Kanaya dibuat pusing dengan penemuan bedak dimobil suaminya. pasalnya selain dia tida pakai bedak itu, kanaya juga yakin suaminya tidak akan berkhianat, karena Kanaya yakin suaminya setia. jadi siapakan pemilik bedak tersebut, dan mampukah Kanaya memecahkan kasus yang tengah dihadapi? subscribe ya kka dan lupa rate 🌟 limanya
view moreMisteri bedak war*ah dimobil suamiku
Terinspirasi dari kisah nyata"Mama...mama...Dimas ikut ngantar oma ya". Bocah berumur 3 tahun itu menarik-narik dasterku."Iya sayang". Jawabku sambil memasukan keik pisang yang kubuat semalam untuk oleh-oleh ibu pulang ke Kampung.Ibu sudah tiga hari menginap dirumah, rumah yang sudah 4 tahun ini kami tempati bersama mas Wira.Ibu memang begitu katanya suka kangen sama Dimas, setiap satu bulan sekali selalu berkunjung.Terkadang aku merasa bersalah karena mas Wira jarang sekali mengajakku berkunjung kerumah ibuku, padahal jarak tempuh kerumah ibu hanya 2 jam."Ma, Dimas naik mobil duluan ya". Teriaknya dan berlari kearah mobil. Aku tak lagi memperhatikan langkah Dimas."Mamaaaaa...."teriak Dimas sambil menangis."Kenapa sayang". Aku belari tergopoh-gopoh menghampiri Dimas yang telah digendong ibu."Dimas jatuh tadi dari mobil". Kata ibu sambil menenangkan Dimas yang masih menangis."Cup..cup..cup...udah ya. Ayo kita tukar baju dulu, katanya Dimas mau ikut". Bujukku."Iya ma". Dimas menghentikan tangisnya."Dimas tunggu disini dulu ya, mama masukan tas sama kue oma ke mobil"."Iya ma".Aku membuka pintu tengah mobil mas Wira, mobil inventaris dari kantornya, karena kerjaan mas Wira sangat beresiko jika harus keluar kota menggunakan motor.Aku memasukan satu demi satu tas ibu kedalam jok belakang. Namun ketika melihat baw*h jok ada benda asing w*rna biru muda, setelah kuambil ternyata bedak padat merk w**dah."Hemmm....bedak siapakah ini?" Tanyaku dalam hati."Sepertinya ada yang bau bau selingkuh ini".Aku memasukan bedak itu kedalam kantong dasterku."Serahkan tugas ini kepada detektif Kanaya, eh...". Aku tersenyum kecut.Setelah merapikan barang bawaan ibu, aku bergegas mengganti bajuku.Pulang mengantar ibu ke terminal, aku useng menanyakan siapa gerangan yang punya bedak w**dah itu, bedak yang sudah bolong tengahnya."Eh mas ini bedak siapa dibawah jok?" Aku pura-pura begok."Emmm...eh itu bedak Sinta tadi 'kan mas ngantar rombongan kantor jenguk anaknya mas Feri yang baru lahir."Oh...yakin ini bedak mbak Sinta mas?" Tanyaku penuh selidik."Iya bedak Sinta, emang kamu fikir bedak siapa?""Ya mana tau kan yang make mobilnya mas, aku kan gak make bedak itu.""Hemmm... sepertinya ada yang mengkambing hitamkan seseorang ini, kata Mila mas Wira itu deket sama Heni, tapi kok, bahkan Mila curiga kalau mas Wira ada main sama Heni". Perang batinku dalam hati."Kok bengong?" Mas Wira membuyarkan lamunanku."Eh gak mas, kamu hari ini keluar kota lagi?" Tanyaku mengalihkan pembicaraan."Iya nanti habis dzuhur mas berangkat".Sesampainya dirumah mas Wira kangsung istirahat, sedangkan aku menidurkan Dimas dikamarnyaKemudian aku melanjutkan pekerjaanku yang tertunda tadi. Setelah itu aku rebahan disamping mas Wira sambil berselancar didunia maya.Ada beberapa orderan yang harus aku kirim sore nanti, aku menjadi ibu rumah tangga dan disambi jualan baju online."Sekalian belanja enak kali ya? Sebaiknya aku ajak Mila aja sepulang Mila kerja."Mila adalah teman SMA ku dulu, dia ternyata satu kantor sama mas Wira, saat arisan kantor aku bertemu dengannya. Bagus ada Mila, dia bisa jadi mata-mataku.Semenjak Mila kerja dikantor mas Wira, dia sering sekali cerita kalau mas Wira dikator suka kegatelan sama cewek-cewek disana. Aku rasanya tak percaya perkataan Mila, memang mas Wira dekat sama temen-temen ceweknya dikantor, bahkan sebelum kami menikah, namun mereka juga dekat denganku."Mas bangun, udah azan dzuhur tuh, mas shalat terus siap-siap katanya mau berangkat."Mas Wira mengeliat dan bergegas kekamar mandi untuk mengambil wudhu. Dia kemudian ke musolah dekat rumah untuk menunaikan ibadah.Akupun mengambil whudu dan shalat dirumah, karena Dimas lagi tidur, jadi aku tidak ikut ke musolah."Tapi mas Wira itu rajin sholat, rajin mengaji, masa iya sih dia ada main sama perempuan lain dibelakangku?" Lagi-lagi aku menjadi detektif dadakan."Tapi Mila gak mungkin juga dia bohong, kan dia teman baik aku, tapi kalau dia bohong untuk apa?" Dan lagi fikirkan berkecamuk, semenjak penemuan bedak w**dah itu.Setelah selesai sholat dan tak lupa ku langitkan beribu doa untuk keluargaku teruma suamiku dan anakku agar tetap utuh rumah tanggaku.[Mil ntar sore ada acara gak sepulang kerja, kalau gak kita belanaja yuk]Tlung, tak lama balasan dari Mila pun masuk.[Boleh juga, kamu bawa motor sendiri apa mau aku jemput][Aku bawa motor sendiri aja, soalnya aku nanti mau kirim paket dulu, nanti kita ketemu di mall aja][Ok]Tak lama mas Wira pulang dari musolah. Dia langsung menuju meja makan, yang sedari tadi sudah aku sediakan sebelum mas Wira bangun."Mas nanti aku mau antar paket, sekalian mau belanja ya sama Mila.""Iya hati-hati ya, jangan pulang malam-malam"."Siap mas". Sambil mengadahkan tanganku kedepan mas Wira."Eh ini maksudnya apa ya"."Duit...heheh...". Aku nyengir kuda tanpa merasa bersalah."Hemmm...ini ni...". Akhirnya mas Wira mengeluarkan 5 lembar uang merah."Cukup 'kan?""Cukup sangat, makasih mas sayang". Sambil kucium bolak balik pipi kanan kirinya."Kalau ada maunnya aja, habis pipi dicium." Gerutunya."Heheh....""Yaudah mas berangkat dulu ya, hati-hati dirumah ya, kalau ada apa-apa telfon mas, nanti mas meluncur pulang langsung.""Yang bener mas?" Godaku sambil menaikkan kedua alisku."Eh gak deng, jauh.""Yaudah mas hati-hati juga ya", aku mencium punggung tangan mas Wira, mmas Wira membala mencium keningku juga kening Dimas yang masih nyenyak tidur.Sore itu aku siap berangkat antar paket dan belanja.[Nay aku aku gak jadi ikut belanja ya, aku gak enak badan][Oh oke, nanti biar aku mampir kerumah, kamu mau dibawain apa][Gak usah repot-repot deh][Roti bakar mau][Mauuuu][Dasar ini anak, katanya tadi gak usah repot-repot, hemm]Tiba-tiba Mila membatalkan janjinya. Aku yang sudah menunggu di mall tidak jadi melanjutkan aksiku. Aku memilih pergi kerumah Mila untuk melihat keadaannya.Setelah selesai memesan roti bakar kesukaan Mila aku langsung meluncur kerumahnya.Sesampainya dirumah Mila aku sangat terkuejut melihat wajah Mila yang merah-merah bentol-bentol, bahkan bibirnya udah dower. Rasanya aku ingin tertawa tapi eh."Kamu kenapa kok muka kamu gitu"."Iya nih kok tiba-tiba gini, tadi aku pas mau pulang kan bedak aku ilang aku poles lagi pake bedak, pas dijalan aku lihat spion udah gini, makanya aku langsung pulang".Eh kok Mila yang gatal-gatal, kan bedak itu katanya punya Mbak Sinta, sebelum aku balikan kebawah jok aku sudah menaburkan bubuk gatal kedalam bedak itu, aku ingin membuktikan siapa sebenarnya perempuan yang dekat dengan mas Wira, atau jangan-jangan....***Beberapa bulan kemudian, setelah kegagalan Maya ber-taaruf dengan Kahfi, pemuda itu di kembalikan ke Palembang, ke tempat asalnya. Kiayi Abdurrahman sangat syok dan kecewa dengan perilaku Kahfi. Beliau tak menyangka jika anak asuhnya mempunyai prilaku seperti itu.Hatiku merasa lega, karena Lia akhirnya angakat suara tentang latar belakang Kahfi yang sebenarnya. Hampir saja Maya tertajuh ke dalam Pelukan laki-laki berprilaku menyimpang itu. Tidak bisa dibayangkan jika Lia sebagai mantan istirnya dulu tidak oernah menceritakan kisah kelamnya, sudah oasti Maya akan menjadi korban ke dua.Siang itu aku akan melakukan check di laboratorium mengenai penyakitku. Menurut dokter, pengobatan yang aku lakukan selama ini menunjukkan perkembangan yang begitu besar. Dan kemungkinan sel kanker itu sudah tidak ada di dalam tubuhku.Dengan harinyang sedikit cemas, aku mwnunggu Yuda mengantre untuk memgambil hasil cek laboratorium, setelah setengah jam memunggu, Yuda berlari tergopoh-gopoh mendekatik
Maya tak menghiraukan keberakan ustadz Kahfi disana. Gadis itu masih begitu saja menuju ruang tengah bersama Gina dan juga Dimas. Sementara Wira ikut duduk dengan Abdul Gani di ruang tamu.Harni tak melepaskan Dimas sedikitpun hingga mereka sampai di ruang tengah."Kangen beratkah, Oma?" ledek Dimas, laki-laki kecil itu mencium pipi omamya yang sudah mulai mengeriput."Tentu saja, anak baik." Harni menjawil hidung bangir milik Dimas."Sama aku gak rindukah?" Maya merajuk, bibirnya dimajukannya cukup panjang."Dikit," kata hari sambi membuat gerakan pada telunjuk dan jempolnya."Ih, ibu." Maya makin merajuk."MasyaaAllah, ada Gina." Harni baru sadar jika da sepasang mata yang memperhatikannya."Hehehe ... Ibu sehat?" ucao Gina kemudian."Alhamdulillah. Sini duduk dulu. Ibu buatkan teh hangat dulu ya."Harni bergegas ke belakang untuk membuatkan tamunya minuman hangat. Gina dan Maya mengekor wanita setengah baya itu. Sementara Dimas sudah sibuk dengan Cimoi--kucing kesayangan Kanaya."B
"Nay, Yuda ...." Wira menjeda ucapannya, dia mengatur nafas berkali-kali."Wira ada apa?" Yuda mengambil alih kamera."Tadi di toko bakery, kami ketemu dengan Anisa. Dia mengatakan hal buruk tentg Kanaya, yang membuat Dimas ketakutan.""Astaghfirullah," Kanaya membekap mulutnya."Terus gimana Wir?" Sambung Yuda tak kalah khawatir."Tadi Dimas sedikit ketakutan, tapi sekarang sudah ceria lagi." "Wir, tolong kalau Dimas audah di pesantren, sering-sering kamu jenguk ya." Ada rasa nyeri dalam hari Wira ketika mendengar perhatian Yuda yang begitu dalam terhadap Dimas, seandainya Lely pun begitu terhadap Dimas, mungkin Dimas tidak akan ketakutan seperti tadi, ketika bertemu dengan Lely."Sudah pasti, "ucap Wira."Anisa dan ibunya itu bisa dikatakan berhabaya Wir, beberapa kali Anisa mengirimkan oesan untuk Kanaya yang berisi ancaman.""Sampai separah itu?" Wira menanggapi."Aku tak tahu pasti bagaimana mereka, tapi dari cara ibunya Anisa membujuk ibuku agar aku bisa menikah dengan Anisa,
Dimas semakin dakam bersembunyi dibalik tubuh Gina yang tinggi. Sementara Wira membawa istrinya masuk kedalam kamar. Laki-laki yang selalu rapi itu tak habis pikir dengan tikah istrinya yang keterlaluan."Kamu bisa gak, jangan ngomong kasar begitu. Dari awal sebelum kita menikah, aku sudah kasih tahu kamu status aku. Aku punya anak, dan kamu setuju untuk mengganggap Dimas sebagai anak kamu sendiri, tapi kenapa sekarang begini?" ujar Wira dengan nada tinggi."Mas, itu dulu sebelum aku melihat wajah Kanaya, tapi setelah melohat wajah Kanaya, aku jadi merasa kalau kamu menikahiku karena aku mirip dengan Kanaya." Suara Lely tak kalah tinggi."Jadi apa mau kamu, hah?" Wira tak mampu menahan emosi."Aku mau bocah itu tidak pernah datang kesini, aku anggap kamu duda tanpa anak!""Lely ...." Wira mengangkat tangannya dan hampir menampar waja Lely, namun dengan sekuat tenaga dia menahan amarahnya."Apa mas? Mau nampar aku? Tapar aja!""Oke, aku akan bawa Dimas pergi, tapi jangan harap kamu aka
Maya masih syok dengan pengakuan Lia, dia kini terbaring didalam kamar yang ada di toko Kanaya. Lia kembali turun untuk bergabung dengan karyawan lainnya.Pemandangan aneh terlihat ketika Lia sampai di anak tangga dituruninya satu persatu. Dimas yang tengah merajuk sedang dibujuk olelh Wira."Mas Wira," panggil Lia seraya mendekat."Eh ... Lia. Mana Maya?" tanya Wira."Istirahat diatas Mas, mas Wira mau ngajak Dimas keluar?" "Iya, mau aku ajak nginap di rumah, tapi sepertinya dia sedang merajuk karena aku telat jemputnya," ucap WiraSebenarnya Wira sempat ke bandara, tetapi sampai disana Dimas dan Maya sudah tidak ada. Ternyata dari tadi dia mengabaikan pesan Kanaya, jika Dimas dan Maya sudah dijemput Lia."Papa ingkar janji!" desis Dimas. Mukannya ditekuk. Wira kembali mendekati Dimas yang duduk di sofa."Maaf ya sayang, tadi kerjaan papa gak bisa ditinggal," bujuk Wira."Dimas mau popcorn?" Sepertinya pertahanan Dimas mulai runtuh ketika mendengar makanan kesukaannya disebut."
Lianita alnama yang diberikan kedua orang tuaku, aku asli Palembang, dan merantau ke Bengkulu karena suatu hal yang mengharuskanku menjauh dari tempat yang sudah menorehkan luka menganga dihatiku. Luka itu bahkan hingga saat ini masih terasa sakit Aku menghubungi ayuk Gita--kerabat jauh mama, untuk mencari informasi pekerjaan di Bengkulu. Ayuk merupakan panggilan seperti mbak bagi orang Sumatra.Ayuk Gita sudah lama tinggal di Bengkulu ikut suaminya. Nasib baik tengah menghampiriku, ayuk Gita mempunyai sahabat bernama mbak Kanaya. Mbak Kanaya mempunyai toko baju yang sedang membutuhkan karyawan untuk tokonya.Dulu toko itu jaga sendiri oleh mbak Kanaya, karena semkain hari tokonya semakin ramai, makan dia memutuskan untuk mencari karyawan. Bukan karyawan sebenarnya, patner kerja kebih tepatnya. Karena mbak Kanaya tidak memperlakukan karyawannya seperti karyawan, tetapi seperti teman kerja. Tak segan-segan mbak Kanaya meminta pendapat kami jika mengalami masalah.Berkat rekomendasi da
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Mga Comments