Share

Part 3. Kau tidak bisa bebas

Satu jam kemudian Alika keluar dari kamar mandi dan tidak melihat ada Pria disana. tetapi mata Alika melihat ke atas seprai ada satu amplop berwarna putih.

Karena penasaran Alika mendekat ke arah amplop putih dan membukanya. di dalam ada selembar kertas yang dilipat menjadi dua. 

Alika membuka dan mulai membaca pesan yang tertulis di selembar kertas itu. 

( Terimakasih gadis malamku. malam ini aku sungguh puas maaf karena aku tidak bisa menunjukan idetintasku di depanmu untuk sekarang. bukannya aku seorang pengecut aku pasti akan datang untuk menemuimu kembali. jika kamu ada waktu Raka akan membawamu kepadaku minggu depan. salam dariku teman tidur priamu.).

Itulah isi kertas yang di tinggalkan Pria misterius itu. selesai membaca kertas itu Alika hanya hisa tersenyum kecut. 

"Kau bilang bukan pengecut tapi kau seorang bajingan dasar pria brengsek!" teriak Alika kemudian menyobek kertas itu menjadi berkeping-keping. 

Alika melihat di bawah amplop itu ada selembar cek bernominal dua ratus juta. 

"Apa-apaan ini, aku bukan gadia malam ahh.".

Di dalam kamar Alika berteriak seperti orang gila. tetapi tidak ada seorangpun yang membantunya karena teriakan Alika hanya terdengar di dalam ruangan itu saja. 

Tubuh Alika merosot dan terduduk di lantai. Alika menangis tanpa suara sebegitu rendahnya kah dirinya sehingga membuat para Pria hanya datang dan pergi sesuka hatinya. 

Klek...!

Alika mendengar pintu kamar hotel terbuka. Alika mengalihkan pandangannya ke arah pintu. tidak lama kemudian Raka masuk dan langsung membantu Alika berdiri. 

"Lepas!" teriak Alika dengan mengibaskan tangan Raka. 

"Apa kamu sengaja menjebakku disini?" tanya Alika kepada Raka. 

"Aku tidak menjebakmu," jawab Raka santai. 

"Lalu? lalu apa yang terjadi semalam. kenapa ada pria lain di kamar ini. dan parahnya sekarang kamu datang tanpa rasa bersalah," ucap Alika dengan menunjuk-nunjuk ke arah Raka. 

Emosi yang dari tadi Alika pendam akhirnya keluar juga ketika melihat wajah santa yang di tunjukan oleh Raka. 

"Aku tidaj menjebakmu. aku sudah membelimu apa kamu lupa?" tanya Raka. 

Alika terdiam hanya air mata yang terus mengalir, Alika menatap dalam ke mata Raka. 

"Sekarang ijinkan aku pergi dari sini. dan kamu jangan pernah temui aku lagi!" teriak Alika. 

"Itu tidak akan aku biarkan. Bos besar belum mengijinkan kamu pergi itu artinya dia masih membutuhkan tubuhmu," ucap Raka dengan mencegah Alika yang akan pergi.

"Apa? apa kamu belum cukup membuatku tersiksa hah?" tanya Alika dengan memukuli dada bidang Raka. 

"Stop membuang tenagamu. simpan untuk minggu depan," perintah Raka dengan menggengam tangan Alika. 

"Bukankah Bos besar sudah membayarmu dengan jumlah yang tidak sedikit?" tanya Raka kepada Alika. 

"Oh... tunggu disini," ucap Alika kemudian Alika berbalik dan mengambil cek yang berada di ranjang. 

"Apa yang kamu maksud ini. ambil saja uang ini semuanya untukmu aku tidak butuh. aku masih kuat untuk mencari uang yang halal," ucap Alika. 

"Kamu tidak bisa melakukan sesuka hatimu Alika," ucap Raka dengan menaikkan nada bicaranya. 

"Ikut aku," ucap Raka dengan melembutkan kembali suaranya. 

"Kamu mau membawaku kemana?" tanya Alika. 

"Ikut saja, sebelum itu ganti pakaianmu," perintah Raka dengan memberikan bag yang dia bawa. 

Alika menerima bag itu dan berjalan ke arah kamar mandi. di dalam bag Alika melihat ada satu dres berwarna merah. ada juga dalaman disana.

Bahkan Alika sempat berpikir apa benar ini semua Raka yang membelinya. saat Alika memakai bajunya sangat pas di badannya. 

Alika keluar dari kamar mandi dan melihat Raka sedang berdiri menghadap keluar. 

"Kamu mau membawaku kemana?" Alika kembali bertanya kepada Raka. 

"Kita sarapan dulu," jawab Raka. 

Alika merasa saat berada di dekat Raka. dirinya selalu diperlakukan seperti ratu. Raka juga selalu memberikan apa yang Alika minta. bahkan tidak segan Raka mengambilkan makan dan minum untuk Alika. 

"Terimakasih," ucap Alika. 

Tidak sengaja tatapan mata Alika dan Raka saling tatap. untuk sekian detik tatapan mereka sama-sama terkunci.

"Sama-sama." jawab Raka kemudian memalingkan wajahnya ke arah samping. 

Karena perut yang lapar Alika makan dengan lahap. Raka yang melihat Alika makan dengan semangat seperti itu tersenyum.

Jam setengah sembilan pagi Raka dan Alika keluar dari kamar hotel. Alika menarik nafas panjang ketika bisa menghirup udara segar. 

"Masuk," perintah Raka yang sudah berdiri di samping mobil innova warna putih. 

Tanpa bertanya mereka akan kemana Alika masuk ke mobil. Raka membawa mobilnya membelah jalanan ditengah terik matahari. 

Dua puluh lima menit kemudian Raka menghentikan mobilnya dipekarangan rumah. Alika melihat rumah ini sangat asri banyak pohon bunga dan tumbuhan lain di taman. 

Rumah ini juga tidak ada pagar yang menjulang tinggi. Raka membawa Alika mereka berdiri di depan pintu. 

"Rumah siapa ini?" tanya Alika. 

"Nanti juga kamu tahu." jawab Raka. 

Tok... Tok... Tok...!

Raka mengetuk pintunya. tidak lama kemudian terdengar langkah kaki yang mendekat ke arah pintu. 

Seketika pinty terbuka lebar dan memperlihatkan seorang wanita. jika Alika tebak dari postur wajahnya sudah berumur empat puluh tahun.

"Den Raka," ucap wanita itu. 

"Iya Bi Mun," ujar Raka. 

Bi Mun mengalihkan pandangannya ke arah Alika. Bi Mun melihat dari atas sampai bawah. Alika yang dilihat sedetail itu merasa tidak nyaman. 

Alika hanya bisa tersenyum seraya menganggukan kepalanya ke arah Bi Mun. Bi Mun juga membalas senyuman. 

Sudah sepuluh tahun Bi Mun bekerja dengan Raka. sedikit info dirinya juga tahu mengenai pekerjaan yang dilakukan Raka. 

Bi Mun mengira kalau wanita yang bersama Bosnya adalah wanita korban kekerasan bosnya. 

"Oh iya sampai lupa, silahkan masuk," perintah Bi Mun dengan membuka pintunya lebar-lebar. 

Kemudian mereka bertiga masuk ke dalam. Raka duduk di sofa sedangkan Alika memilih untuk berdiri di samping Raka dengan menundukan kepalanya. 

Bi Mun masuk ke dalam dan tidak lama kemudian keluar lagi dengan membawa dua gelas minuman dingin. 

"Tumben Den Raka datang kesini. ada apa?" tanya Bi Mun. 

"Gini Bi, seperti biasa aku mau menitipkan gadis ini di sini. namanya Alika Bi." ucap Raka. 

"Oh iya Den. Aden tenang saja Bibi akan menjaga Nak Alika dengan senang hati," jawab Bi Mun. 

"Iya Bi, kalau gitu Raka pamit titip ya Bi," ucap Raka. 

Kemudian Raka berdiri dari duduknya dan membenarkan baju kemeja warna biru yang dia kenakan. Raka melihat ke arah Alika dan menganggukan kepalanya seraya tersenyum. 

Raka berjalan keluar dari rumah itu. sedangkan Alika hanya bisa melihat punggung Raka yang mulai manjauh. 

Alika seperti kehilangan sosok penjaganya ketika tidak lagi melihat Raka. Alika berlari keluar dari rumah hal itu membuat Bi Mun panik. 

Alika menubruk tubuh Raka yang baru sampai di depan mobil. Alika memeluk Raka dari belakang Raka langsung berhenti ketika mendapatkan pelukan dari arah belakang. 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status