"KAK! PELAN-PELAN!!" pekik Reza pada gadis yang ada di depannya, gadis yang tengah mengayuh sepedanya dengan sangat kegilaan. Yaitu Winda.
"Pegangan yang kenceng!" jawab Winda masih terus mengayuh sepeda dengan cepat.
"PEGANGAN AAAPAAAA!!?" jawab Reza emosi juga penuh ketakutan, tangannya masih berpegangan erat pada pucuk sadel/jok yang ia duduki hingga pegal.
Mata Reza mendelik tajam, saat melihat sepedanya yang akan meluncur melewati turunan jalan cor-coran.
"KAK! BERHENTI! MENDING AKU TURUN AJA!" Reza sudah mulai menyerah untuk dibonceng Winda. Namun, Winda menulikan telinganya. Dia tidak mendengarkan teriakan anak laki-laki yang ia bonceng.
Kemudian, sepedanya pun meluncur tajam menuruni jalanan cor-coran itu.
Karena Reza sangat takut terjatuh, ia nekat memeluk tubuh Winda dari belakang kemudian memejamkan matanya.Tidak berani untuk melihat ke depan.Winda pun membiarkan itu."Ya Allah! Ya
Di depan pintu rumah Gunawan, terlihat ada dua orang yang tengah duduk di teras depan di samping tiang rumah yang tinggi dan kokoh, mereka adalah Raizel dan Diva.Diva tersenyum kecil mengingat betapa hangatnya tadi pelukan Raizel, lagi-lagi Raizel berhasil membuat jantungnya dipenuhi oleh cinta.Kedua remaja itu menengadahkan kepalanya ke atas langit, memandangi sinar bulan yang berwarna putih terang dan banyaknya bintang di sekelilingnya."Rai ...," Panggil Diva sambil terus memandangi bulatan bercahaya di atas langit."Hem." jawab Raizel tanpa menoleh ke arah gadis yang duduk tepat di sampingnya, ia tengah memandangi satu persatu bintang yang cahayanya berbeda-beda.Ada yang redup ada pula yang bersinar terang, bahkan ada yang bercahaya merah keorange-orangenan."Sejak kapan lo bisa melihat hal-hal yang nggak bisa orang lain lihat?" tanya Diva tanpa menoleh kearah Raizel.Matanya masih setia pada peman
Di sisi kolam renang tepatnya di atas kursi santai yang panjang.Seorang cowok berambut coklat terlihat sedang memanjakan tubuhnya dengan setengah duduk dan setengah berbaring.Dia hanya memakai celana Boxer pendek dan bertelanjang dada, layaknya seperti di pantai. Ya, dia adalah Egy.Di samping kursinya, tepatnya di samping kakinya terduduk cowok berambut hitam lurus dengan tanda biru kecil di antara kedua alisnya.Kedua kakinya ia celupkan ke dalam air, sambil menyaksikan teman-teman perempuannya sibuk bermain Voli di dalam kolam bagian ujung yang dalamnya hanya 1,5 meter, dengan gembira.Ia hanya terdiam, nampak seperti sedang menimang-nimang sesuatu di dalam pikirannya. Dia adalah Raizel, memakai baju tangan pendek biru laut."Rai, nyemplung gih" ujar Egy yang sedang bersantai di atas kursi panjangMembuatnya tidak fokus berfikir."Nggak lah! Lo aja sana," jawab Raizel."Iya bentar lagi gu
Pada sore hari.Seorang gadis yang terlihat lebih muda dari tiga gadis yang sedang bersender di kepala ranjang, gadis itu berkulit sawo matang dan rambutnya yang selalu ia ikat satu di belakang lehernya. Dia adalah Dijah.Sedang meletakan nampan yang di atasnya ada tiga gelas susu putih."Kak, ini jangan lupa diminum susunya ya," ujar gadis berkulit sawo matang itu, kepada tiga gadis yang ada di atas kasur."Makasih ya." jawab Diva."Iya, Kak. Aku keluar dulu ya," pamit Dijah berlalu pergi ke luar kamar.Ketiga gadis itu hanya tersenyum memandangi Dijah yang ke luar meninggalkan mereka."Gila ... pengalaman yang paling buruk" celetuk Caca memerosotkan tubuhnya yang tadinya bersender di kepala ranjang menjadi tidur di atas kasur, sembari menarik selimut hingga menutupi pundaknya.Mengingat betapa horornya tadi mereka tenggelam secara tiba-tiba, hingga tak sadarkan diri.Diva dan Cindy hanya diam mengangg
Di salah satu ruangan kamar.Tepatnya di atas kasur.Dua gadis terbaring dengan nyaman, tubuhnya terbungkus oleh selimut bulu yang hangat.Hingga, salah satu dari mereka perlahan menggerakan tubuhnya. Dan membuka matanya dengan lesu.Tangan Cindy meraba-raba bagian kasur yang ada di sebelah kanannya. Sepertinya, dia sedang mencari seseorang.Matanya kini sudah terbuka sadar.Ia mulai bangun dan duduk di atas kasur.Cindy melihat ke semua arah di dalam kamar itu, nampak tidak terlihat ada Diva di sana.Cindy mengira, Diva sedang ada di kamar mandi. Jadi dia berniat mencaritahu ke dalamnya, untuk mencari Diva.Sedangkan Caca masih terlelap dengan tenang."Diva ...? Lo di dalem nggak?" seru Cindy pelan, sudah di depan pintu kamar mandi yang masih ada di dalam ruangan kamar tersebut.Tidak ada jawaban yang terdengar.Cindy mulai membuka pintu kamar mandi itu, sep
Caca yang kesal memilih duduk di kursi tempat makan, ia benar-benar tidak paham kenapa semua temannya mengacuhkan dirinya. Termasuk Egy.Padahal, kemarin malam mereka semua baru saja bercanda juga melakukan perang bantal.Caca menyangga dagunya dengan tangan kanannya, yang bertumpu di atas meja.Tangan kirinya memainkan sendok yang baru saja ia ambil dadakan dari sebuah wadah yang tidak jauh ada di depannya.Lalu, Dijah datang membawa buah-buahan di atas mangkok bulat nan lebar."Permisi, Kak. Mau naruh ini" ujar Dijah sopan."Iya, nggak pa-pa. Taro aja," jawab Caca.Kemudian, Dijah meletakan piring berisi buah itu di bagian tengah atas meja.Setelah itu, Dijah pamit untuk kembali ke dapur menyiapkan makanan lainnya.Tampak Egy keluar dari kamarnya.Badannya bersih, wangi dan rapi.Cowok itu baru saja selesai mandi.Sedangkan Caca masih mengenakan piyama tidurnya
Winda segera menyelesaikan menyapu kamarnya untuk menyusul membantu Ayahnya di depan.Lebih tepatnya, untuk bergabung bersama cowok yang ia sukai."Loh! Aden ... Neng, kenapa malah ikut bantuin... Jangan, biarin kita aja. Aden sama Neng, kan tamu di sini kok ikut bantuin" ujar Ningsih menarik perhatian semua pandangan orang di sana, ia baru saja sampai dari pasar, bersama Nita di sampingnya."Nggak pa-pa, Bu" jawab Egy."Iya. Kita akan lebih nggak enak kalo nggak ngebantuin" timpal Cindy."Udah Mas larang, tapi Aden sama Neng tetep mau bantuin" ujar Saleh menjelaskan kepada istrinya."Makasih Den, makasih Neng. Maaf ngrepotin" kata Ningsih sambil berjalan menghampiri mereka."Iya, Bu. Tenang aja," jawab Caca."Nita panggil Winda buat bikinin minuman ke sini" titah Ningsih pada putrinya yang membawa tas belanja."Iya, Bu." pungkasnya."Winda, kata Ibu, tolong buatin minuman buat Kak Egy sama temen
Diva yang tidak tahu, apa yang membuat sang empu menjadi seperti sekarang, terlihat ketakutan, tapi takut apa?Diva hanya bisa memeluk dan mengusap punggung Raizel.Mahluk kiriman Daweh, masih setia berdiri di balik pintu.Menatap dengan marah ke dua insan itu.Karena matanya yang bisa melihat tembus pandang, setebal apapun tembok atau benda yang menghalangi. Dengan gampang, dia bisa melihat subyek di balik benda tersebut dengan jelas.Sama halnya Raizel dan Diva, tanpa mereka sadari.Apa yang mereka lakukan bisa dilihat oleh mahluk itu."Rai!Diva! ... kalian di dalem, kan? Kalian nggak pa-pa?" Terdengar suara yang tak asing lagi, itu adalah suara Egy di balik pintu.Tok ...! Tok ...! Tok ...!Egy mengetuk pintunya dengan pelan."Rai ... Diva ... ini gue sama Vano, kalian nggak pa-pa, kan?" seru Egy sekali lagi.Karena tidak ada jawaban dari dalam.Vano dan Egy terbangun k
Di suatu tempat.Di kediaman Saleh, tepatnya di dalam kamar Winda.Nampak Winda yang sedang menggit jempol kanannya, berharap bahwa Diva akan memberikan nomor yang ia minta.Yaitu nomor Raizel.Dddrrrtttt ...! Ddrrrrt ....Bunyi getaran dari ponselnya membuat berdebar.Secepatnya ia membuka pesan dari Diva, dan membacanya.______Kak Diva08************'Ini kontak Raizel, dia bilang boleh dikasihin kekamu🙂🙂'_____Setelah ia membaca pesan tersebut, Winda berlonjak berguling-guling di atas kasur.Sambil berkata girang."Asiikkk ... Winda bisa chatan sama Kak Raizel"Tidak disadari, perkataannya didengar oleh Nita kakaknya.Saat itu Nita baru saja membuka pintu, namun perkataan Winda terdengar jelas olehnya."Jadi ... kamu suka sama Kak Raizel ya?" ujar Nita menutup pintu, dan berjalan menghampiri Adiknya."Iya, Kak" ungkap Wi