Mag-log in"Saya tidak tahu Pak. Kami beneran baru sampai. Bukan saya yang datang tadi," sanggahnya.
"Pak, bagaimana ini? Kita harus segera menghubungi mereka. Ibu takut jika terjadi sesuatu sama mereka." "Coba Ibu telepon salah satu siswa yang ada di sana. Saya akan mencoba menelepon Guru yang bertugas di kelompok itu. Kita jangan panik dulu," ujar Pak Guru tidak sesuai dengan hatinya. Biar Bu Guru tidak ikutan panik. Mereka semua tidak bisa tidak panik. Mereka tidak tahu kenapa sopir bus datang untuk kedua kalinya. Itu sangat aneh dan diluar logika. "Pak, tidak ada satupun yang terhubung dengan mereka," kata Bu Guru setelah beberapa kali menghubungi mereka. "Panggilan dari saya juga tidak ada yang terhubung," sambung Pak Guru. "Apa yang harus kita lakukan sekarang Pak?" "Pak, bagaimana kalau kita telepon polisi saja. Saya takut terjadi sesuatu sama anak-anak. Hal ini juga bisa mencoreng nama kami sebagai sopir bus jika ada masalah yang besar," saran sopir bus. "Ini sangat aneh. Bagaimana mungkin hal ini bisa terjadi," gumam Pak Guru masih belum percaya dengan apa yang terjadi. "Tunggu dulu. Jangan-jangan ini adalah perbuatan bus setan itu," kata sopir bus yang mirip dengan sopir bus yang membawa Sherly dan lainnya. Membuat mereka terkejut dengan pernyataannya. "Bus setan?" tanya Pak Guru dan Ibu Guru. "Iya, Pak, Bu." "Pak, Bapak jangan menakut-nakuti kami. Kami sedang panik dan khawatir," tegur Bu Guru tidak suka dengan perkataan sopir bus. "Saya tidak menakut-nakuti Ibu dan Bapak. Setahun yang lalu ada kasus yang serupa. Ada sebuah bus yang mengalami kecelakaan. Semua penumpangnya adalah para siswa dan juga ada guru. Mereka tewas di tempat. Mereka juga sedang melakukan perjalanan liburan sekolah. Bus itu ditemukan di dalam jurang. Polisi bilang kalau mereka naik bus misterius. Sang sopir asli yang bus mereka sewa itu adalah teman saya. Pada saat itu dia berada di rumah sakit. Banyak saksi yang menguatkan posisinya. Para pihak sekolah bilang kalau para siswa dijemput olehnya dengan bus nya. Kasus itu langsung ditutup karena sangat aneh dan tidak ada bukti lain." "Pak, bagaimana ini. Apa yang harus kita lakukan. Bagaimana jika mereka beneran naik bus setan itu?" tanya Bu Guru tambah panik. "Bu tenang dulu. Kita harus segera menelepon polisi. Kita tidak bisa menelusuri masalah ini sendiri. Kita berdoa saja agar keadaan anak-anak baik-baik saja," bujuk Pak Guru. Mereka segera menelepon polisi untuk mencari bantuan. Para siswa juga ikut membantu dengan cara menelepon siswa yang ada di dalam bus. Namun panggilan itu tidak ada satupun yang terhubung. Para guru juga memutuskan untuk membatalkan pergi liburan bagi siswa yang sudah ada di sekolah. Para siswa-siswi disuruh pulang dan jangan kemana-mana lagi. Mereka mau fokus mencari siswa yang hilang. *** Sherly terbangun dari tidur lelap selama beberapa puluh menit. Matanya terbuka dengan pelan sambil berkerut. Setelah matanya terbuka dengan sempurna, dia melihat keadaan sekitar yang sudah gelap gulita. Keningnya ikut mengkerut dan melihat ke arah yang lain. Teman-teman Sherly semuanya masih tertidur pulas. Hanya dia sendiri yang terjaga. Udara juga mulai bertambah dingin, membuat bulu kuduknya berdiri. "Apa mungkin aku tidur terlalu lama? Yang lain juga lagi tidur. Seharusnya, paling tidak kami sampainya sore. Sekarang sudah jam berapa ya. Apa sudah malam," gumam Sherly dalam remang-remang. Sherly membenarkan posisi tempat duduknya. Lalu dia mengecek tas untuk mencari handphone. Dia ingin tahu sudah jam berapa sekarang. Kenapa mereka lama sekali tiba di pantai. Padahal hari ini dia ingin melihat matahari terbenam. Sekarang sudah tidak bisa lagi. Hari sudah gelap. Kening Sherly mengernyit ketika jam masih menunjukkan pukul empat sore. Beda dengan keadaan di luar yang gelap gulita. Sekiranya di luar sudah jam delapan malam. "Ini baru pukul empat kok. Kenapa sangat gelap. Ini kami juga berada di dalam hutan? Apa kita pergi ke pantai melewati hutan ya?" tanya Sherly pada angin lewat. "Kayaknya kita tidak perlu lewat gunung deh. Kenapa bisa nyasar ke sini," jawab Sherly sendiri pada pertanyaannya. Sherly masih linglung dan kebingungan. Oleh karena itu dia memilih membangunkan Mark dari tidurnya. Daripada kebingungan sendiri tidak ada jawaban. Mungkin Mark bisa meluruskan apa yang sudah terjadi. "Mark! Mark ayo bangun," panggil Sherly menepuk Mark dengan pelan. Sherly sekali-kali melirik ke arah luar jendela ketika membangunkan Mark. Perasaannya jadi semakin tidak enak. Suasana sangat sepi dan mencengkram. Membuatnya merinding. "Mark! Ayo bangun," panggil Sherly lagi. Mark bukannya terbangun, dia malah membalikkan badan memunggungi Sherly. Dia terganggu dengan suara Sherly yang mengusik tidurnya. Dia masih sangat mengantuk. "Mark! Ayo bangun," ujar Sherly lebih keras namun belum membuahkan hasil. Sherly jadi sebal dengan Mark. Dia sudah capek membangunkan Mark dari tadi. Itu anak bukannya terbangun tapi malah semakin lelap. "Ih, Sherly marah," gumam Sherly menatap Mark dengan mata besarnya. Mirip anak-anak sedang marahan. Sherly seketika mempunya ide untuk membangunkan Mark. Tangannya dengan usil meraih hidung Mark. Dia akan membuat Mark kesulitan bernafas supaya mau bangun. Sudah capek dan habis suara membangunkan Mark. Sherly menjepit hidung mancung Mark dengan keras. Tertawa kecil melihat Mark yang kesusahan bernafas. "Rasain, makanya tidur jangan kek kebo. Habis suara Sherly," ucap Sherly terkekeh kecil. Mark mulai kehabisan nafas, dia langsung terjaga setelah menyingkirkan tangan Sherly. Setelah itu dia berusaha menghirup nafas dengan kuat. Seperti orang habis tenggelam. "Sherly," tegur Mark melihat sang pelaku. "Maaf, aku sengaja," ujar Sherly sambil cengar-cengir. "Apaan sih kamu. Aku masih ngantuk. Jangan ganggu aku. Aku mau tidur lagi," kata Mark melihat kelakuan Sherly dan bersiap ingin tidur lagi. "Jangan tidur dulu," cegah Sherly memegang lengan Mark. "Apa lagi," sahut Mark mendengus kesal karena mimpi indahnya buyar. "Mark, coba lihat keluar. Ada yang aneh," suruh Sherly melepaskan tangan Mark. Membiarkan Mark melihat sendiri ke arah jalanan. "Aneh kenapa sih?" tanya Mark langsung melihat ke arah jendela. Mark mengernyitkan alisnya ketika melihat ke arah luar jendela. Kemudian dia berbalik melihat teman-teman. Teman-temannya masih tertidur lelap. Termasuk Davin dan lainnya. Tidak ada yang bangun kecuali mereka berdua dan sang sopir tentunya. "Kenapa kita bisa di dalam hutan? Kita mau ke pantai kan?" tanya Mark linglung. "Aku juga tidak tahu. Itu yang aku herankan juga. Makanya aku sengaja membangunkan kamu," balas Sherly. "Apa pantai itu sangat jauh?" "Kata Bu Guru, kita akan tiba di pantai saat sore. Jaraknya hanya empat jam saja," jawab Sherly. Bersambung ….Mark bangun dari kursi dan mendekati Bu Guru. Tubuh Bu Guru sudah mulai bergetar. Kakinya juga melemas. Bersyukur para siswa-siswi sudah berhasil dibangunkan semua."Bu, ada apa? Apa yang terjadi" tanya Mark."Itu, ada yang aneh sama sopir bus nya," ujar Bu Guru melirik ke arah sopir dengan takut-takut."Apa yang aneh sih Bu," sahut Sherly.Sherly ikut berdiri. Dia berdiri di depan kursi. Badannya harus menghadap ke arah belakang bus untuk melihat wajah Bu Guru."Kalian lihatlah keluar jendela. Diluar sangat gelap dan kita berada di tengah," suruh Bu Guru.Para siswa-siswi melihat ke arah luar. Tapi mereka tidak merasakan ada yang aneh kecuali mereka heran kenapa tidur sangat lama. "Bu, kata Pak sopir tadi ada perbaikan jalan. Jadi Pak sopir memutar arah agar kita bisa menuju ke pantai," terang Mark."Itu tidak mungkin, Mark. Ibu sudah mematikan semua itu agar perjalanan kita tidak terhambat. Tidak ada perbaikan jalan sama sekali," sahut Bu Guru."Iya, ini aneh juga. Dari tadi kita b
"Ini kenapa sudah malam tapi belum sampai?" tanya Mark lagi."Ini bukan malam Mark.""Maksudnya kamu?""Sekarang masih jam empat sore. Kamu lihat sendiri," ujar Sherly memperlihatkan layar handphone yang menyala ke arah Mark."Masih jam empat?" tanya Mark dengan mata sedikit silau dengan cahaya handphone Sherly yang cukup terang."Iya, aneh kan," ujar Sherly mengangguk kepala.'Ini memang sangat aneh. Mana ada jam empat sudah gelap gulita. Aku harus tanya sama pak sopir dulu,' batin Mark."Sherly, kamu tunggu di sini dulu ya. Aku mau tanya sama pak sopir nya," suruh Mark.Sherly mengangguk kepala dengan patuh. Dia akan membiarkan Mark yang akan mencari tahu apa yang sudah berlalu. Mark bangun dari kursi dengan perlahan. Berjalan ke arah sang sopir bus dengan memegang bagian kepala kursi penumpang. Dia sedikit susah berjalan karena bus masih berjalan."Pak!" panggil Mark.Sang sopir tidak menjawab. Dia hanya melihat ke arah Mark sebentar. Kemudian melihat ke arah depan lagi."Pak, ken
"Saya tidak tahu Pak. Kami beneran baru sampai. Bukan saya yang datang tadi," sanggahnya."Pak, bagaimana ini? Kita harus segera menghubungi mereka. Ibu takut jika terjadi sesuatu sama mereka.""Coba Ibu telepon salah satu siswa yang ada di sana. Saya akan mencoba menelepon Guru yang bertugas di kelompok itu. Kita jangan panik dulu," ujar Pak Guru tidak sesuai dengan hatinya. Biar Bu Guru tidak ikutan panik.Mereka semua tidak bisa tidak panik. Mereka tidak tahu kenapa sopir bus datang untuk kedua kalinya. Itu sangat aneh dan diluar logika."Pak, tidak ada satupun yang terhubung dengan mereka," kata Bu Guru setelah beberapa kali menghubungi mereka."Panggilan dari saya juga tidak ada yang terhubung," sambung Pak Guru. "Apa yang harus kita lakukan sekarang Pak?""Pak, bagaimana kalau kita telepon polisi saja. Saya takut terjadi sesuatu sama anak-anak. Hal ini juga bisa mencoreng nama kami sebagai sopir bus jika ada masalah yang besar," saran sopir bus."Ini sangat aneh. Bagaimana mung
Sherly duduk di kursi barisan kedua. Dia duduk bersebelahan dengan Mark. Di sampingnya ada Karla dan Putri. Di kursi barisan ketiga duduk Arga dengan Wisnu di belakang Sherly dan Mark. Sedangkan Bagas duduk bersama Davin di belakang Putri dan Karla.Sekarang mereka sudah siap untuk berangkat. Semua siswa siswi sudah duduk di bangku masing-masing."Anak-anak, apa barang kalian sudah dibawa semua? Apa masih ada yang tertinggal?" tanya Bu Guru memastikan lagi sebelum berangkat. Jika sudah berangkat tidak bisa balik lagi untuk mengambil barang yang tertinggal."Tidak ada Bu," sahut mereka kompak."Ingat, kalau ada barang yang tertinggal, maka jangan salahkan Ibu. Ibu sudah memperingati kalian semua. Kalian mengerti," kata Bu Guru memperingati sekali lagi."Baik Bu.""Bu, kapan bus nya akan berangkat?" tanya Sherly bosan menunggu bus bergerak. Dari tadi semuanya pada sibuk urus ini itu."Sherly, kamu bener-bener tidak sabaran sekali," tegur Karla melirik ke arah Sherly."Ih, lama sekali,"
Para guru sedang memeriksa perlengkapan para siswa yang akan dibawa ke liburan ke pantai. Termasuk barang-barang yang harus mereka bawa nanti agar tidak ketinggalan. Hari ini adalah hari yang ditunggu-tunggu oleh para siswa. Mereka akan berlibur ke pantai selama tiga hari tiga malam. Acara liburan ke pantai hanya diikuti oleh anak-anak kelas dua saja. Tidak semua siswa wajib ikut, diperuntukkan bagi siapa saja yang mau ikut tanpa pemaksaan. Mereka boleh memilih ikut liburan bersama atau liburan bersama keluarga. Jumlah semua yang ikut ke pantai adalah 75 orang. Lima guru pengawas ditambah 70 siswa dan siswi. Pihak sekolah sudah memesan tiga buah bus untuk perjalanan. Mereka akan dijadwalkan berangkat sebentar lagi, pada pukul 12 siang. Lamanya waktu yang diperlukan untuk tiba disana adalah selama 4 jam. Jadi mereka nanti masih sempat melihat matahari terbenam jika tidak ada kendala sama sekali selama perjalanan. "Kenapa bus nya lama sekali, sih. Sebel deh," ngomel Sherly menghent







