Misteri bedak war*ah dimobil suamiku
Terinspirasi dari kisah nyata"Mama...mama...Dimas ikut ngantar oma ya". Bocah berumur 3 tahun itu menarik-narik dasterku."Iya sayang". Jawabku sambil memasukan keik pisang yang kubuat semalam untuk oleh-oleh ibu pulang ke Kampung.Ibu sudah tiga hari menginap dirumah, rumah yang sudah 4 tahun ini kami tempati bersama mas Wira.Ibu memang begitu katanya suka kangen sama Dimas, setiap satu bulan sekali selalu berkunjung.Terkadang aku merasa bersalah karena mas Wira jarang sekali mengajakku berkunjung kerumah ibuku, padahal jarak tempuh kerumah ibu hanya 2 jam."Ma, Dimas naik mobil duluan ya". Teriaknya dan berlari kearah mobil. Aku tak lagi memperhatikan langkah Dimas."Mamaaaaa...."teriak Dimas sambil menangis."Kenapa sayang". Aku belari tergopoh-gopoh menghampiri Dimas yang telah digendong ibu."Dimas jatuh tadi dari mobil". Kata ibu sambil menenangkan Dimas yang masih menangis."Cup..cup..cup...udah ya. Ayo kita tukar baju dulu, katanya Dimas mau ikut". Bujukku."Iya ma". Dimas menghentikan tangisnya."Dimas tunggu disini dulu ya, mama masukan tas sama kue oma ke mobil"."Iya ma".Aku membuka pintu tengah mobil mas Wira, mobil inventaris dari kantornya, karena kerjaan mas Wira sangat beresiko jika harus keluar kota menggunakan motor.Aku memasukan satu demi satu tas ibu kedalam jok belakang. Namun ketika melihat baw*h jok ada benda asing w*rna biru muda, setelah kuambil ternyata bedak padat merk w**dah."Hemmm....bedak siapakah ini?" Tanyaku dalam hati."Sepertinya ada yang bau bau selingkuh ini".Aku memasukan bedak itu kedalam kantong dasterku."Serahkan tugas ini kepada detektif Kanaya, eh...". Aku tersenyum kecut.Setelah merapikan barang bawaan ibu, aku bergegas mengganti bajuku.Pulang mengantar ibu ke terminal, aku useng menanyakan siapa gerangan yang punya bedak w**dah itu, bedak yang sudah bolong tengahnya."Eh mas ini bedak siapa dibawah jok?" Aku pura-pura begok."Emmm...eh itu bedak Sinta tadi 'kan mas ngantar rombongan kantor jenguk anaknya mas Feri yang baru lahir."Oh...yakin ini bedak mbak Sinta mas?" Tanyaku penuh selidik."Iya bedak Sinta, emang kamu fikir bedak siapa?""Ya mana tau kan yang make mobilnya mas, aku kan gak make bedak itu.""Hemmm... sepertinya ada yang mengkambing hitamkan seseorang ini, kata Mila mas Wira itu deket sama Heni, tapi kok, bahkan Mila curiga kalau mas Wira ada main sama Heni". Perang batinku dalam hati."Kok bengong?" Mas Wira membuyarkan lamunanku."Eh gak mas, kamu hari ini keluar kota lagi?" Tanyaku mengalihkan pembicaraan."Iya nanti habis dzuhur mas berangkat".Sesampainya dirumah mas Wira kangsung istirahat, sedangkan aku menidurkan Dimas dikamarnyaKemudian aku melanjutkan pekerjaanku yang tertunda tadi. Setelah itu aku rebahan disamping mas Wira sambil berselancar didunia maya.Ada beberapa orderan yang harus aku kirim sore nanti, aku menjadi ibu rumah tangga dan disambi jualan baju online."Sekalian belanja enak kali ya? Sebaiknya aku ajak Mila aja sepulang Mila kerja."Mila adalah teman SMA ku dulu, dia ternyata satu kantor sama mas Wira, saat arisan kantor aku bertemu dengannya. Bagus ada Mila, dia bisa jadi mata-mataku.Semenjak Mila kerja dikantor mas Wira, dia sering sekali cerita kalau mas Wira dikator suka kegatelan sama cewek-cewek disana. Aku rasanya tak percaya perkataan Mila, memang mas Wira dekat sama temen-temen ceweknya dikantor, bahkan sebelum kami menikah, namun mereka juga dekat denganku."Mas bangun, udah azan dzuhur tuh, mas shalat terus siap-siap katanya mau berangkat."Mas Wira mengeliat dan bergegas kekamar mandi untuk mengambil wudhu. Dia kemudian ke musolah dekat rumah untuk menunaikan ibadah.Akupun mengambil whudu dan shalat dirumah, karena Dimas lagi tidur, jadi aku tidak ikut ke musolah."Tapi mas Wira itu rajin sholat, rajin mengaji, masa iya sih dia ada main sama perempuan lain dibelakangku?" Lagi-lagi aku menjadi detektif dadakan."Tapi Mila gak mungkin juga dia bohong, kan dia teman baik aku, tapi kalau dia bohong untuk apa?" Dan lagi fikirkan berkecamuk, semenjak penemuan bedak w**dah itu.Setelah selesai sholat dan tak lupa ku langitkan beribu doa untuk keluargaku teruma suamiku dan anakku agar tetap utuh rumah tanggaku.[Mil ntar sore ada acara gak sepulang kerja, kalau gak kita belanaja yuk]Tlung, tak lama balasan dari Mila pun masuk.[Boleh juga, kamu bawa motor sendiri apa mau aku jemput][Aku bawa motor sendiri aja, soalnya aku nanti mau kirim paket dulu, nanti kita ketemu di mall aja][Ok]Tak lama mas Wira pulang dari musolah. Dia langsung menuju meja makan, yang sedari tadi sudah aku sediakan sebelum mas Wira bangun."Mas nanti aku mau antar paket, sekalian mau belanja ya sama Mila.""Iya hati-hati ya, jangan pulang malam-malam"."Siap mas". Sambil mengadahkan tanganku kedepan mas Wira."Eh ini maksudnya apa ya"."Duit...heheh...". Aku nyengir kuda tanpa merasa bersalah."Hemmm...ini ni...". Akhirnya mas Wira mengeluarkan 5 lembar uang merah."Cukup 'kan?""Cukup sangat, makasih mas sayang". Sambil kucium bolak balik pipi kanan kirinya."Kalau ada maunnya aja, habis pipi dicium." Gerutunya."Heheh....""Yaudah mas berangkat dulu ya, hati-hati dirumah ya, kalau ada apa-apa telfon mas, nanti mas meluncur pulang langsung.""Yang bener mas?" Godaku sambil menaikkan kedua alisku."Eh gak deng, jauh.""Yaudah mas hati-hati juga ya", aku mencium punggung tangan mas Wira, mmas Wira membala mencium keningku juga kening Dimas yang masih nyenyak tidur.Sore itu aku siap berangkat antar paket dan belanja.[Nay aku aku gak jadi ikut belanja ya, aku gak enak badan][Oh oke, nanti biar aku mampir kerumah, kamu mau dibawain apa][Gak usah repot-repot deh][Roti bakar mau][Mauuuu][Dasar ini anak, katanya tadi gak usah repot-repot, hemm]Tiba-tiba Mila membatalkan janjinya. Aku yang sudah menunggu di mall tidak jadi melanjutkan aksiku. Aku memilih pergi kerumah Mila untuk melihat keadaannya.Setelah selesai memesan roti bakar kesukaan Mila aku langsung meluncur kerumahnya.Sesampainya dirumah Mila aku sangat terkuejut melihat wajah Mila yang merah-merah bentol-bentol, bahkan bibirnya udah dower. Rasanya aku ingin tertawa tapi eh."Kamu kenapa kok muka kamu gitu"."Iya nih kok tiba-tiba gini, tadi aku pas mau pulang kan bedak aku ilang aku poles lagi pake bedak, pas dijalan aku lihat spion udah gini, makanya aku langsung pulang".Eh kok Mila yang gatal-gatal, kan bedak itu katanya punya Mbak Sinta, sebelum aku balikan kebawah jok aku sudah menaburkan bubuk gatal kedalam bedak itu, aku ingin membuktikan siapa sebenarnya perempuan yang dekat dengan mas Wira, atau jangan-jangan....***Aku yang masih mikir keras tau-tau Mila mengambil roti bakar yang aku tenteng tadi. Gadis itu sibuk mencomot satu potong roti bakar dan memasukan kemulutnya"Ih kok bengong, sini ayo makan, ntar aku habisin lho.""Eh ini, aku jadi lupa.""Kamu udah ke klinik?""Udah tadi beli obat, udah aku olesi juga.""Apa katanya?" Tanyaku penasaran."Katanya alergi.""Oh....". Aku manggut-manggut, tanda aku kebingungan, udah kayak ayam jago lagi berkokok. Alergia apa dia? Selama berteman dengannya belum pernah aku mendengar sekalipun Mila alergi.7"Kamu gak cocok sama bedaknya kali, atau kamu tadi pake temen kantor?""Gaklah aku pake bedak itu terus kok. Dan aku yakin banget kalau itu bedakku, gak ketuker atau semacamnya, ini na bedaknya, coba cobain!" Mila menyodorkan bedak wa*dah itu kearahku.Kubalik bedak itu dan kuamati bagian belakang nya, fix ini bedak yang tadi aku temuin dimobil mas Wira. Karna dibawah bedak aku juga sengaja tandain pake spidol hanya setitik."Tapi kok mas Wira sempat-se
Matahari sudah meninggi, aku sudah selesai menyiapkan sarapan, sedangkan mas Wira menemani Dimas bermain dihalaman depan.Hari sabtu mas Wira tidak bekerja, hanya menyerahkan laporan hasil penjualan dari luar kota."Mas sarapan sudah siap, ajak sekalian Dimas masuk". Panggilku dari dalam rumah, bapak dan anak itu berhamburan masuk kedalam.Pagi ini aku membuat sambal ikan asap, tumis kangkung dan perkedel jagung."Hemmm...enaknya." Mas Wira tak tahan ingin segera makan, mas Wira mendudukan Dimas disebelahku, sementara dia duduk diseberangku.Mas Wira sangat lahap sekali menyantap makanan yang aku masak."Mas wajah Mila kemarin kena alergi kayaknya, mukanya merah-merah, jadi kami gak jadi shopping.""Iya mas tadi antar dia ke dokter." Dengan santainya mas Wira terus mengunyah makanan yang ada dimulutnya."Hah... ngantar ke dokter." Mataku melotot seketika. Namun mas Wira nampaknya belum sadar apa yang dia bicarakan."Eh bukan anu..maksudnya tadi Mila udah minta tolong sama teman-tema
Hari ini mas Wira full seharian mengajak mama dan Gina jalan-jalan, dari BIM (Bengkulu Indah Mall), Pantai Panjang dan sorenya mandi di pantai Zakat.Kami tinggal di kota Bengkulu sedangkan mama dan Gina di Sumatra Selatan. Di Bengkulu banyak sekali wisata pantai, karena memang sepanjang dari utara ke selatan langsung berbatasan dengan samudra Hindia.Setelah puas mandi pantai, kami makan dipusat kuliner yang ada di Jl. Kz Abidin, disana banyak sekali menjajakan makanan, dari nasi goreng, nasi Padang, gorengan, bandrek dan lain-lain. Mama dan mas Wira memesan nasi Padang, sedangkan aku dan Gina memesan mie tumis.Setelah megisi perut aku ajak mama beli oleh-oleh khas Bengkulu, aku belikan 5 kotak manisan terong, 1 kg lempuk durian dan sirup kalamansi. Karena esok pagi-pagi sekali mama dan Gina sudah harus pulang ke Sumatra Selatan, jadi beli oleh-olehnya diselesaikan malam ini juga.Lempuk durian itu dodol yang terbuat dari durian asli, tanpa campuran jadi rasanya sangat legit. Pusat
Aku terus mengikuti pergerakan mobil mas Wira, mau kemana sebenarnya dia. Katanya tadi mau beli rok*ok.Tiba-tiba gerimis turun lumayan deras, aku agak kesulitan mengawasi kemana arah mas Wira melaju. Na'as pas dilampu merah aku terjebak. Ketika mobil mas Wira berhasil melalui lampu hijau, pas giliraku, aku kalah cepat dan kehilangan jejak kemana perginya mas Wira."Sial." Gerutuku kesal. Pasti aku diomeli netizen karena gak dilabrak pas mas Wira menaikkan perempuan tadi.Aku cuma tidak ingin aku yang kemakansalah paham, makanya aku akan ikuti kemana mas Wira pergi. Aku putar balik, takut nanti mas Wira sampai aku belum dirumah. Bisa gawat.Hujan turun agak deras, baju yang kukenakan sudah basah karena aku lupakan membawa mantel. Seluruh tubuhku basah kuyup. Sesampainya dirumah, aku langsung diberondong banyak pertanyaan dari mbak Gita."Gimana Nay, Wira pergi kemana?" Tanya mbak Gita khawatir, ntah khawatir atau kepo. Tapi mbak Gita orangnya baik, gak mungkin hanya sekedar kepo bela
Part 6Seharian aku tidak konsentrasi dengan pekerjaan rumahku, dikit-dikit aku baper dengan sikap mas Wira tadi. Aku berfikir untuk menyadap Wa mas Wira. Apa apa gak terlalu berlebihan ya. Nanti coba aku minta pendapat mbak Gita dulu deh.Sesudah memandikan Dimas aku berencana mau antar paket, sore nanti ada acara arisan ibu-ibu RT dirumah bu Julia. Sekalian nanti mampir kerumah mbak Gita.Sambil nunggu waktu arisan aku selonjoran sambil upload foto jualan. Aku scroll beranda aplikasi berlogo F itu. Ada status yang menyita perhatianku.[Pagi-pagi udah ada malaikat bawain nasi uduk]Mana ada malaikat bawa nasi uduk, aneh ini orang.Aku kepo donk siapa pemilik akun, nama akun tersebut "myla chayang wr"Eh kok namanya kayak gak asing gitu. Jiwa kepoku meronta-ronta. Banyak status bucin disana.[Makasih sayang udah anterin ke klinik]Lho lho lho ini kayak akun Mila, apa dia punya pacar. Kok statusnya bucin gitu.Eh sebentar bukannya dia kemaren dianterin mas Wira. Tapi itu status beber
Baju kemeja warna abu-abu polos melekat dibubuh kekar suamiku. Baju yang kemren Mila pilih-pilih ketika belanja denganku. Otakku benar-benar sakit harus memikirkan hal ini. Mas wira makin mendekat, aroma parfum laundry semerbak menggelitik hidungku. "Sayang, mas kangen". Seraya memelukku dan mendaratkan ciuman manis dikeningku. Dan beralih mencium Dimas."Baju baru mas? Tumbeh beli baju sendiri, biasanya nyeret-nyeret istri dulu kalau mau beli baju". Cecarku penuh rasa penasaran.Begitulah mas Wira tidak pernah mau beli baju sendiri, pasti dia akan mengajakku ketika dia suka baju yang dia lihat. Walaupun dia lihat itu ketika dia sendiri, tapi tidak langsung dia beli. Ntah besoknya dia mengajakku untuk membeli baju itu. Aneh bukan?"Eh ini kemarin mas lupa taroh laundryan, alhasih baju mas habis, kebetulan bener temen mas yang baru belajar jualan bawa sampel nya kekosan mas kemaren, jadi mas beli". Mas Wira menjelaskan namun tak mampu memandang mataku, dia berbicara sambil menggoda D
Aku tak bisa diam saja memunggu kabar mas Wira, aku harus ke apotek membeli obat untuk Dimas, kulihat Dimas dikamar sudah tertidur, aku berlari kerumah mbak Gita untuk minta tolong jaga Dimas."Mbak, assalamualaikum." Panggilku, ketika sudah berdiri didepan pintu rumah mbak Gita."Walaikumsalam, ada apa Nay?""Mbak tolong jagain Dimas sebentar ya, dia demam, sedangkan obatnya habis, aku mau ke apotek dulu.""Lho, Dimas demam? Kapan mulai demam Nay?""Tadi pagi mbak, yaudah aku ke apotek dulu ya mbak, nitip Dimas sebentar.""Iya Nay."Tanpa fikir panjang aku langsung melajukan motorku ke ATM terdekat, karena aku sama sekali tidak memegang uang barang sepeserpun, nasib baik, isi bensin dalam motor masih full.Sesampainya di ATM, ada beberpa orang yang tengah mengantre. Sambil menunggu, kau terus mencoba menghubungi mas Wira, namun tetap tak diangkat. Sampai pada giliranku masuk ke bilik ber Ac itu. Kumasukan selembar kartu kedalam mesin, setelah menekan beberapa nomor pin, aku langsung
Aku mondar-mandir menunggu kabar dari lab, mbak Gita terus menguatkanku, Setelah 30 menit berlalu hasil lab akhirnya keluar. Dan benar Dimas terkana DBD. Namun belum cukup parah, karena langsung dibawa ke rumah sakit, jadi bisa langsung ditangani.Setelah Dimas masuk ruang rawat inap Bu Julia izin pamit pulang dan diantar mas Sigit sekalian mengembalikan mobil. Sedangkan mbak Gita tetap menemaniku di rumah sakit."Nay kamu gak ngasih tau Wira kalian disini?"."Gak mbak, biar mas Wira cari tahu sendiri".Aku sengaja mematikan handphone agar aku bisa fokus mengurus Dimas dan melupakan kekesalanku pada mas Wira. Mas Wira benar-benar keterlaluan, sama sekali dia tak menghiraukan anaknya yang tengah sakit."Mbak kalau mbak mau pulang dulu gak apa-apa, mas Sigit pasti belum makan dari tadi mbak, mbak urus dulu mas Sigit".""Kamu gak apa-apa sendirian Nay?" Mbak Gita tampak khawatir. Dia tau aku sedang tidak baik-baik saja."Gak apa-apa mbak"."Yaudah kalau gitu mbak pulang dulu ya, sesuda