Share

5

last update Last Updated: 2025-01-17 22:11:02

"Tolong! Tolong!" Aku mendengar pria tersebut berteriak seraya menghentikan mobilnya. Kelopak mataku masih belum bisa terbuka, tetapi indera pendengaranku masih bisa merasakan apa yang terjadi di sekelilingku. Badanku masih terasa lemas.

Aku mendengar lelaki itu membuka pintu mobilnya, kemudian ia berjalan tergesa-gesa untuk membuka pintu mobil belakang.

Lelaki yang belum kutahu wajahnya itu dengan penuh hati-hati mengangkat tubuhku. Tangannya begitu kekar.

"Bismillah," ucapnya, "semoga kamu dan bayimu baik-baik saja."

"Ada apa, Nak?" Terdengar seorang wanita keluar dari rumah. Langkahnya tergesa-gesa. Ia berjalan menghampiri pria itu. Ia begitu khawatir.

"Astaghfirullah, ini siapa?" tanyanya dengan suara seperti orang panik, "kenapa dengan perempuan ini, Nak?"

Wanita yang aku yakini sudah berumur itu memeriksa keadaanku. Berkali-kali ia memeriksa suhu tubuhku. Ia meletakkan tangannya di kening dan leherku.

"Perempuan ini hampir saja tertabrak mobil di daerah perkebunan sawit tempat di mana Fadlan sering memancing, Ma," terangnya seraya memapahku masuk ke dalam rumahnya.

"Ketabrak mobil?" tanyanya.

"Iy--Iya, Ma."

"Tetapi kenapa bajunya basah kuyup?" tanyanya lagi dengan penuh penasaran, "baju kamu juga basah kuyup?"

"Aku dan perempuan ini terjerembab ke dalam sungai gara-gara mobil yang hendak menabraknya!" jelas lelaki itu sambil terus berjalan.

"Astaga! Kenapa bisa sampai begitu? Apa jangan-jangan orang itu memang sengaja mau menabraknya?"

"Entahlah!" jawabnya.

"Lalu?" tanya wanita paruh baya itu lagi.

"Aku menariknya dari belakang agar ia tidak tertabrak. Karena jarak sungai dan jalan berdekatan aku tak bisa mengelak, jadilah kami terjatuh. Untungnya sungainya tidak dalam dan tak banyak batu. Dan untungnya lagi tanganku terus memeluk erat tubuhnya walaupun kami sudah terjerembab ke dalam sungai!" jelas lelaki bersuara berat itu dengan panjang lebar seraya memapahku dengan sangat hati-hati.

Wanita paruh baya itu mengikuti dari belakang, dengan penuh kekhawatiran ia berkata, "Ayo cepat-cepat bawa dia ke kamar Mama. Jangan ke kamar kamu nanti isteri kamu marah-marah lagi. Dikiranya nanti ini selingkuhanmu!"

"Ayo cepat!" desaknya.

"Ya, Allah! Semoga kamu dan bayi yang kamu kandung baik-baik saja! Apa yang sebenarnya terjadi dengan kamu, Nak!" Wanita paruh baya itu tampak begitu khawatir.

"Iy--Iya, Ma," jawabnya.

Sesampainya di dalam rumah pria tersebut meletakkanku ke sebuah kasur. Dengan penuh hati-hati ia membaringkanku ke kasur.

"Kamu keluar, Fadlan!" seru wanita paruh baya itu, "Mama mau membersihkan tubuhnya dan mengganti pakaiannya!"

"Biar Fadlan bantu, Ma," saran pria bersuara berat itu.

"Edan! Kamu pikir ini isteri kamu!" murka wanita paruh baya itu, "sudah kamu keluar biar Mama yang urus. Haram hukumnya melihat wanita yang bukan mahram kamu!"

"Iy--iya, Ma, Fadlan keluar," Terdengar suara daun pintu tertutup.

Wanita paruh baya itu kemudian melucuti seluruh pakaianku. Ia juga membuka kerudungku. Aku merasakan ia mengelap tubuhku dengan sebuah handuk yang telah dibasahi dengan air hangat. Setelah itu ia mengelap tubuhku dengan handuk kering. Orang yang ku yakini adalah wanita paruh baya itu kemudian mengoleskan minyak yang membuat tubuh ini menjadi hangat. Setelah itu ia memakaikan pakaian dan juga kerudung.

"Mudah-mudahan kamu dan bayi kamu baik-baik saja," bisiknya seraya menutupi tubuhku dengan kain tebal, "MasyaAllah wajahmu cantik sekali, tetapi kenapa suamimu tega membiarkanmu pergi sendirian?"

Setelah itu aku benar-benar tertidur pulas. Aku tak tahu apa yang terjadi selanjutnya.

***

"A--Aku dimana?" lirihku seraya membuka mata. Aku bangkit dan menyandarkan tubuhku di dinding. Kulihat di sekelilingku. Sekarang aku berada di sebuah kamar yang tampak begitu sederhana. Hanya ada kasur lusuh dan juga lemari plastik di kamar ini.

"Alhamdulillah kamu sudah sadar, Nak," ucap seorang wanita paruh baya berkerudung hitam. Ia membawa segelas teh panas dan juga beberapa helai roti.

"Fadlan!" teriak wanita paruh baya itu.

"Fadlan!" teriaknya lagi, "kemana menantu kesayanganku itu!"

"Iy--Iya, Ma," jawab seorang pria bersuara berat. Ia berjalan tergesa-gesa menuju kamar.

"Kenapa, Ma?"

"Dia sudah siuman."

Aku melihat seorang pria berwajah tampan dan berbadan atletis masuk ke kamar. Kulitnya sawo matang. Hidungnya mancung dan rambutnya cepak. Yang membuatnya terlihat semakin tampan matanya yang sayu khas lelaki jawa. Pria berbadan atletis itu kemudian duduk di samping wanita paruh baya berkerudung hitam itu. Ia tampak begitu bahagia ketika melihatku siuman.

"Kamu sudah siuman?" tanyanya.

"Se--sekarang aku ada dimana?" Aku berbalik bertanya kepada lelaki berkulit putih dan berhidung mancung ini. Kumis dan berewok tipisnya membuat lelaki yang mungkin masih berusia 25 tahun ini semakin terlihat tampan dan gagah saja. Ditambah suaranya yang begitu berat yang membuat iman para kaum hawa tergoda. Badannya juga sangat atletis.

"MasyaAllah. Kenapa lelaki ini tampan sekali?" ucapku di dalam hati. Mataku tak berkedip sekalipun sangkin tampannya lelaki berbadan atletis ini.

"Sekarang kamu di rumah saya," jelas pria berambut cepak ini.

"Minum dulu teh hangatnya, Nak," pinta wanita paruh baya ini.

"Terimakasih banyak, Bu." Aku tersenyum kepadanya seraya mengambil segelas teh manis hangat pemberian darinya.

"Ini roti selainya juga dimakan," tawarnya, "biar kamu tidak masuk angin."

Karena aku sudah sangat lapar akupun mengambil sepotong roti yang berisi selai itu, "Terimakasih banyak, Bu."

"Sayang!" Terdengar suara seorang wanita memanggil-manggil.

"Sayang, kamu dimana?" teriaknya lagi.

"Aku di kamar Mama, Sayang," balas pria berambut cepak ini.

"Ya, ampun ngapain kamu di sini, Sayang?" Seorang wanita berbaju seksi dan berambut pirang masuk ke dalam kamar. Ia menenteng beberapa tas di tangannya. Sepertinya ia baru saja berbelanja.

"Ka--kamu," Perempuan berambut pirang itu terlihat kaget melihatku. Ia bahkan menjatuhkan seluruh barang-barang yang ada di tangannya.

"Kenapa, Sayang? Kamu kenal dengan perempuan ini?" tanya pria berambut cepak itu.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Misteri Janin di Rahim Gadis Perawan.   31

    Hari ini adalah hari yang sangat spesial bagi aku dan Bang Fadlan. Seminggu setelah keluar dari rumah sakit kami memutuskan untuk melakukan ijab kabul. Kami tak melakukan acara apapun. Hanya ijab kabul saja yang dihadiri beberapa orang penting di kampungku dan juga beberapa para petinggi di perusahaan almarhum ayahku.Acara ijab kabul dilaksanakan di masjid tak jauh dari rumahku. Kini kami tinggal menunggu penghulu dan juga wali hakim datang. Penghulu yang akan menikahkan ku mengatakan kalau acara ijab kabul akan dilaksanakan sekitar pukul sepuluh pagi. Dan sekarang masih pukul delapan.Aku menikah dengan menggunakan wali hakim. Sebab aku tak pernah mengenal saudara-saudara dari pihak ayah maupun ibuku. Semenjak ayahku menginjakan kaki di kampung ini ia tak pernah kembali lagi ke kampung halamannya. Aku bahkan tak tahu di mana kampung halaman ayahku. Begitu juga dengan kampung halaman Ibuku.Walaupun aku aku tak mengadakan pesta pernikahan, tetapi orang-orang di kampungku berbondong

  • Misteri Janin di Rahim Gadis Perawan.   30

    Tiga minggu kemudian...Hari yang di tunggu-tunggu pun tiba. Pagi ini aku, Ibu Syarah, Kak Aisyah, dan juga Bang Fadlan akan berangkat ke rumah sakit yang ada di Pekan Baru. Siang ini rencananya aku akan melakukan persalinan. Jantungku berdetak tak karuan. Sebentar lagi aku akan melahirkan seorang bayi. Dan sebentar lagi aku resmi menjadi seorang ibu."Semuanya sudah dibawa?" tanya Bang Fadlan sambil beranjak masuk ke dalam mobil. Bang Fadlan tampak gelisah. Sebab setelah bayi ini lahir ia akan melakukan tes DNA. Kami semua ingin tahu apakah bayi yang aku lahirkan adalah darah daging Bang Fadlan atau bukan. Kalau ternyata bukan aku tak tahu bagaimana mana menemukan ayah dari anakku ini. Karena orang yang tahu dari mana benih ini berasal hanyalah Kak Vina. Kalau pun bayi ini darah daging Bang Fadlan apakah dia mau menikahi aku? Jujur dari dalam lubuk hati yang terdalam aku sangat berharap ia menjadi suami ku. Siapa yang tak mau memiliki suami gagah, tampan, dan soleh, tetapi sayangnya

  • Misteri Janin di Rahim Gadis Perawan.   29

    Tiga bulan kemudian...Tiga bulan telah berlalu. Bayi yang aku kandung sudah memasuki bulan ke-sembilan. Beberapa minggu ke depan aku akan melahirkan seorang bayi. Aku sudah tidak sabar melihat darah dagingku meskipun aku belum tahu siapa ayah dari bayi yang aku kandung ini."Bayi Ibu laki-laki," kata dokter yang memeriksaku beberapa hari yang lalu. Sudah lebih dari tiga kali aku melakukan USG. Dan hasilnya sama."Kira-kira apa nama bayi ini yang cocok, Ma?" tanyaku kepada Ibu Syarah. Wanita paruh baya ini sekarang tinggal bersamaku di rumah peninggalan kedua orang tuaku.Begitu juga dengan Bang Fadlan. Ia juga tinggal di kampung ku, tetapi ia tidak tinggal di rumahku. Ia tinggal di rumah Bang Arkan seorang diri. Semenjak Bang Arkan dipenjara isterinya memutuskan untuk meninggalkan kampung ini. Ia tidak tahan mendengar gunjingan orang-orang kampung. Salah seorang warga sempat melihat kak Anggi di Pekan Baru. Ia melihat Kak Anggi berdiri di depan rumah karoke dengan berpakaian seksi.

  • Misteri Janin di Rahim Gadis Perawan.   28

    Tetapi Polisi-polisi itu tak bisa menyelamatkan Kak Vina. Wanita yang selalu berpakaian seksi itu jatuh ke jurang."Vinaaaaaa!!!!" teriak Ibu Syarah seraya mendekati pagar pembatas. Semua orang ikut berlari mendekati pagar pembatas untuk melihat Kak Vina. "Vinaaaaaa!!" lirihnya. Ia terduduk lemas seraya memegang besi pembatas. Ia menangis sesunggukan meratapi anaknya yang telah jatuh ke jurang yang terjal itu. Hati siapa yang tak hancur melihat anak satu-satunya terjatuh ke jurang.Walaupun anaknya durhaka, tetapi dia tetaplah darah dagingnya. Yang ia kandung sembilan bulan lamanya."Sabar, Ma," Aku mencoba menenangkan Ibu angkatku itu seraya memeluk erat tubuhnya.Pak Kapolda kemudian meraih telfon genggamnya. Segera ia menghubungi tim SAR."Lebih baik kita kembali ke kantor polisi!" ajak Pak Kapolda. Kami pun meninggalkan tempat ini.***Jam menunjukkan pukul 12 malam. Kami tengah menunggu kabar dari tim SAR apakah mereka berhasil menemukan Kak Vina."Selamat malam," seorang pria p

  • Misteri Janin di Rahim Gadis Perawan.   27

    Ketika orang tersebut membuka kaca mata dan jaket hitamnya aku dan Ibu Syarah begitu terperanjat. Ternyata apa yang kami sangka-sangka selama ini benar. Orang tersebut adalah Kak Vina anak Ibu Syarah. Wanita berambut pirang itu mengibas-ngibaskan rambutnya yang tergerai panjang. Ia tak gentar walaupun ada lima orang polisi di hadapannya. Kak Vina kemudian menatap aku dan Ibu Syarah. Ia bertanya-tanya di dalam hati siapa dua wanita bercadar ini."Astaghfirullah, ternyata dugaan kami selama ini benar, ternyata anakku ikut dalam masalah ini," ucap Ibu Syarah sambil terus beristighfar. Tangannya bergetar. Matanya berkaca-kaca."Anda jangan sembarangan menuduh saya! Mana buktinya kalau saya melakukan tindakan kejahatan, ha!" ucap Kak Vina dengan meninggikan suaranya."Sudah, kamu mengaku saja Vina, anakku!" ucap Ibu Syarah. Ia kemudian membuka cadarnya.Kak Vina terlihat shock. Ia tak menyangka ternyata orang yang memakai cadar itu adalah ibunya."Ma--ma," seru Kak Vina dengan suara terbat

  • Misteri Janin di Rahim Gadis Perawan.   26

    "Bagaimana, Pak? Kapan kita bertemu dengan orang tersebut?" tanyaku kepada Pak Kapolda. Aku dan Ibu Syarah sekarang berada di kantor polisi. Tadi pagi sekitar pukul sepuluh kami berangkat dari rumah. Salah seorang warga mengantarkan kami ke kantor polisi."Hari ini kita akan bertemu dengan orang tersebut," jawab pak Kapolda."Kira-kira siapa orang tersebut?" Aku bertanya-tanya di dalam hati."Dimana bertemunya, Pak?" tanyaku lagi."Seperti biasa di tempat-tempat nongkrong, tetapi bukan tempat yang kemarin," jawabnya."Ayo bersiap-siap semuanya kita berangkat sekarang!" seru Pak Kapolda seraya bangkit.Bang Arkan kembali ikut karena dialah orang yang tahu siapa pemilik benih yang tertanam di dalam rahimku ini. Sebelum kami pergi aku menyempatkan diri untuk bertemu dengan Bik Misnah. Aku ingin melihat bagaimana kondisi perempuan yang tak memiliki hati nurani itu."Hai manusia berhati iblis," sapa ku ketika bertemu Bik Misnah yang mendekap di dalam sell. Aku tersenyum sinis kepada wani

  • Misteri Janin di Rahim Gadis Perawan.   25

    "Kenapa kau tega melakukan ini kepada ku?!" pekikku seraya melepaskan cadarku, "Apa salah ku!?".Seluruh tubuhku seketika menjadi panas dingin. Buliran air mata terus membasahi pipi ini. Aku menangis sesenggukan di hadapan warga kampung."Hana?" seru warga kampung. Mereka begitu terperanjat. Mereka baru menyadari kalau orang yang memakai cadar itu adalah aku. Hana binti Abdullah. Gadis yang mereka caci maki dan mereka fitnah. Beberapa warga desa terlihat menundukkan kepala mereka. Mereka merasa malu karena pernah memfitnahku."Kenapa kau tega melakukan ini kepadaku? pekikku lagi dengan suara bergetar."Kurang baik apa ayah dan ibuku kepada kau!" tanyaku seraya mendekatinya."Kenapa kau menunduk!" geram ku. Aku kemudian meramas wajah orang tersebut dengan kedua tanganku. Ya, kali ini aku menjadi anak yang tak sopan. Meramas wajah orang yang puluhan tahun lebih tua dariku. Sambil mendekatkan wajahku ke wajahnya aku berkata, "lihat aku!" "Bik Misnah!" tatapku dengan penuh emosi. Suaraku

  • Misteri Janin di Rahim Gadis Perawan.   24

    Dan benar saja sesuatu terjadi di keluarga kami. Bang Arkan mengeluarkan memory card dari CCTV kamera yang berukuran sangat kecil itu. CCTV kamera itu harganya sangat mahal. Biasanya dipakai orang-orang untuk menjebak seseorang yang melakukan tindak kejahatan. Setelah mengeluarkan memory card dari CCTV kamera tersebut Bang Arkan memasukannya ke dalam card reader. Kemudian menghubungkannya ke sebuah laptop. Dan bukti pertama pun akan segera terlihat. Kamera tersebut memperlihatkan ada tiga orang berdiri di depan rumahku. Dua orang pria dan satu orang wanita. Mereka seperti tengah berdiskusi. Entah apa yang mereka diskusikan. Tak jauh dari mereka ada sebuah mobil mewah terparkir di sana. Mobil tersebut adalah mobil milik almarhum ayahku. Dan mobil itulah yang menghilangkan nyawa Ayah dan ibuku. Buliran air mata kembali membasahi pipi ini setiap mengingat sesuatu hal yang berhubungan dengan kedua orang tuaku. Sebenarnya aku tak sanggup melihat rekaman itu, tetapi aku ingin men

  • Misteri Janin di Rahim Gadis Perawan.   23

    "Check...,Check," Terdengar suara seseorang dari 'walkie talkie' yang tersimpan di saku celana sopir kami. Lelaki paruh baya yang juga seorang polisi itu mengeluarkan 'walkie talkie' dari saku celananya."Siap, Komandan!" ujarnya."Ayo, semuanya keluar!" pinta Pak Kapolda."Sebentar lagi akan dimulai!" ucap Pak Kapolda lagi dengan suara berbisik.Kampi pun bergegas keluar dari mobil. Sebelum keluar dari mobil, tadi Pak Kapolda berpesan kepadaku untuk memakai cadar. Aku pun menuruti perintah dari pak Kapolda. Ibu Syarah membantuku memasangkan cadar berwarna hitam yang sepadan dengan baju kaftan yang aku pakai. Ia juga memakai baju yang selaras denganku, tetapi ia tidak memakai cadar sepertiku. dr. Syarif juga ikut keluar. Dia akan menjadi saksi nanti. Suasana di balai desa sangat ramai. Semua kursi penuh."Ada apa sebenarnya ini?" ucap warga kampung. Mereka terheran-heran ketika melihat ada sepuluh orang polisi masuk ke balai desa. Sepuluh orang polisi itu kemudian berpencar dan berdir

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status