hati seorang wanita mudah merasa sensitif bila itu berkaitan dengan orang yang kita sayangi. 

“Baiklah, sekarang saya akan bertanya kepada kamu Vince! Apa benar kamu mencintai anak Saya dengan tulus? Bila kamu menyakitinya barang sedikit pun saya akan membalas dengan  lebih kejam bila sampai itu terjadi!” 

“Saya tulus mencintai Qiara. Saya akan menerima dengan lapang dada apapun kekurangan dan kelebihan yang ada pada dirinya. Saya berjanji tidak akan pernah menyakiti Qiara. Jika saya sampai menyakiti Qiara saya akan menerima apapun konsekuensi yang akan saya dapatkan di kemudian hari!” Dengan tenang Vince mengatakannya dengan suara yang lantang.

Mereka yang mendengarnya saling pandang dan berpuas hati setelah mendengar jawaban dari kedua pasangan yang katanya saling cinta. Sesungguhnya di dalam hati Qiara benar-benar merasa ingin muntah saat ini juga ketika mendengarkan kata-kata yang penuh dusta yang keluar dari mulut lelaki yang berada di hadapannya ketika ini. 

“Papa terima lamaran ini. Hanya satu pinta papa jangan sia-siakan kepercayaan yang telah papa berikan sama Kalian!” 

“Syukurlah, kedatangan kami tidak berujung sia-sia dengan datang ke sini. Dan aku juga sebenarnya tidak menyangka bakal berbesan sama kamu wahai Sahabatku, Alex!” 

Nelly mencubit pinggang suaminya dan memberi kode agar segera menghentikan kata-kata yang bisa mengundang kembali hal yang tidak pantas terjadi ketika ini. Verill menarik nafasnya dan setelahnya dia tersenyum dengan penuh rasa terpaksa kepada Alexander. Begitu juga sebaliknya, kedua nya terpaksa menahan perasaan mereka di hadapan anak-anaknya. 

“Mama sama mamanya Qiara akan memilih tanggal yang baik untuk pernikahan kalian, iya kan Thea!” 

“Harus dong Nelly. Ayo setelah ini kita cari dan bahas semula tentang tanggal pernikahan anak-anak kita.” 

“Sebelumnya, maafkan saya karena mengganggu kalian sedang berbicara. Hanya saja, Saya ingin mengatakan bahwa kami berdua telah memilih tanggal dan hari pernikahan tepat pada bulan depan.” 

“Iya Mama, Tante Nelly! Kami berdua sudah sepakat ingin mengadakan pernikahan pada bulan hadapan.” 

“APAA!!” 

Qiara dan Vince tetap tenang melihat reaksi kaget dari kedua orang tua mereka. Bagi keduanya lebih cepat pernikahan diadakan, maka cepatlah misi balas dendam mereka bisa terlaksanakan. Mereka sungguh tak berpikir akan perasaan orang tua mereka kalau tahu kebenarannya seperti apa. 

“Kok kalian main pilih tanpa bertanya pendapat kami terlebih dahulu?” Thea mengerutkan dahinya. 

“Ya, kan orang selalu bilang Ma! Jangan tunggu lama-lama, nanti lama-lama dia diambil orang!” 

“Astaga, kok bisa pikiran anak zaman sekarang aneh aneh gini! Pusing mama Qiara! Kamu mau nya nikah, mama bisa terima. Tapi ini dadakan banget loh Sayang!” 

“Please Ma, Tante Nelly! Boleh ya? Kan lebih baik dilakukan dengan segera untuk menghindari berbuat dosa. Qiara mau ngikutin adat seperti orang asia lainnya. Walaupun papa sama keluarga Vince berasal dari negara barat. Nggak salah kan kalau permintaan Qiara mau nya seperti ini.” 

“Ya sudahlah Thea, kita ikutkan saja kemahuan nya anak-anak! Tante sih setuju-setuju saja. Dan mulai sekarang jangan panggil Tante lagi ya. Panggil nya mama aja ya Sayang,” 

“Ok Mama Nelly, makasih ya! Qiara senang banget deh calon mama mertua Qiara orangnya baik dan cantik kayak Mama Nelly!” 

Vince tersenyum melihat kedekatan Qiara sama mamanya. Dia heran mamanya bisa secepat itu suka sama Qiara, padahal mamanya bukan tipe orang yang mudah dekat sama orang yang baru ia kenali. Mungkin karena mamanya dan mama Qiara sudah bersahabat sejak kecil makanya sang mama senang bisa besanan dengan sahabatnya sendiri. 

Tapi kenyataannya Nelly menyukai Qiara dengan tulus bukan karena dia anak sahabatnya. Tidak sama sekali. Dia merasa sefrekuensi dengan Qiara. Bisa dikatakan Nelly menyukai sifat yang ada pada Qiara. Ditambah pula sejak dari dulu dia menginginkan seorang anak perempuan.

Brakk!! 

Sedang asyik ngobrol soal pernikahan, tiba-tiba mereka dikagetkan akan kedatangan tamu yang asal masuk ke tempat ruangan keluarga di tempat mereka berada sekarang. Pembantu yang sudah mencoba menahan tetamu yang tidak diundang itu menunjukkan reaksi takut pada wajahnya setelah melihat reaksi majikannya. 

“Maafkan saya Nyonya, Tuan. Saya sudah mencoba menahan dia untuk kemari tapi dia-” 

“Tidak mengapa bik, bibik pergi aja ya. Nanti biar saya saja yang menangani Dia!” Thea berkata dengan wajah yang datar. 

Setelah melihat tetamu yang tak diundang itu membuat Qiara merasakan dirinya akan meletup saat ini juga. Mukanya kemerahan menandakan dirinya sedang marah besar ketika ini. Vince yang peka dan bisa menebak siapa orang itu memilih beranjak dari sofa dan mencoba menenangkan Qiara. 

“Sayang,” Vince merangkul bahu Qiara.

“Kamu! Sia–,”

Plakk!

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status