Share

Sambutan Keluarga Marsya

"Duduklah," ujar lelaki tua dengan suara parau.

Ia mendahului duduk, sedangkan kami semua masih mematung di tempat.

"Kenapa kalian masih berdiri saja? Silahkan duduk dan nikmati jamuan ini."

Jamuan?

Sontak mataku mengarah ke meja panjang berbahan marmer. Entah sejak kapan hidangan yang begitu banyak ada di sana. Namun aneh, bukan aroma masakan yang tercium, melainkan lagi-lagi bunga kamboja yang menguar.

Indera penciumanku sangat hapal dengan bau yang tertangkap, sama seperti aroma bunga di rumah Eyang Uti. Aku masih saja hafal dengan aromanya karena pengalaman selama di rumah tersebut, cukup membuatku sport jantung berulang kali.

"Arda, ajak kedua orang tuamu duduk. Nikmati makanan yang ada. Kami sengaja menyiapkan untuk kalian." Kini ganti wanita tua itu yang berbicara.

Oh, no ... mereka menganggapku Arda. Ini artinya mereka belum menyadari aku siapa.

Pandanganku beralih ke Meisya, wajah gadis itu masih pias. Mungkin saja dia masih syok dengan apa yang terjadi. Perlahan aku mendek
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status