Share

4

last update Last Updated: 2025-01-17 15:46:22

"Terimakasih banyak, A', semoga jualannya laris manis," ucapku kepada pria berkulit putih itu.

"Iya, sama-sama, Neng," sahutnya seraya menyerahkan bungkusan kacang rebus tersebut kepadaku, "semoga didengar Gusti Allah. Niat baik pasti didapatnya juga baik," ucapnya.

"Suaminya kemana, Neng? Kok sendirian wae?" tanyanya seraya memperhatikanku dari ujung kaki sampai ujung kepala. Ia tampak iba dengan kondisiku yang seperti orang lunglai.

"Sudah cerai, A'," jawabku memberi alasan. Aku tak tahu harus menjelaskannya bagaimana. Terpaksa aku berbohong.

"Ya, ampun Gusti! Jadi ini mau kemana? Kasian banget kamu, Neng. Lagi hamil di cerai sama Suaminya!"

Lelaki berkulit putih ini kemudian mengambil sesuatu dari tas kecilnya.

"Ini buat beli susu, Neng." Ia menyerahkan tiga lembar uang kertas berwarna merah.

"Nggak usah, A'. Kacang rebus ini sudah cukup!" jawabku.

"Udah nggak apa-apa. Rezki nggak boleh ditolak!" ucapnya.

Dengan terpaksa aku menerima uang tiga ratus ribu itu.

"Masya Allah. Terimakasih banyak, A'," ulangku lagi dengan wajah sumringah.

"Biasa wae atuh, Neng." Lelaki sunda ini tampak heran kenapa aku begitu bahagia ketika diberi kacang rebus dan juga uang tiga ratus ribu. Padahal uang tiga ratus ribu di Provinsi Riau bukanlah nominal yang besar. Aku bahkan sampai meneteskan air mata.

Bukan karena kacang rebus dan uang pemberiannya yang membuatku begitu bahagia, melainkan kertas yang membungkus kacang itu.

Tukang kacang rebus itu meninggalkanku seraya menyunggingkan senyuman yang penuh tanya. Ia sampai menggeleng-gelengkan kepala karena aku tampak begitu berbahagia ketika menerima kacang rebus dan uang pemberiannya.

Kugenggam erat kacang rebus tersebut. Kemudian aku duduk di tepi jalan. Aku tak perduli walaupun tak ada peneduh di jalan ini. Aku duduk bersila di atas bebatuan kerikil jalan yang begitu panas karena teriknya sinar matahari. Sesekali aku mengernyit kesakitan karena batu kerikil yang aku duduki sangat panas.

Aku menumpahkan kacang-kacang rebus itu ke baju. Kemudian membuka lebar  kertas tersebut. Aku benar-benar penasaran dengan secarik kertas itu.

'Rumah Sakit...'

Aduhl! Aku tak bisa membaca tulisan selanjutnya. Aku tak tahu nama Rumah Sakitnya. Tulisannya memudar akibat air rebusan kacang ini. Nama jalan Rumah Sakit yang tertera di bawahnya juga tak bisa aku baca.

'.... PROGRAM'

Lagi dan lagi tulisannya memudar akibat rebusan air kacang ini.

Aku menelaah isi tulisan tersebut. '.....PROGRAM?'

"Progam hamil?" gumamku menerka-nerka. Aku mendekatkan kertas itu ke wajahku. Aku mencoba membaca tulisan yang telah memudar, tetapi tulisan itu benar-benar sudah tak bisa dibaca lagi. Hanya kata ' In' di awal dan 'ion' di akhir kalimatnya. Aku yakin di belakang kata 'Program' itu adalah kalimat berbahasa inggris.

Aku terus membaca dengan seksama seluruh tulisan-tulisan yang ada di kertas itu, tetapi sayangnya tulisan-tulisan yang ada di kertas tersebut hampir semuanya memudar akibat air rebusan kacang.

"Aduh! Bagaimana ini?" Aku sedikit kecewa karena tidak bisa membaca tulisan yang ada di kertas itu sepenuhnya.

Tetapi untungnya aku bisa membaca nama orang yang ada di secarik kertas itu. Nama tersebut tertera di bawah foto 3*4 yang membuatku semakin yakin kalau foto tersebut adalah aku.

Suami. : Muhamad Syarif.

Isteri.    : Hana Binti Abdullah.

Di bawah secarik kertas itu juga membubuhkan identitas mereka.

Nama : Hana Binti Abdullah.

TTL.     : Desa Madinah,.....'

Tulisan berikutnya lagi-lagi tak bisa aku baca karena memudar.

'Nama : Muhammad...'

Selanjutnya aku tidak bisa membacanya karena tulisannya memudar.

"Ya, Allah, sebenarnya apa maksud dari secarik kertas ini?" gumamku seraya menyeka peluh yang membasahi wajah akibat pancaran sinar matahari yang begitu terik.

"Kenapa di kertas ini aku sudah memiliki seorang suami? Apa yang sebenarnya terjadi?" Pikiranku terus bertanya-tanya.

Kulipat kertas ini dengan rapih, kemudian memasukannya kedalam saku baju. Aku yakin dari kertas ini aku bisa menguak permasalahanku.

"Ya, Allah, terima kasih banyak engkau memberikan sedikit petunjuk untuk masalahku ini," ucapku seraya bangkit dari duduk. Aku ingin kembali melanjutkan perjalanan walaupun aku tak tahu mau kemana.

Baru saja aku melangkahkan kaki tiba-tiba sebuah mobil dari kejauhan melaju begitu cepat. Mobil itu seperti sengaja ingin menabrakku. Aku tak bisa mengelak karena mobil tersebut melaju begitu cepat.

"Awasssss ada mobil!" pekik seorang pria seraya berlari ke arahku. Tadi aku sempat melihat ada seorang pria tengah memancing di tepi sungai tak jauh dari aku duduk, tetapi aku mengabaikan lelaki itu. Jarak antara sungai dan tepi jalan hanya berjarak satu langkah saja.

Pria yang tak kukenal itu kemudian menarik tubuhku. Ia memeluk erat tubuhku dari belakang seraya menjauhkanku dari jalan. Ketika pria tersebut menarikku selang beberapa detik mobil berwarna hitam melintas tepat di hadapan kami. Mobil tersebut berlalu begitu saja dengan kecepatan tinggi.

Lelaki yang tak kukenal itu tak sanggup menyangga tubuhku yang lumayan berat karena ada janin yang semakin membesar. Aku dan lelaki yang tak ku kenal itu terjerumus masuk ke dalam sungai. Untungnya tak ada batu di sungai tersebut. Sungai-sungai di desaku kebanyakan sungai-sungai rawa.

"Byurrr!" Aku dan lelaki yang tak ku kenal itu terjerembab ke dalam sungai. Setelah itu aku tak sadarkan diri. Hanya percikan air yang kurasakan.

"Astaghfirullah, wanita ini ternyata sedang hamil!" ucap pria tersebut seraya memapahku dan membawaku ke tepi jalan. Mataku tak bisa lagi terbuka, tetapi aku masih bisa mendengar dan merasakan apa yang terjadi denganku. Aku setengah sadar.

"Perempuan ini harus segera diselamatkan!" serunya.

Setelah beberapa saat memapahku pria itu memasukanku kedalam mobil. Ia membaringkanku di belakang mobilnya, kemudian ia masuk ke dalam dan menjalankan mobil tersebut.

"Sabar ya... Sabar, aku yakin kamu dan bayi kamu baik-baik saja." Lelaki tersebut tampak begitu panik.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Misteri Janin di Rahim Gadis Perawan.   31

    Hari ini adalah hari yang sangat spesial bagi aku dan Bang Fadlan. Seminggu setelah keluar dari rumah sakit kami memutuskan untuk melakukan ijab kabul. Kami tak melakukan acara apapun. Hanya ijab kabul saja yang dihadiri beberapa orang penting di kampungku dan juga beberapa para petinggi di perusahaan almarhum ayahku.Acara ijab kabul dilaksanakan di masjid tak jauh dari rumahku. Kini kami tinggal menunggu penghulu dan juga wali hakim datang. Penghulu yang akan menikahkan ku mengatakan kalau acara ijab kabul akan dilaksanakan sekitar pukul sepuluh pagi. Dan sekarang masih pukul delapan.Aku menikah dengan menggunakan wali hakim. Sebab aku tak pernah mengenal saudara-saudara dari pihak ayah maupun ibuku. Semenjak ayahku menginjakan kaki di kampung ini ia tak pernah kembali lagi ke kampung halamannya. Aku bahkan tak tahu di mana kampung halaman ayahku. Begitu juga dengan kampung halaman Ibuku.Walaupun aku aku tak mengadakan pesta pernikahan, tetapi orang-orang di kampungku berbondong

  • Misteri Janin di Rahim Gadis Perawan.   30

    Tiga minggu kemudian...Hari yang di tunggu-tunggu pun tiba. Pagi ini aku, Ibu Syarah, Kak Aisyah, dan juga Bang Fadlan akan berangkat ke rumah sakit yang ada di Pekan Baru. Siang ini rencananya aku akan melakukan persalinan. Jantungku berdetak tak karuan. Sebentar lagi aku akan melahirkan seorang bayi. Dan sebentar lagi aku resmi menjadi seorang ibu."Semuanya sudah dibawa?" tanya Bang Fadlan sambil beranjak masuk ke dalam mobil. Bang Fadlan tampak gelisah. Sebab setelah bayi ini lahir ia akan melakukan tes DNA. Kami semua ingin tahu apakah bayi yang aku lahirkan adalah darah daging Bang Fadlan atau bukan. Kalau ternyata bukan aku tak tahu bagaimana mana menemukan ayah dari anakku ini. Karena orang yang tahu dari mana benih ini berasal hanyalah Kak Vina. Kalau pun bayi ini darah daging Bang Fadlan apakah dia mau menikahi aku? Jujur dari dalam lubuk hati yang terdalam aku sangat berharap ia menjadi suami ku. Siapa yang tak mau memiliki suami gagah, tampan, dan soleh, tetapi sayangnya

  • Misteri Janin di Rahim Gadis Perawan.   29

    Tiga bulan kemudian...Tiga bulan telah berlalu. Bayi yang aku kandung sudah memasuki bulan ke-sembilan. Beberapa minggu ke depan aku akan melahirkan seorang bayi. Aku sudah tidak sabar melihat darah dagingku meskipun aku belum tahu siapa ayah dari bayi yang aku kandung ini."Bayi Ibu laki-laki," kata dokter yang memeriksaku beberapa hari yang lalu. Sudah lebih dari tiga kali aku melakukan USG. Dan hasilnya sama."Kira-kira apa nama bayi ini yang cocok, Ma?" tanyaku kepada Ibu Syarah. Wanita paruh baya ini sekarang tinggal bersamaku di rumah peninggalan kedua orang tuaku.Begitu juga dengan Bang Fadlan. Ia juga tinggal di kampung ku, tetapi ia tidak tinggal di rumahku. Ia tinggal di rumah Bang Arkan seorang diri. Semenjak Bang Arkan dipenjara isterinya memutuskan untuk meninggalkan kampung ini. Ia tidak tahan mendengar gunjingan orang-orang kampung. Salah seorang warga sempat melihat kak Anggi di Pekan Baru. Ia melihat Kak Anggi berdiri di depan rumah karoke dengan berpakaian seksi.

  • Misteri Janin di Rahim Gadis Perawan.   28

    Tetapi Polisi-polisi itu tak bisa menyelamatkan Kak Vina. Wanita yang selalu berpakaian seksi itu jatuh ke jurang."Vinaaaaaa!!!!" teriak Ibu Syarah seraya mendekati pagar pembatas. Semua orang ikut berlari mendekati pagar pembatas untuk melihat Kak Vina. "Vinaaaaaa!!" lirihnya. Ia terduduk lemas seraya memegang besi pembatas. Ia menangis sesunggukan meratapi anaknya yang telah jatuh ke jurang yang terjal itu. Hati siapa yang tak hancur melihat anak satu-satunya terjatuh ke jurang.Walaupun anaknya durhaka, tetapi dia tetaplah darah dagingnya. Yang ia kandung sembilan bulan lamanya."Sabar, Ma," Aku mencoba menenangkan Ibu angkatku itu seraya memeluk erat tubuhnya.Pak Kapolda kemudian meraih telfon genggamnya. Segera ia menghubungi tim SAR."Lebih baik kita kembali ke kantor polisi!" ajak Pak Kapolda. Kami pun meninggalkan tempat ini.***Jam menunjukkan pukul 12 malam. Kami tengah menunggu kabar dari tim SAR apakah mereka berhasil menemukan Kak Vina."Selamat malam," seorang pria p

  • Misteri Janin di Rahim Gadis Perawan.   27

    Ketika orang tersebut membuka kaca mata dan jaket hitamnya aku dan Ibu Syarah begitu terperanjat. Ternyata apa yang kami sangka-sangka selama ini benar. Orang tersebut adalah Kak Vina anak Ibu Syarah. Wanita berambut pirang itu mengibas-ngibaskan rambutnya yang tergerai panjang. Ia tak gentar walaupun ada lima orang polisi di hadapannya. Kak Vina kemudian menatap aku dan Ibu Syarah. Ia bertanya-tanya di dalam hati siapa dua wanita bercadar ini."Astaghfirullah, ternyata dugaan kami selama ini benar, ternyata anakku ikut dalam masalah ini," ucap Ibu Syarah sambil terus beristighfar. Tangannya bergetar. Matanya berkaca-kaca."Anda jangan sembarangan menuduh saya! Mana buktinya kalau saya melakukan tindakan kejahatan, ha!" ucap Kak Vina dengan meninggikan suaranya."Sudah, kamu mengaku saja Vina, anakku!" ucap Ibu Syarah. Ia kemudian membuka cadarnya.Kak Vina terlihat shock. Ia tak menyangka ternyata orang yang memakai cadar itu adalah ibunya."Ma--ma," seru Kak Vina dengan suara terbat

  • Misteri Janin di Rahim Gadis Perawan.   26

    "Bagaimana, Pak? Kapan kita bertemu dengan orang tersebut?" tanyaku kepada Pak Kapolda. Aku dan Ibu Syarah sekarang berada di kantor polisi. Tadi pagi sekitar pukul sepuluh kami berangkat dari rumah. Salah seorang warga mengantarkan kami ke kantor polisi."Hari ini kita akan bertemu dengan orang tersebut," jawab pak Kapolda."Kira-kira siapa orang tersebut?" Aku bertanya-tanya di dalam hati."Dimana bertemunya, Pak?" tanyaku lagi."Seperti biasa di tempat-tempat nongkrong, tetapi bukan tempat yang kemarin," jawabnya."Ayo bersiap-siap semuanya kita berangkat sekarang!" seru Pak Kapolda seraya bangkit.Bang Arkan kembali ikut karena dialah orang yang tahu siapa pemilik benih yang tertanam di dalam rahimku ini. Sebelum kami pergi aku menyempatkan diri untuk bertemu dengan Bik Misnah. Aku ingin melihat bagaimana kondisi perempuan yang tak memiliki hati nurani itu."Hai manusia berhati iblis," sapa ku ketika bertemu Bik Misnah yang mendekap di dalam sell. Aku tersenyum sinis kepada wani

  • Misteri Janin di Rahim Gadis Perawan.   25

    "Kenapa kau tega melakukan ini kepada ku?!" pekikku seraya melepaskan cadarku, "Apa salah ku!?".Seluruh tubuhku seketika menjadi panas dingin. Buliran air mata terus membasahi pipi ini. Aku menangis sesenggukan di hadapan warga kampung."Hana?" seru warga kampung. Mereka begitu terperanjat. Mereka baru menyadari kalau orang yang memakai cadar itu adalah aku. Hana binti Abdullah. Gadis yang mereka caci maki dan mereka fitnah. Beberapa warga desa terlihat menundukkan kepala mereka. Mereka merasa malu karena pernah memfitnahku."Kenapa kau tega melakukan ini kepadaku? pekikku lagi dengan suara bergetar."Kurang baik apa ayah dan ibuku kepada kau!" tanyaku seraya mendekatinya."Kenapa kau menunduk!" geram ku. Aku kemudian meramas wajah orang tersebut dengan kedua tanganku. Ya, kali ini aku menjadi anak yang tak sopan. Meramas wajah orang yang puluhan tahun lebih tua dariku. Sambil mendekatkan wajahku ke wajahnya aku berkata, "lihat aku!" "Bik Misnah!" tatapku dengan penuh emosi. Suaraku

  • Misteri Janin di Rahim Gadis Perawan.   24

    Dan benar saja sesuatu terjadi di keluarga kami. Bang Arkan mengeluarkan memory card dari CCTV kamera yang berukuran sangat kecil itu. CCTV kamera itu harganya sangat mahal. Biasanya dipakai orang-orang untuk menjebak seseorang yang melakukan tindak kejahatan. Setelah mengeluarkan memory card dari CCTV kamera tersebut Bang Arkan memasukannya ke dalam card reader. Kemudian menghubungkannya ke sebuah laptop. Dan bukti pertama pun akan segera terlihat. Kamera tersebut memperlihatkan ada tiga orang berdiri di depan rumahku. Dua orang pria dan satu orang wanita. Mereka seperti tengah berdiskusi. Entah apa yang mereka diskusikan. Tak jauh dari mereka ada sebuah mobil mewah terparkir di sana. Mobil tersebut adalah mobil milik almarhum ayahku. Dan mobil itulah yang menghilangkan nyawa Ayah dan ibuku. Buliran air mata kembali membasahi pipi ini setiap mengingat sesuatu hal yang berhubungan dengan kedua orang tuaku. Sebenarnya aku tak sanggup melihat rekaman itu, tetapi aku ingin men

  • Misteri Janin di Rahim Gadis Perawan.   23

    "Check...,Check," Terdengar suara seseorang dari 'walkie talkie' yang tersimpan di saku celana sopir kami. Lelaki paruh baya yang juga seorang polisi itu mengeluarkan 'walkie talkie' dari saku celananya."Siap, Komandan!" ujarnya."Ayo, semuanya keluar!" pinta Pak Kapolda."Sebentar lagi akan dimulai!" ucap Pak Kapolda lagi dengan suara berbisik.Kampi pun bergegas keluar dari mobil. Sebelum keluar dari mobil, tadi Pak Kapolda berpesan kepadaku untuk memakai cadar. Aku pun menuruti perintah dari pak Kapolda. Ibu Syarah membantuku memasangkan cadar berwarna hitam yang sepadan dengan baju kaftan yang aku pakai. Ia juga memakai baju yang selaras denganku, tetapi ia tidak memakai cadar sepertiku. dr. Syarif juga ikut keluar. Dia akan menjadi saksi nanti. Suasana di balai desa sangat ramai. Semua kursi penuh."Ada apa sebenarnya ini?" ucap warga kampung. Mereka terheran-heran ketika melihat ada sepuluh orang polisi masuk ke balai desa. Sepuluh orang polisi itu kemudian berpencar dan berdir

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status