"Rak kenapa diam. kan aku jadi bingung," ucap Alika. "Iya ini aku diam juga lagi mikir Al, harus bagaimana soalnya ini sudah menyangkut soal perasaan. tidak bisa sembarangan mengambil keputusan," jawab Raka.Cukup lama Alika dan Raka terdiam. hanya ada suara televisi yang memenuhi ruangan. "Al itu kan soal perasaan dan kamu yang akan menjalaninya sendiri. aku sebagai orang lain tidak bisa ikut campur terlalu jauh, tetapi pesanku jika hati kamu sudah mengatakan iya tidak ada salahnya jika kamu dan Bram menjalaninya, tetapi jika hatimu berkata sebaliknya kamu tahu kan harus melakukan apa?" tanya Raka. "Iya Rak, sekarang aku tahu makasih ya," jawab Alika. "Iya sama-sama. sudah siang aku ke kamar dulu ya," pamit Raka ketika melihat ke arah jam dipergelangan tangan sudah menunjukan jam setengah dua."Iya," jawab Alika.Kemudian Raka berdiri dari duduknya dan berjalan naik ke lantai dua. sedangkan Alika menyenderkan punggungnya ke senderan sofa. Alika menatap langit-langit ruangan. Ben
Jam setengah tujuh malam Alika turun ke bawah. Alika memilih untuk duduk di kursi meja makan. Alika melihat di meja makan sudah banyak sekali makanan. "Bi Mun, kenapa banyak sekali masakannya?" tanya Alika.Bi Mun yang saat itu sedang berada di dapur sedang mencuci piring langsung berlari ke arah Alika. "Hmm... itu Nak Alika, Den Raka yang meminta Bi Mun masak ini semua katanya buat Nak Alika," jawab Bi Mun. Alika menggelengkan kepalanya kemudian berkata "Bi Mun ambil piring lagi ya, ini banyak banget ngga habis kalau di makan sendirian,"."Iya Nak," jawab Bi Mun.Bi Mun berjalan kembali ke dapur. tidak lama kemudian Bi Mun kembali dengan membawa satu piring. Kirana mengambil sedikit untuk dirinya makan. "Bu ini semua buat Bi Mun ya, bagiin saja sama Pak satpam dan supir," perintah Alika. "Iya Nak Alika, terimakasih ya sebenarnya Bibi juga sudah masak," ucap Bi Mun. "Ya ngga apa-apa Bi, kalau ngga habis suruh Pak Satpam saja bawa pulang," pinta Alika. "Iya Nak," jawab Bi Mun.
Alika menatap ke arah Raka. kemudian Alika bertanya "Apa aku harus kembali ke rumah Mami Salma. tidak bisakah kalau aku tetap berada di sini?"."Tidak kamu tidak akan kembali lagi ke rumah orang tidak waras itu. Aku sudah membelikanmu rumah dan rumah itu berada tidak jauh dari sini. bukan kamu tidak boleh tinggal disini. tetapi tidak mungkin juga pacar temanku sendiri tinggal di rumah yang sama denganku. nanti apa kata Bram. kamu tahu maksud aku kan?" tanya Raka. "Diam-diam kamu sudah beli rumah untukmu?" tanya Alika. "Ya itu hadiah untukmu dariku," jawab Raka. "Kenapa ngga bilang dulu ke aku Rak, kan aku jadi ngga enak sama kamu. kalau gitu kamu ambil saja uang yang ada di rekeningku untuk mencicil uang rumah itu," pinta Alika. "Haha... itu tidak perlu Alika. biarlah uang yang ada di rekeningmu itu buat peganganmu. aku sedang tidak membutuhkan uang saat ini," jawab Raka. "Oh iya siap-siap saja nanti jam satu kita ke rumah baru kamu, sama satu lagi jangan lupa berikan jawabanmu i
Hari ini Alika memakai baju kaos lengan panjang warna biru langit dipadukan dengan celana jeans. penampilan yang sederhana tetapi tidak bisa dipungkiri kalau Alika memang cantik dengan penampilan sederhananya. Tok... Tok... Tok... Pintu kamar Alika di ketuk dari luar. Alika mengambil tas kesayangannya di meja kecil samping ranjang.Dengan semangat empat lima Alika berjalan ke arah pintu dan membukanya. di balik pintu Raka sudah berdiri rapih dengan pakaian kantornya. Raka melihat penampilan Alika dari atas sampai bawah. kemudian Raka menggelengkan kepalanya, Raka menarik kembali Alika ke dalam kamar. "Loh kok masuk lagi Rak, ngga jadi berangkat sekarang?" tanya Alika. "Ngga, kamu ganti baju dulu inikan baju untuk di rumah bukan untuk pergi," ucap Raka dengan nada rendah agar tidak membuat Alika tersingung. "Terus aku harus pakai baju yang mana?" tanya Alika. Kemudian Raka berjalan ke arah lemari dan mengeluarkan kemeja panjang warna putih dan bawahan abu-abu. Raka memberikan ke
"Dengan Mbak Alika?" tanya Pria itu dengan berjalan mendekat ke arah Alika. "Iya saya sendiri," jawab Alika. "Ini Mbak saya mau mengantarkan pesanan baju," ucap Pria itu dengan meletakan bag itu di teras depan. Alika melihat ke arah Pria itu dan bag-bag baju itu secara bergantian dengan tatapan bingung."Siapa yang memesan ini semua Pak, saya tidak merasa memesan semua ini," tanya Alika. "Oh kalau masalah itu yang memesan ke butik kami adalah seorang Pria, dan memesan dengan atas nama Mbak Alika ," jawab Pria itu. "Apa Bapak tidak bertanya pria itu siapa?" tanya Alika lagi. "Kalau kata pegawaiku namanya Raka, Mbak," jawab Pria itu."Oh iya, terimakasih Pak," ucap Alika. Kemudian Alika menandatangi selembar kertas bukti kalau dirinya sudah menerima baju-baju itu. kemudian Bapak tadi pamit pergi dari rumah Alika. Alika dibantu Pak Agus membawa baju itu masuk ke dalam rumah. Alika mengambil ponselnya yang berada di meja makan. Alika mencari nomor telepon Raka. setelah ketemu Ali
"Oh... Hmmm masalah itu nanti aku pikirkan," jawab Alikam"Aku tidak mau nanti, aku maunya sekarang." ujar Bram. "Huufftt... Iya Sayang." jawab Alika dengan mengalihkan pandangannya ke arah lain.Melihat Alika yang malu-malu membuat Bram tertawa. Bram memegang dagu Alika dan meminta Alika untuk menatapnya. Tiba-tiba ingatan di malam itu dimana Alika di alam bawah sadarnya merintih dan meminta agar dirinya jangan melakukan itu teringat lagi dikepala Bram. bahkan kejadian itu seperti sedang terjadi lagi saat ini. Bram menggelengkan kepalanya membuat Alika panik. Alika langsung mendekat ke arah Bram dan Alika bertanya "Ya... Yang, kamu kenapa?"."Ak... Aku tidak apa-apa, hanya saja jantungku yang tidak baik-baik saja melihatmu begitu cantik Sayang," jawab Bram dengan memgangkat kepalanya dan menatap balik manik mata Alika. Bahkan saat ini posisi wajah mereka sangat dekat. hidung mereka hampir saja bersentuhan Bram mengalihkan pandangannya ke arah lain dan hidungnya sempat menyenggol
"Ya sudah kalau memang begitu aku tidak bisa melarangmu, tapi ijinkan juga agar aku bekerja," pinta Alika. "Aku akan berusaha mencarikanmu pekerjaan, nanti kalau sudah ada aku akan kasih kabar kepadamu. kalau begitu aku pergi dulu ya, jaga dirimu baik-baik," pamit Raka dengan mengusap pipi Alika.Alika mengangkat tangannya dan memegang punggung tangan Raka yang berada di pipinya. setelah itu Raka berdiri dari duduknya dan keluar dari rumah Alika. Alika memandang punggung Raka yang mulai menjauh darinya. Alika berdiri dari duduknya dan langsung berlari menyusul Raka. Buk... Alika menubruk punggung Raka dari belakang. Raka langsung menghentikan langkahnya. Raka melihat ke arah perutnya dan melihat kedua tangan mungil Alika melingkar disana. "Perginya jangan lama-lama Rak, aku ngga bisa di sini sendirian," ucap Alika dengan menahan tangisnya agar tidak keluar. "Iya aku tidak janji tapi akan aku usahakan ya, biar bisa pulang cepat," jawab Raka. Kemudian dengan pelan Raka melepaskan
"Beban, siapa yang kamu bebani?" tanya Bram berusaha untuk mengulik masa lalu pacarnya ini. "Banyak sekali orang yang aku bebani. jadi dimana aku bisa bekerja, dan kapan?" tanya Alika berusaha mengalihkan pandangannya ke arah lain. "Nanti akan aku kabari jika sudah ada, tapi kenapa harus bekerja aku bisa membelikan apapun yang kamu mau?" tanya Bram. "Ya itu aku tidak mau seperti itu. aku mau bekerja dan menikmati hasil sendiri," jawab Alika. "Apa kamu tidak malu bekerja?" tanya Bram. "Aku tidak, apa kamu malu jika pacarmu ini bekerja?" Alika malah balik bertanya kepada Bram. Bram menggelengkan kepalanya. Alika memang wanita yang berbeda dengan wanita lainnya yang pernah dia kenal. "Tidak juga, aku senang wanita yang mau bekerja keras," jawab Bram. Kemudian Bram membuka laptop dan mulai bekerja sedangkan Alika sibuk memperhatikan dekorasi yang ada di ruangan Bram. Menurut Bram hal yang dilakukan oleh Alika adalah hal yang tidak penting. tetapi jika itu membuat Alika sedang Bra