“Jaga mulutmu, Leah, tak ada yang meminta pendapatmu di sini.”“Tsk! Mentang-mentang ada barang baru ya Remi, kau berlagak ketus padaku.”Remi tak terima ucapan Leah dan menyudutkannya ke dinding, punggung Leah membentur dinding itu keras, tampak ia mengaduh tapi tak dihiraukan oleh Remi. “Sudah kukatakan untuk tak mengusikku, jangan membuat drama padaku, aku tak seperti Langdon yang gampang tertipu olehmu.”“Remi, lepaskan.” Aku dan Ray berusaha melerai mereka.“Ouch Remi, kau menyakitiku.” Leah memasang tampang memelas pura-pura. Remi melepaskan jeratannya pada leher Leah yang lalu terbatuk-batuk.“Kau hanyalah istri Langdon, bukan keluargaku, kuingatkan jika kau lupa akan hal itu. KAU tidak pernah kuanggap sebagai keluarga, pendapatmu tak penting. Simpan untuk dirimu sendiri.”“Sst... Remi, Remi. Ayo, tinggalkan saja dia.” Ray menepuk-nepuk pundah Remi.“Aku sudah cukup sabar selama ini, dia jadi tak tahu tempat.”“I know. Sudahlah, jangan hiraukan, dia semakin suka jika mendapat p
“Excuse me?!” Ray berteriak mewakili keterkejutanku, tentu saja ia tak terima klien sekaligus sahabatnya dijadikan bidak catur seenak jidat mereka.“Bagaimana, Remi? Kau pasti lebih tahu mengapa aku memintamu.” Langdon tak memedulikan rasa keberatanku dan Ray, kali ini memandang Remi tepat di mata.PRAANG!! Suara gelas pecah di lempar ke lantai membuat beberapa orang berjingkat terkejut.“Kau gila Langdon! Mengapa kau umpankan putramu sendiri! Biarkan wanita kampungan itu bertanggungjawab terhadap perbuatannya sendiri!!” Leah berdiri dari duduknya dengan tampang murka sembari menunjuk wajahku, detik kemudian ekspresinya berubah yaitu dengan wajah memelas berjalan ke arah Remi dan menyentuh pundak Remi yang membuatnya berjengit jijik. “Remi, sayang. Jangan dengarkan daddy-mu, kau berhak menolaknya.” ia berakting seperti seorang ibu yang baik.“Singkirkan tanganmu, atau kupatahkan.” Remi mengancam Leah yang beruntungnya langsung sadar diri dan menarik tangannya kembali.“Langdon, Sir. S
Satu bulan setelah hubungannya dengan David, Nina pulang dari “kencan”nya selama seminggu penuh dengan mata yang berbinar-binar. Tas koper traveling kecil disampirkannya serampangan ke pojok ruangan. Lalu dengan bersemangat menindihku yang sedang berbaring di atas kasur, pagi itu hujan baru saja turun dan rasa malas sedang menggelayuti mataku.“Uggh! Kau beraaat...” Aku mendorongnya menjauh, tapi Nina tak peduli dan malah memberikanku ciuman di pipi bertubi-tubi, rasa bahagianya sungguh terpancar membuat moodku yang sedang buruk jadi ikut membaik.“Meha, kau tahu kemana kali ini ia mengajakku?! Tempatnya sangat indah! Oh, benar-benar rumah impianku Meha. Aku sudah membayangkan akan menghabiskan hari tuaku di sana sembari membesarkan anak-anak yang lucu bermata cokelat.”“Pffft...! Aku tak meragukan jika itu kau yang menjadi seorang “ibu” Nina, tapi David? Menjadi seorang ayah? Harapanmu berlebihan!”“Kau belum mengenal sisinya yang lain, Meha. David tak seperti yang ia tampakkan di lu
Detektif Tom berdiri dengan cengiran pongah terpampang di bawah kumis lelenya itu, pandangan matanya tak lepas dengan tajam memperhatikan kami masuk. Mengapa Langdon tak menuruti permintaan Remi dan malah mengkhianati kepercayaan putranya sendiri? “Maaf Remi, hanya detektif Tom yang bersedia ditugaskan untuk kasus ini. Detektif yang lain menolak dengan tegas.” Rahang Remi mengeras mendengarkan penjelasan Langdon, ia tahu telah masuk dalam permainan mereka, ia tak punya nilai tawar. Remi menatap Ray meminta dukungan. “Sir, klien saya menolak jika detektif Tom yang menangani kasusnya. Sejak awal klien saya merasa jika detektif Tom tak bisa bersikap objektif.” “Oh, apakah demikian tuan Remi? Ataukah kau masih tak rela melepaskan kenyamananmu di sini?” Tom menimpali dengan nada ejekan. “Bukti apa yang kau punya hingga merasa di angkasa, Tom?” tantang Remi, beruntung ia masih dalam mode tenang. Jika tidak, Tom akan semakin senang bisa memancing emosi Remi dan membuatnya menjadi terliha
“Meha ikut aku, Sir.” Ray menepuk bahuku dari belakang. “Hmm....” “Itu permintaan Remi. Lagipula, aku akan menjaganya.” “Ya, lebih baik jika saya ikut dengan Ray, Sir.” “Baiklah, tapi kau harus berjanji Ray, semua tetap di bawah kontrol. Pastikan ia tak kemana-mana, untuk sementara ini.” “Baik, Sir.” “Oke, kalian boleh pergi.” ‘Yes!’ Sorak hatiku yang senang terbebas dari interogasi orang-orang penting dan kaku ini. Saat aku dan Ray keluar dari ruangan, aku dapat merasakan tatapan tajam mereka menembus punggungku. Uugh, sungguh tak nyaman! Aku bergidik saat Ray menutup pintu. “Haha, kau takut? Jangan pedulikan mereka, anggap saja angin lalu. Remi bilang kau punya petunjuk baru mengenai David? Ayo kita diskusikan sambil jalan, dinding ini bisa mendengar.” Ray mengatakan kalimat terakhir dengan sedikit berbisik, ia mengarahkan kami menuju garasi. “Ya, West Wittering Beach.” “Kalau begitu kita harus segera bergerak, mumpung polisi-polisi itu sedang disibukkan oleh Remi dan para
Aku mencoba berpikir positif dan tetap tenang mengemudikan mobil, bagian pantai yang kami lewati tidak begitu ramai, hanya terdapat beberapa toko persewaan alat surfing dan menyelam di sisi kiri jalan dan itupun telah tutup karena kami tiba saat malam. Lampunya yang kekuningan redup tak membantu menerangi jalan. Sesekali aku melirik ke spion tengah dan masih mendapati mobil yang sama mengekori langkah kami.Aku melirik Ray yang duduk diam menghadap samping, haruskah aku memberitahunya tentang mobil mencurigakan itu? Karena aku sudah mencoba sengaja melambatkan laju tapi mobil itu tetap tak menyalip kami.Sekitar 100 meter kemudian aku melihat salah satu pub yang ramai pengunjung, barisan mobil dan motor memenuhi jalan. Aku sengaja menepi di sana, mobil itu ternyata juga menepi tak jauh dari kami.“Ray, aku ke kamar kecil sebentar.”“Oke, Aku tunggu di mobil ya.”“Mm...” Aku bimbang, haruskah aku memberitahunya? Ataukah aku saja yang sedang paranoid?“Ada apa?” Ray memperhatikanku yang
“Baiklah, kami ikut kalian. Tapi tuan Ray, kami akan menuntutmu karena melakukan penyerangan terhadap petugas.” Sorot mata petugas itu mengarah pada temannya yang masih terkapar di tanah. “Lakukan saja, aku punya dasar-dasar pembelaan, Dan, jika kalian lupa, aku adalah pengacara maka aku tak akan mundur dengan mudah.” “Cih....” Petugas bernama Albert itu menatap sinis pada Ray. “So, kau mau melanjutkan perdebatan kita atau ikut kami mencari David Brown?” Ganti aku yang memecah situasi, tanganku menyerahkan pistol petugas itu dengan takut-takut yang langsung diletakkan kembali pada tempatnya semula. “WUUU... Mana pertarungannya! Kenapa cepat sekali selesai! Ayo lanjutkan perkelahian kalian!!” Sorak pengunjung pub yang masih menonton kami. Sialan, bukannya melerai malah memanas-manasi, aku menarik lengan Ray menjauh. “Kami akan mengikuti kalian, kali ini dengan jarak dekat. Jangan mencoba kabur dan mengecoh kami.” “Tentu saja, mengekorlah.” Sebelum itu, Ray membantu Albert mengan
“David! David!” Panik, aku menggedor pintu kaca itu yang menimbulkan getaran keras. Ray melarangku, khawatir pintu itu pecah dan dituntut karena perusakan properti.Lalu ia dan Albert berusaha membuka pintu yang ternyata tak terkunci itu, terasa sedikit berat saat digeser. Rumah itu sepi, tak terdengar ada suara apapun dari dalam. Dari lantai yang tampak berdebu dan sarang laba-laba banyak, sepertinya cottage ini sudah ditinggal lama oleh pemiliknya.Albert meneliti tempat sampah yang penuh dengan bungkus makanan instan, meneliti labelnya yang bertanggal tak terlalu lama. Ia lalu mengirim kode pada temannya dan mereka bersama-sama mengeluarkan senjata. Mataku membulat melihat aksi mereka, jantung berdegup kencang menunggu apa yang akan terjadi. Ketiga pria itu lalu meneliti setiap bagian rumah satu persatu namun tak nampak tanda-tanda kehidupan.Pelan aku berjalan ke arah kamar mandi yang terletak paling dekat denganku, saat itulah aku mencium samar bau yang familiar di udara, aftersh