"Tulis saja berapa nominal yang anda mau. tapi saya minta gadis itu menjadi milikku," perintah Pria yang belum diketahui namanya.
Tetapi mau bagaimanapun Alika mengucapkan banyak terimakasih. kepada Pria itu karena sudah menyelamatkannya dari Pria hidung belang. meski Alika belum tahu apa yang harus dia lakukan kepada Pria itu.
Dengan cepat Mami Salma menyambar cek itu dari tangan Pria itu dan menulis nominal seratus juta. senyum Mami terlihat begitu bahagia.
Mami Salma langsung melihat ke arah Arman dan mengeluarkan amplop coklat yang tadi diberikan oleh Arman.
"Ini uangmu Man, kalau kamu mau bisa mencari jasa wanita yang lain," ucap Mami Salma.
"Tidak bisa. aku yang membayarnya terlebih dahulu kenapa kamu malah memberikannya kepada dia?" tanya Arman dengan nada tidak terima.
"Apa kamu bisa membayarnya lebih mahal dari dia?" tanya Mami Salma kepada lekali yang bernama Arman.
"Tidak. dasar wanita mata uang." desis Arman kemudian merebut dengan kasat amplop itu dari tangan Mami.
Arman langsung pergi dari tempat itu. sedangkan Pria itu mendekat ke arah Alika.
"Berikan tanda tanganmu," perintah Mami Salma kepada Pria itu.
"Oh iya sebelumnya siapa namamu?" Mami Salma kembali bertanya.
"Raka," jawab Raka.
"Nama yang bagus. sesuai parasnya," jawab Mami Salma.
Dengan cepat Raka menandatangai cek tersebut. Raka berjalan mendekat ke arah Alika dan tangannya terulur memegang pundak Alika.
Alika terkejut dan melepaskan pegangan tangan Raka dari pundaknya. Mami Salma yang melihat itu langsung melebarkan matanya.
"Alika jangan seperti itu. kamu seharusnya melayani dia dengan suka hati," perintah Maminya kepada Alika.
"Ikut denganku," bisik Raka di telinga Alika.
Alika melihat ke arah Raka. sedangkan Raka menganggukan kepalanya.
"Percaya padaku. aku akan membawamu keluar dari sini," bisik Raka lagi.
"Aku sudah membayarnya mahal dan aku ingin dia menjadi istriku. jangan pernah cari gadis ini lagi," ujar Raka.
"Iya terserah mau kamu apakan wanita ini," jawab Mami Salma.
Raka membawa Alika keluar dari rumah yang terasa seperti neraka itu. Raka melepaskan jasnya.
"Anda mau apa?" tanya Alika dengan sedikit menjauh dari Raka.
Raka memakaikan jasnya kepada Alika dengan berkata "Aku tidak rela jika tubuhmu dilihat dengan bebas oleh siapapun yang lewat,".
Alika baru menyadari kalau dirinya sedang memakai baju yang sangat kurang bahan. Alika lupa kalau jaket yang tadi dia pakai waktu keluar dari kamar sudah terlepas. Alika meremas kuat jas yang diberikan Raka.
Pipi Alika memerah karena malu. Raka membawa Alika ke mobil yang terparkir di seberang jalan.
Raka membawa mobilnya membelah jalanan di malam hari menuju hotel. Alika menyipitkan matanya ketika membaca tempat yang dituju Raka.
"Kenapa anda membawaku kesini. aku mau turun saja di jalan," teriak Alika di dalam mobil.
"Apa aku tidak salah dengar. aku sudah membayar mahal kamu," jawab Raka.
Alika hanya bisa mengatupkan bibirnya rapat-rapat. Alika tidak bisa berbuat apa-apa sekarang ini semua karena Maminya.
Raka memarkirkan mobilnya di depan hotel dan meminta Alika untuk mengikutinya. Alika hanya bisa menurut dan berjalan mengekor dibelakang Raka.
Alika hanya menunggu ketika Raka berjalan ke arah kasir dan melakukan transaksi kamar. lima menit kemudian Raka kembali dengan mebawa satu kartu ditangan kanannya.
Raka menuntun tangan Alika dan menyusuri lorong dengan cahaya lampu tamaram. Raka membawanya ke salah satu kamar dengan nomor 312.
Raka membuka kamarnya dan membiarkan Alika masuk. setelah masuk Raka hanya bergeming dengan melihat tirai jendela yang masih tertutup.
Alika memilih untuk berdiri di samping ranjang dengan meremas-remas jarinya. tidak ada pembicaraan di antara keduanya.
Dret... Dret...!
Terdengar suara ponsel dari dalam daku Raka. Raka mengeluarkan ponselnya fan berbalik badan ke arah Alika."Tunggu di sini. ingat jangan pergi kamana-mana," ucap Raka.
"Setelah itu minum ini," perintah Raka dengan menunjuk ke arah orange jus yang ada di meja.
Kemudian Raka berjalan keluar dari kamar hotel dan mengangkat teleponnya di luar.
Setelah kepergian Raka. Alika masuk ke kamar mandi Alika akan membersihkan tubuhnya yang kotor karena di sentuh oleh Pria hidung belang.
Tiga puluh menit kemudian Alika keluar dengan memakai handuk dengan model baju yang disiapkan oleh pihak hotel. Alika merasa lebih baik tinggal disini daripada harus di rumah neraka itu.
Alika berjalan ke arah meja dan meminum orange jus seperti perintah Raka tadi.
Alika melihat ke arah pintu masuk. Alika tidak melihat Raka kembali masuk ke kamar hotel. Alika menghela nafasnya kemudian membaringkan tubuhnya diranjang.
Tubuh Alika terasa sakit karena mendapatkan pukulan dari pria hidung belang tadi. Alika menutupi tubuhnya sampai sebatas leher.
Klek....!
Antara sadar dan tidak Alika seperti mendengar suara pintu kamarnya terbuka. Alika tidak tahu pasti saat ini jam berapa tetapi mata Alika sangat sulit untuk di buka.Alika mendengar langkah kaki yang mendekat ke arah ranjang. dan tidak lama kemudian ranjang itu bergetar seperti ada orang yang naik dan berbaring di samping Alika.
'Kenapa mataku tidak bisa dibuka,' batin Alika.
Keesokan harinya Alika membuka matanya dan merasakan seluruh tubuhnya sakit. Alika melihat ke arah samping ada seorang Pria asing tidur di sampingnya.
Alika melebarkan matanya dan membuka selimut yang menutupi tubuhnya. hati Alika terasa seperti dihantam batu melihat tubuhnya tidak memakai baju sehelai benangpun.
Alika melihat ke arah Pria yang tertidur dengan pulas di samping Alika. bahkan dengkuran halus masih terdengar dari bibirnya.
Alika menyambar handuk yang berada di lantai. dengan cepat Alika berlari ke kamar mandi.
Alika menangis tersedu-sedu di bawah guyuran air. Alika mulai merasakan badannya bergetar karena kedinginan.
Tetapi Alika tidak perduli. Alika terus menggosok tubuhnya menggunakan sabun yang ada disana.
Sementara itu Bram yang mendengar tangis seorang dan guyuran air dalam kamar mandi langsung membuka matanya. Bram menyipitkan matanya ketika cahaya lampu menerobos masuk ke penglihatannya.
Bram mengucek matanya dan membuka selimut yang masih menutupi tubuhnya. Bram saat ini hanya memakai bokser pendek sedangkan baju dan celananya berserakan di lantai.
Bram sekarang mulai menyadari apa yang baru saja terjadi semalam. Bram menarik seprai sampai jatuh di lantai.
Bram lantas tersenyum puas ketika melihat ada noda bercak merah di seprai berwarna putih.
Bram memunguti bajunya yang ada di lantai dan memakainya. setelah itu Bram mengeluarkan cek dan menulis nominal uang yang tidak sedikit disana.
Bram juga meninggalkan tulisan untuk gadis yang semalam tidur dengannya. bahkan Bram tidak tahu siapa nama gadis itu. sebelum gadis itu keluar dari kamar mandi. Bram keluar dari kamar hotel itu.
Satu jam kemudian Alika keluar dari kamar mandi dan tidak melihat ada Pria disana. tetapi mata Alika melihat ke atas seprai ada satu amplop berwarna putih.
Satu jam kemudian Alika keluar dari kamar mandi dan tidak melihat ada Pria disana. tetapi mata Alika melihat ke atas seprai ada satu amplop berwarna putih.Karena penasaran Alika mendekat ke arah amplop putih dan membukanya. di dalam ada selembar kertas yang dilipat menjadi dua.Alika membuka dan mulai membaca pesan yang tertulis di selembar kertas itu.( Terimakasih gadis malamku. malam ini aku sungguh puas maaf karena aku tidak bisa menunjukan idetintasku di depanmu untuk sekarang. bukannya aku seorang pengecut aku pasti akan datang untuk menemuimu kembali. jika kamu ada waktu Raka akan membawamu kepadaku minggu depan. salam dariku teman tidur priamu.).Itulah isi kertas yang di tinggalkan Pria misterius itu. selesai membaca kertas itu Alika hanya hisa tersenyum kecut."Kau bilang bukan pengecut tapi kau seorang bajingan dasar pria brengsek!" teriak Alika kemudian menyobek kertas itu menjadi berkeping-keping.Alika
Alika menubruk tubuh Raka yang baru sampai di depan mobil. Alika memeluk Raka dari belakang Raka langsung berhenti ketika mendapatkan pelukan dari arah belakang."Kamu mau meninggalkanku sendirian di sini?" tanya Alika dengan menempelkan wajahnya di punggung Raka.Raka berbalik badan dan membalas pelukan Alika."Hey tatap wajahku," perintah Raka.Raka menangkupkan kedua tangannya di wajah Alika dan mengangkatnya agar Alika menatap ke wajahnya."Siapa yang berkata aku meninggalkanmu di sini?' Raka bertanya kepada Alika."Ya itu buktinya kamu pergi tanpa aku." jawab Alika."Oh sini peluk," pinta Raka dan memeluk kembali wanita yang ada didepannya ini."Aku hanya akan pergi bekerja, paling sampai jam sepuluh malam. kamu jangan khawatir aku akan kembali ke sini nanti malam," jelas Raka."Benarkah seperti itu?" tanya Alika."Ya aku akan menepati perkataanku jika tid
Melihat reaksi yang Alika tunjukan. Raka merasa kalau masa kecil Alika pernah mengalami trauma yang begitu dalam tentang di tinggalkan.Raka duduk di samping Alika dan satu tangannya memegang tangan Alika kemudian Raka berkata "Sudah jangan sedih lagi. aku punya sesuatu untukmu,""Apa?" tanya Alika."Sebelum aku kasih aku mau tanya sama kamu, berapa umurmu sekarang?" tanya Raka kepada Alika."Dua puluh tahun," jawab Alika."Baru dua puluh tahun?" tanya Raka lagi."Iya memangnya kenapa?" Alika balik bertanya kepada Raka."Mengapa kamu bisa berada di rumah wanita itu? apa kamu di culik?" tanya Raka.Bukan niat Raka untuk mengingatkan hal buruk tentang Alika. tetapi Raka butuh informasi tentang masalalu Alika. bisa saja Alika adalah anak yang diculik dan di jadikan wanita malam.Alika menggelengkan kepalanya dan berkata "Aku memang sedari kecil sudah tinggal di sana. Mami berkata ka
Ting...!Ponsel Raka yang berada di samping piring berbunyi. Raka lantas melihat ponselnya dapat Alika lihat wajah Raka berubah menjadi pucat ketika melihat ke arah ponsel. "Ada apa?" tanya Alika dengan suara lembut. Raka memijat pangkal hidungnya. kemudian mengalihkan pandangan ke arah Alika. "Ngga ada apa-apa. kamu lanjutkan sarapan dulu ya aku mau ke kamar," pamit Raka. Kemudian Raka berdiri dari duduknya dan berjalan naik tangga ke arah kamarnya yang berada di lantai dua. Alika hanya bisa memandangi punggung Raka yang mulai mejauh darinya dengan diam. Alika menatap ke atas piringnya. Alika menghela nafas panjang dan mulai menyantap sarapannya meski sudah tidak selera untuk makan. Sepuluh menit kemudian Raka keluar dari kamar dan menuruni tangga dengan tergesa-gesa. Alika saat itu sedang berada di sofa ruang keluarga langsung berdiri. "Mau kemana?" tanya Alika. "Ada pekerjaan me
Raka melihat pemandangan yang luar biasa di sofa ruang tamu. Raka tidak pernah diperlakukan oleh seorangpun sampai seperti ini. bahkan dirinya pulang larut malam. Alika rela menunggunya sampai tertidur di sofa.Raka melepas dasi dan tiga kancing kemeja warna putih yang dia pakai bagian atasnya. Raka melemparkan dasinya ke sembarang arah.Raka mendekat ke arah sofa dan berjongkok di depan Alika. matanya menatap dalam wajah Alika menikmati setiap inci bagian wajahnya.Bahkan karena begitu dekatnya nafas hangat Raka sampai menyapu seluruh wajah Alika."Kenapa kamu masih mengulanginya, kenapa kamu tidak mendengarkan perkataanku," gumam Raka.Raka membenarkan anak rambut Alika yang berantakan. setelah itu Raka membopong tubuh Alika dan membawanya ke lantai dua.Dengan manaiki anak tangga satu persatu mata Raka terus menatap ke arah wajah Alika. perlahan Raka membaringkan tubuh Alika."Kenapa hatiku terasa bera
Saat sedang melalum Alika mendengar langkah kaki yang mendekat ke arahnya. Alika mengalihkan pandangannya ke sumber suara."Bi," panggil Alika ketika melihat Bi Mun berjalan ke arahnya dengan membawa nampan yang berisi air minum dan kue."Iya Nak," jawab Bi Mun."Bibi duduk dulu ya ada yang ingin aku tanyakan kepada Bibi," perintah Alika.Bi Mun menurut dan langsung duduk di bawah. melihat hal itu Alika langsung menggeser satu kursi yang ada di dekatnya dan meminta Bi Mun untuk duduk di atas."Bi jangan duduk di situ. duduk sini Bi," perintah Alika.Bi Mun langsung berpindah tempat duduk dengan perasaan yang kurang enak di dalam hatinya."Bi sebenarnya kedua orang tua Raka dimana?" tanya Alika kepada Bi Mun dengan menatap lurus ke depan."Memangnya kenapa Nak?" tanya Bi Mun."Aku pengin tahu saja Bi. karena sudah tiga hari berada di sini aku tidak pernah sekalipun melihat kedua o
"Raka ternyata kamu disini. sudah lama kita tidak berjumpa ya," ucap seorang Pria yang sudah berdiri di belakang Raka. Alika yang sedang menikmati makanannya langsung melihat ke sumber suara. tetapi karena Alika merasa tidak mengenalnya Alika kembali melanjutkan makannya. "Bram...." ucap Raka dengan tergagap. Ini pertama kalinya untuk Raka memanggil Tuannya dengan sebutan namanya langsung. tetapi bukannya bosnya marah malah sebaliknya Bram tersenyum ke arahnya. "Iya sudah lama ya kita tidak berjumpa," ucap Bram dengan mengulurkan tangannya ke arah Raka. "Iya Bram. kamu apa kabar?" tanya Raka dengan menyambut uluran tangan Bram. Kemudian setelah itu Raka dan Bram terlibat pembicaraan. mereka membahas masa-masa kuliah yang Alika sendiri tidak tahu jadi Alika memilih untuk diam. "Oh iya Rak. ini cewemu?" tanya Bram dengan menunjuk ke arah Alika. "Bukan Bram. dia hanya temanku kenalkan Alika dia Bram teman kuliahku dulu," ucap Raka. Mendengar jawaban dari Raka. Alika yang sedang
"Awas saja kamu Alika. aku berjanji akan membuatmu jatuh cinta dan bertekuk lutut kepadaku," geram Bram.Bagi Bram ini pertama kalinya seorang berani mengabaikan pesan darinya. Bram bersumpah akan membuat Alika jatuh cinta.Bram mengusap kasar wajahnya. kemudian Bram meninggalkan ponselnya di meja. berjalan masuk ke kamar mandi. Tok... Tok... Tok... "Permisi. Apakah Tuan ada di dalam?" terdengar suara seorang pria dibalik pintu kamar Bram. Bram yang baru saja keluar dari kamar mandi langsung berjalan mendekat ke arah pintu. "Masuk saja. Ada apa Rak?" tanya Bram ketika melihat Raka yang berdiri di balik pintu.Raka berjalan mengekor masuk ke kamar Bram. mereka berdua berjalan ke arah balkon yang berada di kamar Bram. Bram duduk di sofa dengan bentuk memanjang yang sudah didesain untuk melihat pemandangan. rumah Bram terletak di komplek perumahan mewah sehingga pemandangan yang terlihat gedung-gedung yang menjulang tinggi.Jika malam hari gedung itu terlihat sangat indah oleh panca