Share

Mistery of Life : Daffa Albana
Mistery of Life : Daffa Albana
Penulis: Romansa Universe

Bab 1 Jin

Perempuan berparas cantik dengan rambut panjang tergerai itu terkekeh. Dia melemparkan ratusan lempengan hitam ke arah lawannya. Matanya yang semula terlihat indah, kini menajam dengan tatapan yang penuh dendam.

Lawannya adalah seorang pemuda berjubah putih dengan memakai peci berwarna senada. Dengan cepat lawan perempuan cantik itu menjentikkan jarinya. Jentikkan pertama, melesat sebuah bola putih seukuran kelereng dengan cepat ke arah lempengan-lempengan hitam sebesar jagung yang dipipihkan.

“Bono, tugasmu untuk membatalkan serangan itu!” teriaknya kepada seekor kucing hitam berliris putih yang berada di samping kaki. Kemudian melakukan jentikan kedua dengan cepat.

Kemudian berteriak lagi,” Banu, buat pelindung diri untuk kita bertiga!” Pemuda itu memerintah kucing berwarna coklat susu dan berwarna putih di ke empat kaki yang sedang bertengger di pundak. Jentikan kedua juga merupakan benda yang sama, tapi mengambang sejajar di dadanya.

Reaksi kedua Kucing Persia sangatlah cepat.

Bono menatap dengan mata hitamnya ke arah bola putih yang melesat. Lempengan itu bergerak dengan cepat dan semakin membesar. Bukan berukuran sebesar kelerang lagi tapi melebar membentuk satu dinding. Terbentang di depan mereka bertiga.

Sedangkan kucing bernama Banu juga membesarkan cahaya putih sebesar kelereng dengan kekuatan pikirannya. Menggelembung sebesar balon udara dan membungkus diri mereka bertiga.

Bono masih fokus dengan yang diperintahkan oleh majikannya. Melebarkan bola putih untuk menahan serangan lawan. Ratusan lempengan hitam yang dikeluarkan oleh perempuan cantik, telah melesat dan tertahan oleh dinding bercahaya putih.

“Patahkan serangannya, Bono!”

Meong.

Bono kembali menatap ke arah dinding putih yang telah menahan serangan lawan mereka. Berdiri dengan tubuh yang menegang. Menggeram dengan suara yang tertahan di tenggorokan.

Dinding cahaya putih bergerak maju ke depan dan berusaha membungkus semua lempengan hitam pipih dari lawan. Tanpa sisa, ratusan lempengan hitam itu telah berhasil ditahan oleh Bono dengan memerintahkan dinding cahaya putih.

Setelah tertahan oleh dinding cahaya putih beberapa menit, lempengan hitam yang berjumlah ratusan kini dibungkus oleh cahaya putih yang berbentuk menjadi bundar. Cahaya putih yang awalnya berbentuk dinding tipis, kini telah berubah bentuk menjadi balon udara yang berdiameter 100 sentimeter. Membungkus lempengan hitam dan semakin mengecil detik demi detik. Menekan lempengan hitam yang berjumlah ratusan di dalam gelembung udara.

Lempengan–lempengan hitam berontak dengan gerakan acak untuk keluar dari gelembung cahaya putih. Pergerakan mereka semakin terdesak karena cahaya putih semakin mengecil di setiap detik. Menekan ratusan lempengan di ruang yang semakin sempit.

Terdengar suara jeritan yang menyayat di telinga. Suara itu berasal dari ratusan lempengan hitam. Perempuan cantik yang menjadi lawan mereka berpucat pasi. Dia berusaha terus menggerakkan kedua tangannya untuk memerintahkan lempengan-lempengan yang dikeluarkan dari tangan agar terbebas dari himpitan bola udara yang semakin mengecil.

“Bangsat!” Makian itu berasal dari mulut perempuan yang berparas cantik. Sungguh tak sesuai perkataan dengan paras yang dimilikinya. “Aku belum mengeluarkan seluruh kekuatanku!” Perempuan itu terkekeh. Kedua tangannya bergerak secara acak di depan dada yang tadinya untuk membebaskan ratusan lempengan hitam, sekarang ditekuk ke depan. Dia tak menghiraukan lagi ratusan lempengan hitam yang semakin menjerit karena sudah terjepit gelembung udara yang semakin mengecil, saat ini telah berukuran sebesar bola kaki. Dipastikan dalam beberapa detik lagi, cahaya putih itu akan melenyapkan lempengan hitam yang semakin terdesak. Melebur dengan cahaya putih.

Kedua telapak tangan perempuan itu menyatu di depan dadanya. Mulutnya berkomat-kamit mengucapkan mantera.

Dush.

Asap hitam mengepul dari tubuhnya. Asap hitam yang sangat pekat.

Pemuda dan kedua kucingnya terkejut karena suara dentuman sedang yang berasal dari tubuh perempuan yang menjadi lawan mereka. Fokus mereka sudah tidak ke cahaya putih yang hampir hilang, melenyapkan lempengan hitam yang terbungkus di dalam. Suara jeritan yang menyayat telinga telah berkurang sedikit demi sedikit.

Kini... di hadapan mereka, berasal dari asap hitam pekat yang mulai memudar, terlihat ular hitam berukuran raksasa. Ular itu semakin terlihat jelas ketika asap hitam pekat mulai memudar, detik demi detik.

“Subhanallah....” Pemuda itu mengucapkan kata memohon ampun kepada Allah ketika melihat wujud asli dari perempuan cantik yang menjadi lawan mereka. Ternyata perempuan cantik itu adalah sesosok jin yang berwujud ular. Pemuda itu baru menyadari ternyata lempengan hitam yang menyerang mereka bertiga adalah sisik dari ular raksasa yang berwarna hitam.

Belum hilang rasa terperanjat mereka, ular hitam raksasa yang berdiri dua belas langkah di depan mereka, mengibaskan ekornya. Pemuda dan kedua peliharaannya yang berada di dalam lindungan cahaya putih, terlempar, mencelat ke samping kanan.

Cahaya putih yang membungkus mereka, sirna. Ketiga tubuh makhluk yang diciptakan Allah itu terjatuh di tanah berpasir. Mereka mendarat di samping kanan ular besar, berjarak dua puluh meter.

Pemuda yang berbadan kurus berusaha dengan cepat membangkitkan tubuhnya. Kepalanya terasa pusing karena membentur tanah tadi. Walaupun berpasir tapi terdapat tanah yang keras di balik pasir itu. Pipi kirinya terasa panas. Dia sadar bahwa gesekan pipinya dengan pasir telah membuat luka di wajah. Tapi dia tak menghiraukan hal itu. Matanya mencari kedua kucing miliknya. Dia melihat Banu yang tergeletak beberapa jengkal dari tempatnya tersungkur. Banu berada di sebelah kanan. Pemuda itu bergerak dan merangkak dengan menggunakan kedua lututnya, menggapai Banu yang tak sadarkan diri.

Setelah dengan bersusah payah menggapai kucing berwarna dominan coklat susu, dia mendengar suara desingan yang semakin mendekat. Menoleh ke arah sumber suara. Tiga lempengan hitam melesat cepat ke arah dirinya dan ke arah kedua Kucing Persia.

Matanya bergerak dengan cepat mencari Bono. Karena di malam hari yang hanya disinari cahaya Bulan Sabit, dia tak bisa dengan cepat mendeteksi keberadan Bono yang berbulu dominan hitam. Lima detik berikutnya, pemuda itu dapat melihat Bono yang berada di belakang, berjarak delapan langkah dan lempengan itu juga menuju ke arah Bono. Lawannya ingin membunuh mereka bertiga dengan cara bersamaan dan dalam waktu yang sama.

Singkat.

Waktu seperti sangat cepat berjalan. Pemuda yang memiliki kedua bola mata yang indah menjentikkan jarinya. Empat kali dia menjentikkan jari dengan cepat. Keempat cahaya putih keluar. Tiga cahaya putih diperintahkan untuk menahan lempengan hitam yang menuju ke diri mereka masing-masing. Sedangkan satu cahaya putih diperintahkan untuk membungkus dirinya dan Banu yang digendong dan masih tak sadarkan diri.

Kedua cahaya putih berhasil membungkus lempengan hitam yang berupa sisik ular raksasa. Namun cahaya ketiga tak berhasil menangkap sisik ular raksasa. Meleset. Satu lempengan itu melesat dengan cepat, menuju tubuh Bono yang masih tak sadarkan diri.

“Bismilla... ah....” Pemuda yang sudah terselubung dengan pelindung diri yang diciptakannya, berusaha melompat sekali ke arah Bono. Berharap memiliki waktu yang tepat untuk menyelamatkan kucing berwarna hitam, berloreng putih.

Sisa kekuatan yang dimiliki telah membawanya di hadapan Bono dengan sekali lompatan. Terduduk di tanah berpasir dengan kedua lutut mendarat terlebih dahulu dan meraih Bono dengan cepat untuk masuk ke dalam pelindung yang telah diciptakan.

Jleb.

“All... ah...,” desah pemuda yang memakai jubah putih. Pecinya entah kemana, tak ada lagi di kepalanya.

Lempengan hitam yang berupa sisik ular raksasa telah menancap di tulang punggungnya. Pada saat yang bersamaan ketika meraih Bono untuk masuk ke dalam lubang pelindung, di saat itulah lempengan hitam juga masuk dan menyerang tulang punggungnya. Ada celah yang dapat ditembus sisik ular raksasa karena dirinya membuka sedikit pelindung untuk meraih Bono. Pelindung yang berupa cahaya putih, melemah dan dapat ditembus oleh lempengan berwarna hitam di saat yang tak diinginkan.

Dirinya terhuyung ke samping. Terjerembab di tanah berpasir. Jubah putih yang dikenakan telah berubah warna menjadi merah, di bagian belakang. Dia tak sadarkan diri. Begitu juga kedua kucing yang telah berada di pelukannya.

“Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia (Adam) dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk. Dan Kami telah menciptakan jin sebelum (Adam) dari api yang sangat panas.” (Al-Hijr : 26-27)

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status