Maya tak menghiraukan keberakan ustadz Kahfi disana. Gadis itu masih begitu saja menuju ruang tengah bersama Gina dan juga Dimas. Sementara Wira ikut duduk dengan Abdul Gani di ruang tamu.Harni tak melepaskan Dimas sedikitpun hingga mereka sampai di ruang tengah."Kangen beratkah, Oma?" ledek Dimas, laki-laki kecil itu mencium pipi omamya yang sudah mulai mengeriput."Tentu saja, anak baik." Harni menjawil hidung bangir milik Dimas."Sama aku gak rindukah?" Maya merajuk, bibirnya dimajukannya cukup panjang."Dikit," kata hari sambi membuat gerakan pada telunjuk dan jempolnya."Ih, ibu." Maya makin merajuk."MasyaaAllah, ada Gina." Harni baru sadar jika da sepasang mata yang memperhatikannya."Hehehe ... Ibu sehat?" ucao Gina kemudian."Alhamdulillah. Sini duduk dulu. Ibu buatkan teh hangat dulu ya."Harni bergegas ke belakang untuk membuatkan tamunya minuman hangat. Gina dan Maya mengekor wanita setengah baya itu. Sementara Dimas sudah sibuk dengan Cimoi--kucing kesayangan Kanaya."B
Beberapa bulan kemudian, setelah kegagalan Maya ber-taaruf dengan Kahfi, pemuda itu di kembalikan ke Palembang, ke tempat asalnya. Kiayi Abdurrahman sangat syok dan kecewa dengan perilaku Kahfi. Beliau tak menyangka jika anak asuhnya mempunyai prilaku seperti itu.Hatiku merasa lega, karena Lia akhirnya angakat suara tentang latar belakang Kahfi yang sebenarnya. Hampir saja Maya tertajuh ke dalam Pelukan laki-laki berprilaku menyimpang itu. Tidak bisa dibayangkan jika Lia sebagai mantan istirnya dulu tidak oernah menceritakan kisah kelamnya, sudah oasti Maya akan menjadi korban ke dua.Siang itu aku akan melakukan check di laboratorium mengenai penyakitku. Menurut dokter, pengobatan yang aku lakukan selama ini menunjukkan perkembangan yang begitu besar. Dan kemungkinan sel kanker itu sudah tidak ada di dalam tubuhku.Dengan harinyang sedikit cemas, aku mwnunggu Yuda mengantre untuk memgambil hasil cek laboratorium, setelah setengah jam memunggu, Yuda berlari tergopoh-gopoh mendekatik
Misteri bedak war*ah dimobil suamikuTerinspirasi dari kisah nyata"Mama...mama...Dimas ikut ngantar oma ya". Bocah berumur 3 tahun itu menarik-narik dasterku."Iya sayang". Jawabku sambil memasukan keik pisang yang kubuat semalam untuk oleh-oleh ibu pulang ke Kampung.Ibu sudah tiga hari menginap dirumah, rumah yang sudah 4 tahun ini kami tempati bersama mas Wira.Ibu memang begitu katanya suka kangen sama Dimas, setiap satu bulan sekali selalu berkunjung.Terkadang aku merasa bersalah karena mas Wira jarang sekali mengajakku berkunjung kerumah ibuku, padahal jarak tempuh kerumah ibu hanya 2 jam."Ma, Dimas naik mobil duluan ya". Teriaknya dan berlari kearah mobil. Aku tak lagi memperhatikan langkah Dimas. "Mamaaaaa...."teriak Dimas sambil menangis."Kenapa sayang". Aku belari tergopoh-gopoh menghampiri Dimas yang telah digendong ibu."Dimas jatuh tadi dari mobil". Kata ibu sambil menenangkan Dimas yang masih menangis."Cup..cup..cup...udah ya. Ayo kita tukar baju dulu, katanya Dima
Aku yang masih mikir keras tau-tau Mila mengambil roti bakar yang aku tenteng tadi. Gadis itu sibuk mencomot satu potong roti bakar dan memasukan kemulutnya"Ih kok bengong, sini ayo makan, ntar aku habisin lho.""Eh ini, aku jadi lupa.""Kamu udah ke klinik?""Udah tadi beli obat, udah aku olesi juga.""Apa katanya?" Tanyaku penasaran."Katanya alergi.""Oh....". Aku manggut-manggut, tanda aku kebingungan, udah kayak ayam jago lagi berkokok. Alergia apa dia? Selama berteman dengannya belum pernah aku mendengar sekalipun Mila alergi.7"Kamu gak cocok sama bedaknya kali, atau kamu tadi pake temen kantor?""Gaklah aku pake bedak itu terus kok. Dan aku yakin banget kalau itu bedakku, gak ketuker atau semacamnya, ini na bedaknya, coba cobain!" Mila menyodorkan bedak wa*dah itu kearahku.Kubalik bedak itu dan kuamati bagian belakang nya, fix ini bedak yang tadi aku temuin dimobil mas Wira. Karna dibawah bedak aku juga sengaja tandain pake spidol hanya setitik."Tapi kok mas Wira sempat-se
Matahari sudah meninggi, aku sudah selesai menyiapkan sarapan, sedangkan mas Wira menemani Dimas bermain dihalaman depan.Hari sabtu mas Wira tidak bekerja, hanya menyerahkan laporan hasil penjualan dari luar kota."Mas sarapan sudah siap, ajak sekalian Dimas masuk". Panggilku dari dalam rumah, bapak dan anak itu berhamburan masuk kedalam.Pagi ini aku membuat sambal ikan asap, tumis kangkung dan perkedel jagung."Hemmm...enaknya." Mas Wira tak tahan ingin segera makan, mas Wira mendudukan Dimas disebelahku, sementara dia duduk diseberangku.Mas Wira sangat lahap sekali menyantap makanan yang aku masak."Mas wajah Mila kemarin kena alergi kayaknya, mukanya merah-merah, jadi kami gak jadi shopping.""Iya mas tadi antar dia ke dokter." Dengan santainya mas Wira terus mengunyah makanan yang ada dimulutnya."Hah... ngantar ke dokter." Mataku melotot seketika. Namun mas Wira nampaknya belum sadar apa yang dia bicarakan."Eh bukan anu..maksudnya tadi Mila udah minta tolong sama teman-tema
Hari ini mas Wira full seharian mengajak mama dan Gina jalan-jalan, dari BIM (Bengkulu Indah Mall), Pantai Panjang dan sorenya mandi di pantai Zakat.Kami tinggal di kota Bengkulu sedangkan mama dan Gina di Sumatra Selatan. Di Bengkulu banyak sekali wisata pantai, karena memang sepanjang dari utara ke selatan langsung berbatasan dengan samudra Hindia.Setelah puas mandi pantai, kami makan dipusat kuliner yang ada di Jl. Kz Abidin, disana banyak sekali menjajakan makanan, dari nasi goreng, nasi Padang, gorengan, bandrek dan lain-lain. Mama dan mas Wira memesan nasi Padang, sedangkan aku dan Gina memesan mie tumis.Setelah megisi perut aku ajak mama beli oleh-oleh khas Bengkulu, aku belikan 5 kotak manisan terong, 1 kg lempuk durian dan sirup kalamansi. Karena esok pagi-pagi sekali mama dan Gina sudah harus pulang ke Sumatra Selatan, jadi beli oleh-olehnya diselesaikan malam ini juga.Lempuk durian itu dodol yang terbuat dari durian asli, tanpa campuran jadi rasanya sangat legit. Pusat
Aku terus mengikuti pergerakan mobil mas Wira, mau kemana sebenarnya dia. Katanya tadi mau beli rok*ok.Tiba-tiba gerimis turun lumayan deras, aku agak kesulitan mengawasi kemana arah mas Wira melaju. Na'as pas dilampu merah aku terjebak. Ketika mobil mas Wira berhasil melalui lampu hijau, pas giliraku, aku kalah cepat dan kehilangan jejak kemana perginya mas Wira."Sial." Gerutuku kesal. Pasti aku diomeli netizen karena gak dilabrak pas mas Wira menaikkan perempuan tadi.Aku cuma tidak ingin aku yang kemakansalah paham, makanya aku akan ikuti kemana mas Wira pergi. Aku putar balik, takut nanti mas Wira sampai aku belum dirumah. Bisa gawat.Hujan turun agak deras, baju yang kukenakan sudah basah karena aku lupakan membawa mantel. Seluruh tubuhku basah kuyup. Sesampainya dirumah, aku langsung diberondong banyak pertanyaan dari mbak Gita."Gimana Nay, Wira pergi kemana?" Tanya mbak Gita khawatir, ntah khawatir atau kepo. Tapi mbak Gita orangnya baik, gak mungkin hanya sekedar kepo bela
Part 6Seharian aku tidak konsentrasi dengan pekerjaan rumahku, dikit-dikit aku baper dengan sikap mas Wira tadi. Aku berfikir untuk menyadap Wa mas Wira. Apa apa gak terlalu berlebihan ya. Nanti coba aku minta pendapat mbak Gita dulu deh.Sesudah memandikan Dimas aku berencana mau antar paket, sore nanti ada acara arisan ibu-ibu RT dirumah bu Julia. Sekalian nanti mampir kerumah mbak Gita.Sambil nunggu waktu arisan aku selonjoran sambil upload foto jualan. Aku scroll beranda aplikasi berlogo F itu. Ada status yang menyita perhatianku.[Pagi-pagi udah ada malaikat bawain nasi uduk]Mana ada malaikat bawa nasi uduk, aneh ini orang.Aku kepo donk siapa pemilik akun, nama akun tersebut "myla chayang wr"Eh kok namanya kayak gak asing gitu. Jiwa kepoku meronta-ronta. Banyak status bucin disana.[Makasih sayang udah anterin ke klinik]Lho lho lho ini kayak akun Mila, apa dia punya pacar. Kok statusnya bucin gitu.Eh sebentar bukannya dia kemaren dianterin mas Wira. Tapi itu status beber