Share

BAB 4 Obsesi

Seseorang telah tergantung kaku tepat di tengah-tengah ruangan tersebut, terlihat mayatnya sudah hampir membusuk dan matanya melotot hampir keluar.

Seketika Ryan menutup hidungnya Karena bau yang menyengat.

"Sial, siapa yang melakukan hal ini" ucap Ryan sambil memalingkan wajahnya.

Ryan mengambil handphonenya dan menelfon seseorang.

Beberapa menit kemudian tim kepolisian dan ambulance mulai mengevakuasi mayat tersebut.

Ryan terlihat mengenakan helm dan memperhatikan dari jarak yang sangat jauh.

"Jadi apakah ada laporan warga tentang korban?" Tanya kepala kepolisian.

"Tidak pak, kami mendengar informasi dari seseorang yang entah siapa namanya, namun saat kami datang tidak ada siapapun di lokasi" Tegas anggotanya.

Ryan memutuskan untuk meninggalkan tempat tersebut

Sambil menaiki motor sportnya

Di suatu gedung apartemen yang mewah, terlihat seorang pria sedang santai dengan segelas anggur di tangannya

"Hahahahhaha.....! Tidak sia-sia usaha ku selama ini, kini aku tinggal menikmatinya, kematian mu tak sia-sia Gira kini kakak mu hidup dengan kekayaan dan kekuasaan hahahaha...!" Ucap pria Bertatto sambil menenggak anggur dalam gelas kaca tersebut, yang tidak lain adalah Wito.

Ryan mengunjungi tempat peristirahatan terakhir Gira ia menaruh seikat bunga di sana.

Setelah selesai mengunjungi makam Gira, Ryan memutuskan berjalan-jalan di sebuah tempat yang penuh kenangan bersama Gira.

saat kakinya mulai berjalan ia melihat seorang pria sedang menghajar seorang anak habis-habisan,

"Sudah mulai berani melawan kamu anak sialan..!!! Bocah goblok..!!!" Ucapnya pria itu kasar, ia menarik sabuk celananya, hal itu mengingatkan Ryan pada sosok Wito.

Matanya berkaca-kaca menatap tajam pria itu ia berjalan mendekat dengan langkah cepat

Bukk!

Satu pukulan ia layangkan pada pria itu, seketika darah mengalir dari hidung sang pria.

"Siapa kamu!? Beraninya ikut campur urusanku!?"

Ryan tak menghiraukan pertanyaan pria tersebut, dan malah semakin brutal memukul pria tersebut secara bertubi-tubi.

"Matilah! Bajingan!!!" Ucapan dengan penuh kemarahan, matanya menatap tajam penuh dendam.

Orang-orang menyaksikan hal tersebut dan melaporkannya pada polisi.

Pria tersebut babak belur, Ryan hendak memukul lagi dengan tangannya yang berlumuran darah, namun ia mengurungkan niatnya saat sadar bahwa pria itu bukanlah Wito.

Ryan segera bangkit, sambil menarik sapu tangan

dalam sakunya.

dengan perlahan ia mengelap darah di tangannya, setelah itu dia menutup kepalanya dengan penutup kepala pada Hoodie hitamnya.

Ia berjalan santai membelah kerumunan, tidak ada siapapun pun yang berani mendekatinya karena takut mendapatkan bogem mentah dari Ryan.

Ryan tiba di markasnya ia meraih sebotol anggur dan menenggaknya.

Tiba-tiba ia mulai tersenyum dan tertawa terbahak-bahak namun matanya terlihat berkaca-kaca.

"Brengsek...!!!"

Pyarrrrrrr!!!

Botol anggur di banting Ryan hingga pecah.

"Tu..an" Panggil anak buahnya pelan karena nyalinya mulai ciut.

"Ada yang ingin bertemu denganmu" Tanyanya dengan bibir bergetar.

Gie muncul di hadapan Ryan dengan kemeja putih dan celana jeans standar terlihat sangat cantik dan sederhana ditambah dengan rambut yang di ikat tinggi.

Ia berjalan perlahan tanpa ada tatapan rasa takut di matanya, ia melemparkan beberapa lembar uang tepat di wajah Ryan.

Ia juga menyerahkan sebuah kertas yang berisi tulisan di dalamnya.

'aku berjanji akan melunasi yang separuhnya lagi, jadi jangan pernah ganggu kami lagi' tulis Gie.

Ryan tersenyum tipis melihat kertas tersebut

"Dasar bodoh, kamu kira aku akan melepaskan mu begitu saja?" Ucapnya sembari tersenyum menatap Gie.

Gie terlihat kesel melihat Ryan, ia menghentakkan kakinya dan melangkahkan menuju pintu keluar.

Namun Ryan mengode anak buahnya untuk menutup pintu dan meninggalkan mereka berdua.

Gie nampak bingung, terlihat wajahnya merah dan matanya membulat.

Ia mengguncang-guncang pintu ruangan tersebut dan terlihat panik.

Sementara Ryan berjalan mendekati gadis itu, karena pengaruh alkohol ia berjalan menggloyor ke arah Gie.

"Biar aku memberi tahumu satu hal" Ucap Ryan menatap tajam ke arah Gie.

Gie menggelengkan kepala matanya nampak berkaca-kaca.

Ryan menarik tangan Gie matanya menatap mata Gie yang sudah mulai meneteskan bulir bening.

Gie berusaha memberontak, sambil memukul-mukul dada Ryan.

"Dengarkan aku!!!" Bentak Ryan menghentikan pemberontakan Gie.

"Kenapa semua orang meninggalkanku...!!!" Suara Ryan mulai serak, matanya memerah berkaca-kaca.

"Aku tidak memiliki siapa pun, namun kamu adalah orang pertama yang membuatku merasa memiliki seseorang"

Ryan memeluk erat tubuh Gie, gadis itu hanya diam tak percaya dengan perbuatan Ryan.

"Jangan pergi" Ucap Ryan sambil memejamkan matanya.

Gie mendorong tubuh Ryan, hingga Ryan yang saat itu

tengah mabuk terjatuh di lantai.

Ryan kembali bangkit dan berusaha memeluk tubuh Gie dengan paksa.

Plakkkk!!!

Satu tamparan keras mendarat di pipi Ryan.

Seketika mata elang Ryan menatap tajam ke arah Gie, Ryan mencekik leher Gie dengan amarah yang membara.

"Kalau saat ini aku tidak bisa memiliki mu, maka orang lain juga tidak boleh memilikimu, tidak ada yang boleh menyentuhmu, jadi matilah saja...!!!" Ucap Ryan yang telah di kuasai oleh iblis dalam dirinya.

"Aghh..." Rintih Gie.

Ryan mengangkat tubuh Gie, matanya menatap mata Gie yang meneteskan sungai air mata.

Semakin lama ia menatap mata itu, semakin ia teringat pada sesosok Gira.

Kaugnay na kabanata

Pinakabagong kabanata

DMCA.com Protection Status