Satu jam kemudian Alika keluar dari kamar mandi dan tidak melihat ada Pria disana. tetapi mata Alika melihat ke atas seprai ada satu amplop berwarna putih.
Karena penasaran Alika mendekat ke arah amplop putih dan membukanya. di dalam ada selembar kertas yang dilipat menjadi dua.
Alika membuka dan mulai membaca pesan yang tertulis di selembar kertas itu.
( Terimakasih gadis malamku. malam ini aku sungguh puas maaf karena aku tidak bisa menunjukan idetintasku di depanmu untuk sekarang. bukannya aku seorang pengecut aku pasti akan datang untuk menemuimu kembali. jika kamu ada waktu Raka akan membawamu kepadaku minggu depan. salam dariku teman tidur priamu.).
Itulah isi kertas yang di tinggalkan Pria misterius itu. selesai membaca kertas itu Alika hanya hisa tersenyum kecut.
"Kau bilang bukan pengecut tapi kau seorang bajingan dasar pria brengsek!" teriak Alika kemudian menyobek kertas itu menjadi berkeping-keping.
Alika melihat di bawah amplop itu ada selembar cek bernominal dua ratus juta.
"Apa-apaan ini, aku bukan gadia malam ahh.".Di dalam kamar Alika berteriak seperti orang gila. tetapi tidak ada seorangpun yang membantunya karena teriakan Alika hanya terdengar di dalam ruangan itu saja.
Tubuh Alika merosot dan terduduk di lantai. Alika menangis tanpa suara sebegitu rendahnya kah dirinya sehingga membuat para Pria hanya datang dan pergi sesuka hatinya.
Klek...!
Alika mendengar pintu kamar hotel terbuka. Alika mengalihkan pandangannya ke arah pintu. tidak lama kemudian Raka masuk dan langsung membantu Alika berdiri."Lepas!" teriak Alika dengan mengibaskan tangan Raka.
"Apa kamu sengaja menjebakku disini?" tanya Alika kepada Raka.
"Aku tidak menjebakmu," jawab Raka santai.
"Lalu? lalu apa yang terjadi semalam. kenapa ada pria lain di kamar ini. dan parahnya sekarang kamu datang tanpa rasa bersalah," ucap Alika dengan menunjuk-nunjuk ke arah Raka.
Emosi yang dari tadi Alika pendam akhirnya keluar juga ketika melihat wajah santa yang di tunjukan oleh Raka.
"Aku tidaj menjebakmu. aku sudah membelimu apa kamu lupa?" tanya Raka.
Alika terdiam hanya air mata yang terus mengalir, Alika menatap dalam ke mata Raka.
"Sekarang ijinkan aku pergi dari sini. dan kamu jangan pernah temui aku lagi!" teriak Alika.
"Itu tidak akan aku biarkan. Bos besar belum mengijinkan kamu pergi itu artinya dia masih membutuhkan tubuhmu," ucap Raka dengan mencegah Alika yang akan pergi.
"Apa? apa kamu belum cukup membuatku tersiksa hah?" tanya Alika dengan memukuli dada bidang Raka.
"Stop membuang tenagamu. simpan untuk minggu depan," perintah Raka dengan menggengam tangan Alika.
"Bukankah Bos besar sudah membayarmu dengan jumlah yang tidak sedikit?" tanya Raka kepada Alika.
"Oh... tunggu disini," ucap Alika kemudian Alika berbalik dan mengambil cek yang berada di ranjang.
"Apa yang kamu maksud ini. ambil saja uang ini semuanya untukmu aku tidak butuh. aku masih kuat untuk mencari uang yang halal," ucap Alika.
"Kamu tidak bisa melakukan sesuka hatimu Alika," ucap Raka dengan menaikkan nada bicaranya.
"Ikut aku," ucap Raka dengan melembutkan kembali suaranya.
"Kamu mau membawaku kemana?" tanya Alika.
"Ikut saja, sebelum itu ganti pakaianmu," perintah Raka dengan memberikan bag yang dia bawa.
Alika menerima bag itu dan berjalan ke arah kamar mandi. di dalam bag Alika melihat ada satu dres berwarna merah. ada juga dalaman disana.
Bahkan Alika sempat berpikir apa benar ini semua Raka yang membelinya. saat Alika memakai bajunya sangat pas di badannya.
Alika keluar dari kamar mandi dan melihat Raka sedang berdiri menghadap keluar.
"Kamu mau membawaku kemana?" Alika kembali bertanya kepada Raka.
"Kita sarapan dulu," jawab Raka.
Alika merasa saat berada di dekat Raka. dirinya selalu diperlakukan seperti ratu. Raka juga selalu memberikan apa yang Alika minta. bahkan tidak segan Raka mengambilkan makan dan minum untuk Alika.
"Terimakasih," ucap Alika.
Tidak sengaja tatapan mata Alika dan Raka saling tatap. untuk sekian detik tatapan mereka sama-sama terkunci.
"Sama-sama." jawab Raka kemudian memalingkan wajahnya ke arah samping.
Karena perut yang lapar Alika makan dengan lahap. Raka yang melihat Alika makan dengan semangat seperti itu tersenyum.
Jam setengah sembilan pagi Raka dan Alika keluar dari kamar hotel. Alika menarik nafas panjang ketika bisa menghirup udara segar.
"Masuk," perintah Raka yang sudah berdiri di samping mobil innova warna putih.
Tanpa bertanya mereka akan kemana Alika masuk ke mobil. Raka membawa mobilnya membelah jalanan ditengah terik matahari.
Dua puluh lima menit kemudian Raka menghentikan mobilnya dipekarangan rumah. Alika melihat rumah ini sangat asri banyak pohon bunga dan tumbuhan lain di taman.
Rumah ini juga tidak ada pagar yang menjulang tinggi. Raka membawa Alika mereka berdiri di depan pintu.
"Rumah siapa ini?" tanya Alika.
"Nanti juga kamu tahu." jawab Raka.
Tok... Tok... Tok...!
Raka mengetuk pintunya. tidak lama kemudian terdengar langkah kaki yang mendekat ke arah pintu.Seketika pinty terbuka lebar dan memperlihatkan seorang wanita. jika Alika tebak dari postur wajahnya sudah berumur empat puluh tahun.
"Den Raka," ucap wanita itu.
"Iya Bi Mun," ujar Raka.
Bi Mun mengalihkan pandangannya ke arah Alika. Bi Mun melihat dari atas sampai bawah. Alika yang dilihat sedetail itu merasa tidak nyaman.
Alika hanya bisa tersenyum seraya menganggukan kepalanya ke arah Bi Mun. Bi Mun juga membalas senyuman.
Sudah sepuluh tahun Bi Mun bekerja dengan Raka. sedikit info dirinya juga tahu mengenai pekerjaan yang dilakukan Raka.Bi Mun mengira kalau wanita yang bersama Bosnya adalah wanita korban kekerasan bosnya.
"Oh iya sampai lupa, silahkan masuk," perintah Bi Mun dengan membuka pintunya lebar-lebar.
Kemudian mereka bertiga masuk ke dalam. Raka duduk di sofa sedangkan Alika memilih untuk berdiri di samping Raka dengan menundukan kepalanya.
Bi Mun masuk ke dalam dan tidak lama kemudian keluar lagi dengan membawa dua gelas minuman dingin.
"Tumben Den Raka datang kesini. ada apa?" tanya Bi Mun.
"Gini Bi, seperti biasa aku mau menitipkan gadis ini di sini. namanya Alika Bi." ucap Raka.
"Oh iya Den. Aden tenang saja Bibi akan menjaga Nak Alika dengan senang hati," jawab Bi Mun.
"Iya Bi, kalau gitu Raka pamit titip ya Bi," ucap Raka.
Kemudian Raka berdiri dari duduknya dan membenarkan baju kemeja warna biru yang dia kenakan. Raka melihat ke arah Alika dan menganggukan kepalanya seraya tersenyum.
Raka berjalan keluar dari rumah itu. sedangkan Alika hanya bisa melihat punggung Raka yang mulai manjauh.
Alika seperti kehilangan sosok penjaganya ketika tidak lagi melihat Raka. Alika berlari keluar dari rumah hal itu membuat Bi Mun panik.
Alika menubruk tubuh Raka yang baru sampai di depan mobil. Alika memeluk Raka dari belakang Raka langsung berhenti ketika mendapatkan pelukan dari arah belakang.
Alika menubruk tubuh Raka yang baru sampai di depan mobil. Alika memeluk Raka dari belakang Raka langsung berhenti ketika mendapatkan pelukan dari arah belakang."Kamu mau meninggalkanku sendirian di sini?" tanya Alika dengan menempelkan wajahnya di punggung Raka.Raka berbalik badan dan membalas pelukan Alika."Hey tatap wajahku," perintah Raka.Raka menangkupkan kedua tangannya di wajah Alika dan mengangkatnya agar Alika menatap ke wajahnya."Siapa yang berkata aku meninggalkanmu di sini?' Raka bertanya kepada Alika."Ya itu buktinya kamu pergi tanpa aku." jawab Alika."Oh sini peluk," pinta Raka dan memeluk kembali wanita yang ada didepannya ini."Aku hanya akan pergi bekerja, paling sampai jam sepuluh malam. kamu jangan khawatir aku akan kembali ke sini nanti malam," jelas Raka."Benarkah seperti itu?" tanya Alika."Ya aku akan menepati perkataanku jika tid
Melihat reaksi yang Alika tunjukan. Raka merasa kalau masa kecil Alika pernah mengalami trauma yang begitu dalam tentang di tinggalkan.Raka duduk di samping Alika dan satu tangannya memegang tangan Alika kemudian Raka berkata "Sudah jangan sedih lagi. aku punya sesuatu untukmu,""Apa?" tanya Alika."Sebelum aku kasih aku mau tanya sama kamu, berapa umurmu sekarang?" tanya Raka kepada Alika."Dua puluh tahun," jawab Alika."Baru dua puluh tahun?" tanya Raka lagi."Iya memangnya kenapa?" Alika balik bertanya kepada Raka."Mengapa kamu bisa berada di rumah wanita itu? apa kamu di culik?" tanya Raka.Bukan niat Raka untuk mengingatkan hal buruk tentang Alika. tetapi Raka butuh informasi tentang masalalu Alika. bisa saja Alika adalah anak yang diculik dan di jadikan wanita malam.Alika menggelengkan kepalanya dan berkata "Aku memang sedari kecil sudah tinggal di sana. Mami berkata ka
Ting...!Ponsel Raka yang berada di samping piring berbunyi. Raka lantas melihat ponselnya dapat Alika lihat wajah Raka berubah menjadi pucat ketika melihat ke arah ponsel. "Ada apa?" tanya Alika dengan suara lembut. Raka memijat pangkal hidungnya. kemudian mengalihkan pandangan ke arah Alika. "Ngga ada apa-apa. kamu lanjutkan sarapan dulu ya aku mau ke kamar," pamit Raka. Kemudian Raka berdiri dari duduknya dan berjalan naik tangga ke arah kamarnya yang berada di lantai dua. Alika hanya bisa memandangi punggung Raka yang mulai mejauh darinya dengan diam. Alika menatap ke atas piringnya. Alika menghela nafas panjang dan mulai menyantap sarapannya meski sudah tidak selera untuk makan. Sepuluh menit kemudian Raka keluar dari kamar dan menuruni tangga dengan tergesa-gesa. Alika saat itu sedang berada di sofa ruang keluarga langsung berdiri. "Mau kemana?" tanya Alika. "Ada pekerjaan me
Raka melihat pemandangan yang luar biasa di sofa ruang tamu. Raka tidak pernah diperlakukan oleh seorangpun sampai seperti ini. bahkan dirinya pulang larut malam. Alika rela menunggunya sampai tertidur di sofa.Raka melepas dasi dan tiga kancing kemeja warna putih yang dia pakai bagian atasnya. Raka melemparkan dasinya ke sembarang arah.Raka mendekat ke arah sofa dan berjongkok di depan Alika. matanya menatap dalam wajah Alika menikmati setiap inci bagian wajahnya.Bahkan karena begitu dekatnya nafas hangat Raka sampai menyapu seluruh wajah Alika."Kenapa kamu masih mengulanginya, kenapa kamu tidak mendengarkan perkataanku," gumam Raka.Raka membenarkan anak rambut Alika yang berantakan. setelah itu Raka membopong tubuh Alika dan membawanya ke lantai dua.Dengan manaiki anak tangga satu persatu mata Raka terus menatap ke arah wajah Alika. perlahan Raka membaringkan tubuh Alika."Kenapa hatiku terasa bera
Saat sedang melalum Alika mendengar langkah kaki yang mendekat ke arahnya. Alika mengalihkan pandangannya ke sumber suara."Bi," panggil Alika ketika melihat Bi Mun berjalan ke arahnya dengan membawa nampan yang berisi air minum dan kue."Iya Nak," jawab Bi Mun."Bibi duduk dulu ya ada yang ingin aku tanyakan kepada Bibi," perintah Alika.Bi Mun menurut dan langsung duduk di bawah. melihat hal itu Alika langsung menggeser satu kursi yang ada di dekatnya dan meminta Bi Mun untuk duduk di atas."Bi jangan duduk di situ. duduk sini Bi," perintah Alika.Bi Mun langsung berpindah tempat duduk dengan perasaan yang kurang enak di dalam hatinya."Bi sebenarnya kedua orang tua Raka dimana?" tanya Alika kepada Bi Mun dengan menatap lurus ke depan."Memangnya kenapa Nak?" tanya Bi Mun."Aku pengin tahu saja Bi. karena sudah tiga hari berada di sini aku tidak pernah sekalipun melihat kedua o
"Raka ternyata kamu disini. sudah lama kita tidak berjumpa ya," ucap seorang Pria yang sudah berdiri di belakang Raka. Alika yang sedang menikmati makanannya langsung melihat ke sumber suara. tetapi karena Alika merasa tidak mengenalnya Alika kembali melanjutkan makannya. "Bram...." ucap Raka dengan tergagap. Ini pertama kalinya untuk Raka memanggil Tuannya dengan sebutan namanya langsung. tetapi bukannya bosnya marah malah sebaliknya Bram tersenyum ke arahnya. "Iya sudah lama ya kita tidak berjumpa," ucap Bram dengan mengulurkan tangannya ke arah Raka. "Iya Bram. kamu apa kabar?" tanya Raka dengan menyambut uluran tangan Bram. Kemudian setelah itu Raka dan Bram terlibat pembicaraan. mereka membahas masa-masa kuliah yang Alika sendiri tidak tahu jadi Alika memilih untuk diam. "Oh iya Rak. ini cewemu?" tanya Bram dengan menunjuk ke arah Alika. "Bukan Bram. dia hanya temanku kenalkan Alika dia Bram teman kuliahku dulu," ucap Raka. Mendengar jawaban dari Raka. Alika yang sedang
"Awas saja kamu Alika. aku berjanji akan membuatmu jatuh cinta dan bertekuk lutut kepadaku," geram Bram.Bagi Bram ini pertama kalinya seorang berani mengabaikan pesan darinya. Bram bersumpah akan membuat Alika jatuh cinta.Bram mengusap kasar wajahnya. kemudian Bram meninggalkan ponselnya di meja. berjalan masuk ke kamar mandi. Tok... Tok... Tok... "Permisi. Apakah Tuan ada di dalam?" terdengar suara seorang pria dibalik pintu kamar Bram. Bram yang baru saja keluar dari kamar mandi langsung berjalan mendekat ke arah pintu. "Masuk saja. Ada apa Rak?" tanya Bram ketika melihat Raka yang berdiri di balik pintu.Raka berjalan mengekor masuk ke kamar Bram. mereka berdua berjalan ke arah balkon yang berada di kamar Bram. Bram duduk di sofa dengan bentuk memanjang yang sudah didesain untuk melihat pemandangan. rumah Bram terletak di komplek perumahan mewah sehingga pemandangan yang terlihat gedung-gedung yang menjulang tinggi.Jika malam hari gedung itu terlihat sangat indah oleh panca
"Aku akan mengusahakan agar kita bisa liburan berdua nanti," bisik Raka yang sudah berdiri disamping Alika tanpa Alika sadari. Saat Alika melihat ke arah Raka justru pipinya menempel ke bibir Raka. seketika tubuh Alika membeku ada perasaan asing yang selama ini tidak pernah dirinya rasakan."Perasaan asing apa ini?" batin Alika. Alika langsung mengalihkan pandangannya ke arah samping. sedangkan Raka mengulum senyum melihat tingkah Alika. "Aku tunggu di bawah," ujar Raka. "Iya," jawab Alika. Alika turun dari ranjang dan berjalan masuk ke kamar mandi. tiga puluh menit kemudian Alika keluar dengan wajah yang sudah cantik.Alika menuruni anak tangga satu persatu. Alika memandang ke seluruh ruangan tetapi tidak mendapati adanya Raka disana. "Bi Raka dimana?" tanya Alika ketika melihat Bi Mun sedang menata makanan di meja. "Ada di depan Nak, mau bibi panggilkan?" tawar Bi Mun. "Tidak perlu bi. biar Alika saja yang ie depan," tolak Alika. Alika melanjutkan langkahnya menuju ke depan