Share

Misteri Bedak Wa*dah di Mobil Suamiku
Misteri Bedak Wa*dah di Mobil Suamiku
Penulis: Ayaa Humaira

Bab 1

Misteri bedak war*ah dimobil suamiku

Terinspirasi dari kisah nyata

"Mama...mama...Dimas ikut ngantar oma ya". Bocah berumur 3 tahun itu menarik-narik dasterku.

"Iya sayang". Jawabku sambil memasukan keik pisang yang kubuat semalam untuk oleh-oleh ibu pulang ke Kampung.

Ibu sudah tiga hari menginap dirumah, rumah yang sudah 4 tahun ini kami tempati bersama mas Wira.

Ibu memang begitu katanya suka kangen sama Dimas, setiap satu bulan sekali selalu berkunjung.

Terkadang aku merasa bersalah karena mas Wira jarang sekali mengajakku berkunjung kerumah ibuku, padahal jarak tempuh kerumah ibu hanya 2 jam.

"Ma, Dimas naik mobil duluan ya". Teriaknya dan berlari kearah mobil. Aku tak lagi memperhatikan langkah Dimas.

"Mamaaaaa...."teriak Dimas sambil menangis.

"Kenapa sayang". Aku belari tergopoh-gopoh menghampiri Dimas yang telah digendong ibu.

"Dimas jatuh tadi dari mobil". Kata ibu sambil menenangkan Dimas yang masih menangis.

"Cup..cup..cup...udah ya. Ayo kita tukar baju dulu, katanya Dimas mau ikut". Bujukku.

"Iya ma". Dimas menghentikan tangisnya.

"Dimas tunggu disini dulu ya, mama masukan tas sama kue oma ke mobil".

"Iya ma".

Aku membuka pintu tengah mobil mas Wira, mobil inventaris dari kantornya, karena kerjaan mas Wira sangat beresiko jika harus keluar kota menggunakan motor.

Aku memasukan satu demi satu tas ibu kedalam jok belakang. Namun ketika melihat baw*h jok ada benda asing w*rna biru muda, setelah kuambil ternyata bedak padat merk w**dah.

"Hemmm....bedak siapakah ini?" Tanyaku dalam hati.

"Sepertinya ada yang bau bau selingkuh ini".

Aku memasukan bedak itu kedalam kantong dasterku.

"Serahkan tugas ini kepada detektif Kanaya, eh...". Aku tersenyum kecut.

Setelah merapikan barang bawaan ibu, aku bergegas mengganti bajuku.

Pulang mengantar ibu ke terminal, aku useng menanyakan siapa gerangan yang punya bedak w**dah itu, bedak yang sudah bolong tengahnya.

"Eh mas ini bedak siapa dibawah jok?" Aku pura-pura begok.

"Emmm...eh itu bedak Sinta tadi 'kan mas ngantar rombongan kantor jenguk anaknya mas Feri yang baru lahir.

"Oh...yakin ini bedak mbak Sinta mas?" Tanyaku penuh selidik.

"Iya bedak Sinta, emang kamu fikir bedak siapa?"

"Ya mana tau kan yang make mobilnya mas, aku kan gak make bedak itu."

"Hemmm... sepertinya ada yang mengkambing hitamkan seseorang ini, kata Mila mas Wira itu deket sama Heni, tapi kok, bahkan Mila curiga kalau mas Wira ada main sama Heni". Perang batinku dalam hati.

"Kok bengong?" Mas Wira membuyarkan lamunanku.

"Eh gak mas, kamu hari ini keluar kota lagi?" Tanyaku mengalihkan pembicaraan.

"Iya nanti habis dzuhur mas berangkat".

Sesampainya dirumah mas Wira kangsung istirahat, sedangkan aku menidurkan Dimas dikamarnya

Kemudian aku melanjutkan pekerjaanku yang tertunda tadi. Setelah itu aku rebahan disamping mas Wira sambil berselancar didunia maya.

Ada beberapa orderan yang harus aku kirim sore nanti, aku menjadi ibu rumah tangga dan disambi jualan baju online.

"Sekalian belanja enak kali ya? Sebaiknya aku ajak Mila aja sepulang Mila kerja."

Mila adalah teman SMA ku dulu, dia ternyata satu kantor sama mas Wira, saat arisan kantor aku bertemu dengannya. Bagus ada Mila, dia bisa jadi mata-mataku.

Semenjak Mila kerja dikantor mas Wira, dia sering sekali cerita kalau mas Wira dikator suka kegatelan sama cewek-cewek disana. Aku rasanya tak percaya perkataan Mila, memang mas Wira dekat sama temen-temen ceweknya dikantor, bahkan sebelum kami menikah, namun mereka juga dekat denganku.

"Mas bangun, udah azan dzuhur tuh, mas shalat terus siap-siap katanya mau berangkat."

Mas Wira mengeliat dan bergegas kekamar mandi untuk mengambil wudhu. Dia kemudian ke musolah dekat rumah untuk menunaikan ibadah.

Akupun mengambil whudu dan shalat dirumah, karena Dimas lagi tidur, jadi aku tidak ikut ke musolah.

"Tapi mas Wira itu rajin sholat, rajin mengaji, masa iya sih dia ada main sama perempuan lain dibelakangku?" Lagi-lagi aku menjadi detektif dadakan.

"Tapi Mila gak mungkin juga dia bohong, kan dia teman baik aku, tapi kalau dia bohong untuk apa?" Dan lagi fikirkan berkecamuk, semenjak penemuan bedak w**dah itu.

Setelah selesai sholat dan tak lupa ku langitkan beribu doa untuk keluargaku teruma suamiku dan anakku agar tetap utuh rumah tanggaku.

[Mil ntar sore ada acara gak sepulang kerja, kalau gak kita belanaja yuk]

Tlung, tak lama balasan dari Mila pun masuk.

[Boleh juga, kamu bawa motor sendiri apa mau aku jemput]

[Aku bawa motor sendiri aja, soalnya aku nanti mau kirim paket dulu, nanti kita ketemu di mall aja]

[Ok]

Tak lama mas Wira pulang dari musolah. Dia langsung menuju meja makan, yang sedari tadi sudah aku sediakan sebelum mas Wira bangun.

"Mas nanti aku mau antar paket, sekalian mau belanja ya sama Mila."

"Iya hati-hati ya, jangan pulang malam-malam".

"Siap mas". Sambil mengadahkan tanganku kedepan mas Wira.

"Eh ini maksudnya apa ya".

"Duit...heheh...". Aku nyengir kuda tanpa merasa bersalah.

"Hemmm...ini ni...". Akhirnya mas Wira mengeluarkan 5 lembar uang merah.

"Cukup 'kan?"

"Cukup sangat, makasih mas sayang". Sambil kucium bolak balik pipi kanan kirinya.

"Kalau ada maunnya aja, habis pipi dicium." Gerutunya.

"Heheh...."

"Yaudah mas berangkat dulu ya, hati-hati dirumah ya, kalau ada apa-apa telfon mas, nanti mas meluncur pulang langsung."

"Yang bener mas?" Godaku sambil menaikkan kedua alisku.

"Eh gak deng, jauh."

"Yaudah mas hati-hati juga ya", aku mencium punggung tangan mas Wira, mmas Wira membala mencium keningku juga kening Dimas yang masih nyenyak tidur.

Sore itu aku siap berangkat antar paket dan belanja.

[Nay aku aku gak jadi ikut belanja ya, aku gak enak badan]

[Oh oke, nanti biar aku mampir kerumah, kamu mau dibawain apa]

[Gak usah repot-repot deh]

[Roti bakar mau]

[Mauuuu]

[Dasar ini anak, katanya tadi gak usah repot-repot, hemm]

Tiba-tiba Mila membatalkan janjinya. Aku yang sudah menunggu di mall tidak jadi melanjutkan aksiku. Aku memilih pergi kerumah Mila untuk melihat keadaannya.

Setelah selesai memesan roti bakar kesukaan Mila aku langsung meluncur kerumahnya.

Sesampainya dirumah Mila aku sangat terkuejut melihat wajah Mila yang merah-merah bentol-bentol, bahkan bibirnya udah dower. Rasanya aku ingin tertawa tapi eh.

"Kamu kenapa kok muka kamu gitu".

"Iya nih kok tiba-tiba gini, tadi aku pas mau pulang kan bedak aku ilang aku poles lagi pake bedak, pas dijalan aku lihat spion udah gini, makanya aku langsung pulang".

Eh kok Mila yang gatal-gatal, kan bedak itu katanya punya Mbak Sinta, sebelum aku balikan kebawah jok aku sudah menaburkan bubuk gatal kedalam bedak itu, aku ingin membuktikan siapa sebenarnya perempuan yang dekat dengan mas Wira, atau jangan-jangan....

***

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status