LOGINSherly duduk di kursi barisan kedua. Dia duduk bersebelahan dengan Mark. Di sampingnya ada Karla dan Putri. Di kursi barisan ketiga duduk Arga dengan Wisnu di belakang Sherly dan Mark. Sedangkan Bagas duduk bersama Davin di belakang Putri dan Karla.
Sekarang mereka sudah siap untuk berangkat. Semua siswa siswi sudah duduk di bangku masing-masing. "Anak-anak, apa barang kalian sudah dibawa semua? Apa masih ada yang tertinggal?" tanya Bu Guru memastikan lagi sebelum berangkat. Jika sudah berangkat tidak bisa balik lagi untuk mengambil barang yang tertinggal. "Tidak ada Bu," sahut mereka kompak. "Ingat, kalau ada barang yang tertinggal, maka jangan salahkan Ibu. Ibu sudah memperingati kalian semua. Kalian mengerti," kata Bu Guru memperingati sekali lagi. "Baik Bu." "Bu, kapan bus nya akan berangkat?" tanya Sherly bosan menunggu bus bergerak. Dari tadi semuanya pada sibuk urus ini itu. "Sherly, kamu bener-bener tidak sabaran sekali," tegur Karla melirik ke arah Sherly. "Ih, lama sekali," ucap Sherly memajukan bibirnya. "Tenang Sherly, sebentar lagi kita akan berangkat. Ibu cek dulu kehadiran kalian ya. Setelah itu kita langsung berangkat," sahut Bu Guru dengan ramah sudah terbiasa menghadapi siswi seperti Sherly. Sherly mengangguk kepala dengan pelan. Membiarkan Bu Guru memanggil nama mereka satu persatu untuk absensi. "Semuanya sudah ada. Kita bisa berangkat sekarang." "Hore," teriak anak-anak heboh. Siswa dan siswi yang lainnya juga sudah tidak sabar seperti Sherly. Hanya saja mereka tidak berani bilang secara terus terang. Jadi, mereka langsung girang ketika Bu Guru ngomong bus akan segera berangkat. "Pak, kita sudah bisa berangkat sekarang," ujar Bu Guru ke sang sopir bus. Pak sopir hanya menganggukkan kepala dengan mata tetap lurus ke depan. Tanpa mengeluarkan sepatah katapun dari awal bus datang. Bus itu meninggalkan pekarangan sekolah dan para siswa-siswi lain yang belum juga kedatangan bus. *** Mereka bercanda ria di dalam bus. Tidak lupa membahas tentang apa saja yang akan mereka lakukan saat tiba di pantai. Ada yang ingin langsung berenang dan ada juga yang ingin langsung istirahat di penginapan. Atau memilih berjalan-jalan santai menikmati matahari terbenam. Perjalanan mereka sudah memakan waktu selama 30 menit. Para siswa-siswi yang tadi sibuk bicara kini sudah sepi. Mereka sudah mulai bosan di dalam bus. Tidak ada yang bisa mereka lakukan lagi. Mereka juga sudah habis topik pembicaraan. "Apa tidak ada yang bisa kita mainkan di sini?" tanya Davin menguap bosan. "Apa kamu bawa gitar?" tanya Bagas balik. "Kamu lihat tadi aku bawa gitar? Apa kamu pikir gitar segede bola pingpong," balas Davin dengan pertanyaan konyol Bagas. Mana ada orang bisa menyelundupkan barang sebesar gitar. Ada ada aja. "Aku kan hanya tanya. Tidak perlu sewot gitu," balas Bagas. "Anak-anak, jangan ribut. Tenang-tenang," ujar Bu Guru berdiri di depan menenangkan para siswa-siswa mulai gaduh kalau tidak ada kerjakan. Ciri khas anak sekolahan saat gabut. "Bu bosan," teriak mereka. "Kalian mau apa? Kalau kalian bosan,kalian bisa lihat pemandangan di luar. Pemandangannya cukup bagus kan. Sangat bagus untuk menjernihkan pikiran," saran Bu Guru. "Mana seru lihat pohon. Mereka hanya terlihat pohon bergoyang, kalau lihat cewek bergoyang baru seru," kata salah satu siswa sambil berdiri dengan bersandar di sandaran kursi penumpang. Tidak lupa dengan senyuman usulnya. "Huuu …." Siswa-siswi lainnya kompak meneriaki pikiran teman sekelas yang rada mesum. "Sudah-sudah. Kamu duduk lagi," suruh Bu Guru menggeleng kecil melihat tingkah anak didiknya. Mereka sudah sepolos anak jaman dulu. Terlalu cepat dewasa terbawa zaman dan perkembangan teknologi. "Bu, apa tidak ada alat musik? Kita bisa bernyanyi gitu." "Siapa yang bisa nyanyi? Nanti telinga kita jadi pecah kalau suaranya jelek." "Anak-anak, sebaiknya kita jangan terlalu ria di dalam bus. Itu sangat pamali. Tidak baik, nak," larang Bu Guru tidak setuju. "Ah Ibu. Ibu tidak seru," protes mereka. "Bagaimana kalau kita main tebak-tebakan saja. Bagi siapa yang kalah maka akan dapat hukuman," saran Bu Guru menghidupkan suasana kembali. "Sherly mau Bu," sahut Sherly bersemangat dan mengangkat tangan. "Kayaknya seru juga tuh. Ada hukumannya juga." "Bagaimana peraturannya Bu?" "Cara mainnya, Ibu yang akan mulai. Nanti Ibu akan sebutkan tiga nama buah-buahan. Lalu Ibu lanjut kasih tebakan. Misalnya sebutkan tiga nama hewan berkaki empat dilanjutkan dengan nomor yang akan Ibu sebutkan. Misalnya nomor 15. Jadi kita semua ada nomor, dari no 1 sampai nomor 24. Nanti nomor 15 harus menjawab pertanyaan Ibu. Begitu seterusnya. Kalau yang tidak bisa menjawab maka harus makan permen pedas ini," terang Bu Guru menunjukkan permen pedas yang ada di dalam saku jas. Mereka semua cepat mengerti dari penjelasan Bu Guru. Akhirnya para siswa-siswi daripada bosan memilih bermain tebak-tebakan. Ada beberapa di antara mereka yang terkena hukuman. Mereka tidak bisa menjawab dengan benar. Yang langsung disambut meriah oleh siswa-siswi lainnya. Setelah mereka capek bermain, mereka memilih tidur. Masih ada waktu perjalanan sekitar dua jam lagi. Mereka sudah menghabiskan waktu 90 menit untuk bermain game tadi. Kembali ke halaman sekolah. Bus kembali tiba di sekolah. Namun yang datang bukan dua bus, tapi tiga bus. Membuat para guru dan siswa-siswi kebingungan. "Kenapa ada tiga bus. Tadi satu bus sudah berangkat. Seharusnya tinggal dulu bus lagi," ucap Pak Guru. "Saya juga tidak tahu Pak," jawab Bu Guru. "Ini sangat aneh. Kita hanya memesan tiga bus saja untuk perjalanan ini," ucap Pak Guru yang bisa didengar lainnya. Bus berhenti tepat di depan mereka. Para sopir bus segera turun dan menghampiri para guru. "Maaf Pak, Bu, kami terlambat," ujar salah satu sopir bus tidak enak datang tidak tepat waktu. "Tidak apa Pak. Tapi kenapa ada tiga bus?" tanya Pak Guru menunjuk ke arah bus. "Pak, bukannya Bapak kemarin yang memesan tiga bus," tanya sopir bus balik. "Tunggu, bukannya Bapak tadi sudah berangkat sama bus pertama? Kenapa Bapak masih ada disini?" tanya Pak Guru bingung yang sempat melihat wajah sang sopir bus yang berangkat duluan dengan lekat. "Iya, saya juga melihat Bapak yang menjadi sopir bus yang pertama. Bus nya juga mirip," bela Bu Guru. "Tidak mungkin Bu, ini saya baru sampai. Ibu dan Bapak jangan bercanda. Tadi Bus kami bertiga tiba-tiba mogok secara bersamaan. Kami tidak tahu apa penyebabnya," bantah sopir bus. "Iya Bu, kami berangkat bersama dari terminal. Bus kami tidak bisa hidup. Makanya kami telat," bela sopir bus lain "Tidak mungkin, lalu dimana anak-anak?" tanya Pak Guru tidak bisa tenang. Tidak mengetahui bagaimana keadaan siswa-siswi yang sudah berangkat. Bersambung ….Mark bangun dari kursi dan mendekati Bu Guru. Tubuh Bu Guru sudah mulai bergetar. Kakinya juga melemas. Bersyukur para siswa-siswi sudah berhasil dibangunkan semua."Bu, ada apa? Apa yang terjadi" tanya Mark."Itu, ada yang aneh sama sopir bus nya," ujar Bu Guru melirik ke arah sopir dengan takut-takut."Apa yang aneh sih Bu," sahut Sherly.Sherly ikut berdiri. Dia berdiri di depan kursi. Badannya harus menghadap ke arah belakang bus untuk melihat wajah Bu Guru."Kalian lihatlah keluar jendela. Diluar sangat gelap dan kita berada di tengah," suruh Bu Guru.Para siswa-siswi melihat ke arah luar. Tapi mereka tidak merasakan ada yang aneh kecuali mereka heran kenapa tidur sangat lama. "Bu, kata Pak sopir tadi ada perbaikan jalan. Jadi Pak sopir memutar arah agar kita bisa menuju ke pantai," terang Mark."Itu tidak mungkin, Mark. Ibu sudah mematikan semua itu agar perjalanan kita tidak terhambat. Tidak ada perbaikan jalan sama sekali," sahut Bu Guru."Iya, ini aneh juga. Dari tadi kita b
"Ini kenapa sudah malam tapi belum sampai?" tanya Mark lagi."Ini bukan malam Mark.""Maksudnya kamu?""Sekarang masih jam empat sore. Kamu lihat sendiri," ujar Sherly memperlihatkan layar handphone yang menyala ke arah Mark."Masih jam empat?" tanya Mark dengan mata sedikit silau dengan cahaya handphone Sherly yang cukup terang."Iya, aneh kan," ujar Sherly mengangguk kepala.'Ini memang sangat aneh. Mana ada jam empat sudah gelap gulita. Aku harus tanya sama pak sopir dulu,' batin Mark."Sherly, kamu tunggu di sini dulu ya. Aku mau tanya sama pak sopir nya," suruh Mark.Sherly mengangguk kepala dengan patuh. Dia akan membiarkan Mark yang akan mencari tahu apa yang sudah berlalu. Mark bangun dari kursi dengan perlahan. Berjalan ke arah sang sopir bus dengan memegang bagian kepala kursi penumpang. Dia sedikit susah berjalan karena bus masih berjalan."Pak!" panggil Mark.Sang sopir tidak menjawab. Dia hanya melihat ke arah Mark sebentar. Kemudian melihat ke arah depan lagi."Pak, ken
"Saya tidak tahu Pak. Kami beneran baru sampai. Bukan saya yang datang tadi," sanggahnya."Pak, bagaimana ini? Kita harus segera menghubungi mereka. Ibu takut jika terjadi sesuatu sama mereka.""Coba Ibu telepon salah satu siswa yang ada di sana. Saya akan mencoba menelepon Guru yang bertugas di kelompok itu. Kita jangan panik dulu," ujar Pak Guru tidak sesuai dengan hatinya. Biar Bu Guru tidak ikutan panik.Mereka semua tidak bisa tidak panik. Mereka tidak tahu kenapa sopir bus datang untuk kedua kalinya. Itu sangat aneh dan diluar logika."Pak, tidak ada satupun yang terhubung dengan mereka," kata Bu Guru setelah beberapa kali menghubungi mereka."Panggilan dari saya juga tidak ada yang terhubung," sambung Pak Guru. "Apa yang harus kita lakukan sekarang Pak?""Pak, bagaimana kalau kita telepon polisi saja. Saya takut terjadi sesuatu sama anak-anak. Hal ini juga bisa mencoreng nama kami sebagai sopir bus jika ada masalah yang besar," saran sopir bus."Ini sangat aneh. Bagaimana mung
Sherly duduk di kursi barisan kedua. Dia duduk bersebelahan dengan Mark. Di sampingnya ada Karla dan Putri. Di kursi barisan ketiga duduk Arga dengan Wisnu di belakang Sherly dan Mark. Sedangkan Bagas duduk bersama Davin di belakang Putri dan Karla.Sekarang mereka sudah siap untuk berangkat. Semua siswa siswi sudah duduk di bangku masing-masing."Anak-anak, apa barang kalian sudah dibawa semua? Apa masih ada yang tertinggal?" tanya Bu Guru memastikan lagi sebelum berangkat. Jika sudah berangkat tidak bisa balik lagi untuk mengambil barang yang tertinggal."Tidak ada Bu," sahut mereka kompak."Ingat, kalau ada barang yang tertinggal, maka jangan salahkan Ibu. Ibu sudah memperingati kalian semua. Kalian mengerti," kata Bu Guru memperingati sekali lagi."Baik Bu.""Bu, kapan bus nya akan berangkat?" tanya Sherly bosan menunggu bus bergerak. Dari tadi semuanya pada sibuk urus ini itu."Sherly, kamu bener-bener tidak sabaran sekali," tegur Karla melirik ke arah Sherly."Ih, lama sekali,"
Para guru sedang memeriksa perlengkapan para siswa yang akan dibawa ke liburan ke pantai. Termasuk barang-barang yang harus mereka bawa nanti agar tidak ketinggalan. Hari ini adalah hari yang ditunggu-tunggu oleh para siswa. Mereka akan berlibur ke pantai selama tiga hari tiga malam. Acara liburan ke pantai hanya diikuti oleh anak-anak kelas dua saja. Tidak semua siswa wajib ikut, diperuntukkan bagi siapa saja yang mau ikut tanpa pemaksaan. Mereka boleh memilih ikut liburan bersama atau liburan bersama keluarga. Jumlah semua yang ikut ke pantai adalah 75 orang. Lima guru pengawas ditambah 70 siswa dan siswi. Pihak sekolah sudah memesan tiga buah bus untuk perjalanan. Mereka akan dijadwalkan berangkat sebentar lagi, pada pukul 12 siang. Lamanya waktu yang diperlukan untuk tiba disana adalah selama 4 jam. Jadi mereka nanti masih sempat melihat matahari terbenam jika tidak ada kendala sama sekali selama perjalanan. "Kenapa bus nya lama sekali, sih. Sebel deh," ngomel Sherly menghent







