Leon Prakasa, anak sulung dari dua bersaudara. Putra dari pasangan Utama Prakasa dan Kartika Andini ini terkenal akan sikapnya yang dingin, angkuh dan arogan.
Sementara si bungsu, Agnes Prakasa adik dari Leon terkenal akan sikap manjanya yang luar biasa. Dengan kedua sifat yang saling bertolak belakang ini membuat keduanya tak pernah akur. Tapi, walaupun begitu Leon sangat menyayangi sang adik.
Kekejaman Leon pun begitu terkenal hingga santer terdengar kabar jika ia sudah bergonta-ganti beberapa kali pembantu. Alasannya karena tak sesuai kriteria yang dia inginkan.
Leon tak perlu pembantu yang muda dan cantik, mau bagaimanapun wujudnya asalkan kinerjanya memuaskan maka Leon tidak akan sampai memecat para pembantu-pembantu sebelumnya. Karena kriteria pembantu yang Leon cari adalah yang mampu membuat Leon puas.
Bagi Leon, kinerja yang baik harus layak di teruskan sementara yang buruk harus segera di hempaskan.
Leon sendiri punya beberapa peraturan yang ia terapkan untuk pembantu yang akan bekerja di rumahnya. Dan Leon kerap kali merasa kecewa dengan hasil kerja para mantan pembantunya terdahulu.
"Sangat buruk," tukasnya pada sang ibunda, nyonya Kartika. Begitulah sapaan para pembantu di rumahnya.
"Kali ini kenapa lagi? Apa pembantu baru itu membuat kesalahan?" tanya nyonya Kartika tak habis pikir. Putranya ini begitu gampang sekali main pecat para pembantunya hanya karena membuat satu kesalahan.
"Seharusnya kamu bisa memaafkan jika Ratih membuat salah," ujar nyonya Kartika menasehati anaknya. Dan Ratih, nama pembantu yang baru Leon pecat.
"Maaf?" ulang Leon merasa geli mendengar satu kata itu. "Aku tidak akan mentolerir kesalahan seseorang. Kalau salah ya salah, dan kinerja yang tidak becus harus segera di singkirkan, bukan? Aku pikir Mom tidak melupakan ucapan Mom sendiri."
Nyonya Kartika terdiam. Ingatannya terlempar pada beberapa tahun yang lalu. Saat itu ia menasehati Leon remaja yang sangat baik dan hangat kepada orang lain. Dan Leon remaja yang kerap kali mudah kasihan dan memaafkan orang lain. Nyonya Kartika kesal pada Leon remaja yang sempat marah dan menentang dirinya yang tengah memarahi salah satu pembantu terdahulu saat berbuat salah.
"Anakku, jangan terlalu baik dan merasa kasihan pada orang lain. Karena belum tentu orang yang kamu kasihani itu baik padamu. Kelak kamu akan mengerti bahwa hidup ini sangat keras. Orang yang salah tetaplah salah, dan orang yang pekerjaannya tidak becus itu tidak layak untuk diteruskan. Artinya, harus segera di singkirkan."
"Tidak ada pengampunan untuk orang-orang yang berbuat salah. Bukan begitu, Mom?"
Kedua mata nyonya Kartika mengerjap beberapa kali, ia tidak menyangka jika ucapannya dulu masih tetap di ingat Leon.
Apakah itu artinya, dirinya sendirilah yang mengubah Leon remaja yang baik menjadi Leon dewasa yang kejam.
Oh tidak!
Wajah nyonya Kartika pias dan beberapa kali ia menelan salivanya kasar.
"Mom baik-baik saja?" tanya Leon yang tak pernah lepas mengalihkan tatapan pada Mommy tercintanya.
Nyonya Kartika menghela nafas sesaat seraya mengangguk. "Mom punya calon pembantu baru untuk kamu."
"Ah, sudahlah," Leon mengibaskan sebelah tangannya. Merasa muak mendengar ucapan ibunya.
"Palingan juga yang tidak becus lagi kinerjanya." cibir Leon merasa kapok akan pilihan nyonya Kartika.
"Mom yakin kali ini tidak akan mengecewakan," ucap nyonya Kartika mantap.
Leon mengangkat sebelah alisnya, "oh ya? Katakan padaku, kenapa Mom bisa sangat seyakin itu?"
"Tentu saja, karena calon pembantu yang ini adalah keponakan Bi Marsiah."
"Apa? Keponakan Bi Marsiah yang bekerja di rumah kita?"
"Ya!" sahut nyonya Kartika. "Kalau kamu mau, besok sepertinya dia sudah bisa mulai bekerja disini."
"Tunggu dulu!" cegah Leon, "akan ku pikirkan lagi."
"Hmm, baiklah. Jika kamu sudah menentukan pilihan, segeralah hubungi Mom." nyonya Kartika bangkit berdiri dari duduknya bersiap pergi.
"Oke. Uhm, tunggu Mom!"
"Apalagi?" tanya nyonya Kartika kesal.
"Peraturannya masih sama, tolong sampaikan padanya untuk mematuhi peraturan bila ingin menjadi pembantu yang sesuai kriteriaku."
"Apakah itu artinya, ya?"
"Mungkin," Leon mengendikkan kedua bahunya tak acuh.
Nyonya Kartika mengulum senyum geli melihat tingkah putranya yang sebenarnya tinggal bilang mau saja sangat susah.
"Baiklah sayang, akan Mom sampaikan." nyonya Kartika mendekat pada Leon dan mengecupnya pipi putranya sayang.
"Mom pergi, dah."
"Dah," Leon membalas lambaian tangan mamanya.
Hati-hati dijalan, Mom. ucap batin Leon yang tak mampu mengungkapkannya secara langsung.
****
Mila memoles wajahnya dengan make up tipis agar terlihat cantik dan segar. Hari ini ia senang sekali karena akan memulai bekerja kembali. Ya, meskipun masih tetap hanya bekerja sebagai pembantu.
Bibinya bilang jika ia akan mulai bekerja di rumah tuan muda, anak majikan tempat bi Marsiah bekerja.
Setelah selesai dan merasa puas dengan hasil make up-nya sendiri, Mila keluar kamar dan menuju dapur. Seperti biasa ia melihat sosok bibinya yang sudah di bawah yang beralaskan tikar usang sembari menunggunya untuk sarapan bersama mu
"Eh, ya ampun cantiknya keponakan Bibi." puji bi Marsiah membuat Mila tersenyum malu.
"Terima kasih, Bi."
"Ayo sarapan," Mila mengangguk dan duduk di samping bi Marsiah.
"Mila, kamu sudah membaca semua isi peraturan dari Tuan muda Leon kan, ndok?" tanya bi Marsiah mengingatkan sang ponakan agar tidak lupa dan lalai dengan peraturan dari Leon patut sekaligus wajib ia patuhi.
"Sudah Bi," jawab Mila dengan mulut yang penuh dengan makanan.
"Astaga, banyak sekali ya Bi peraturannya. Kerja jadi pembantu aja berasa kayak anak sekolah, banyak banget peraturannya." cibir Mila merasa geli.
Bi Marsiah hanya menggelengkan kepala menanggapi celotehan Mila. "Di ingat, Mil, kamu harus patuhi peraturan itu. Jangan baru satu hari kerja kamu udah buat salah loh."
"Iya Bi," Mila mengangguk mengerti. "Aku janji akan bekerja dengan baik, memberikan segalanya yang terbaik untuk Tuan muda...."
"Leon."
"Ah, iya itu. Untuk Tuan muda Leon. Aduh, namanya unik juga ya," ucap Mila pelan di akhir kalimatnya.
Saat menyebut nama Leon Mila mengingat salah satu nama permen gagang. Ah iya, jagoan neon. Hmm, tinggal di ganti huruf depannya aja. Hehehe.
***
Enam tahun kemudian....Leon dan Mila beserta kedua anak mereka ikut dalam sesi pemotretan keluarga. Ya, tepat hari ini Liam sudah resmi mempersunting wanita pujaan hatinya.Butuh waktu sampai enam tahun lamanya bagi Liam untuk benar-benar bisa melupakan Mila dan berhasil melabuhkan hatinya pada seorang wanita cantik yang kini sudah resmi berstatus sebagai istrinya.Nama wanita cantik yang telah berhasil mencuri hati Liam itu bernama Leena. Kebaikan hati dan sikap lembutnya mampu meluluhkan hati Liam."Selamat, bro." ucap Leon disusul Mila yang juga memberikan selamat untuk sepasang pengantin yang tengah berbahagia sebagai raja dan ratu malam ini."Terima kasih," sahut Liam dan Leena kompak kemudian turut membalas senyuman.Si kecil Liora, putri bungsu Mila tampak memperhatikan Liam dan Leena. Karena Leena begitu menyukai anak kecil pun turut gemas akan si kecil lucu Liora."Boleh aku gendong?" tanya Leen
Mila meremas ke sepuluh jarinya yang saat ini tengah gugup luar biasa. Ada Leon yang duduk di sisi kanannya dan ada bi Marsiah yang duduk di sisi kiranya. Juga ada pak Utama yang duduk di depannya, ada juga Agnes yang duduk di samping pak Utama.Dan yang paling membuat Mila gugup luar biasa adalah seseorang yang saat ini duduk di kursi roda tengah menatap lekat dirinya. Mila akui jika kini tak ada lagi tatapan tajam yang dilayangkan orang tersebut, melainkan hanya tatapan sendu yang menyorot kesedihan juga penyesalan.Entahlah. Itu yang Mila tangkap dari netra nyonya Kartika. Tapi, apakah benar?Tadinya juga Mila kaget saat suaminya pulang ke rumah bersama Agnes untuk menjemput dirinya."Mom, ingin bertemu denganmu." itulah kata-kata yang diucapkan Leon sebelum Mila bertanya lebih dulu. "Sayang, ada yang ingin Mom katakan.""Hah? Apa?" kaget Mila terlihat bingung.Pertanyaan Mil
Leon berdiri termenung di depan jendela kamarnya yang masih terbuka. Langit sudah mulai menggelap di sertai angin yang cukup kencang, sepertinya sebentar lagi akan turun hujan.Leon teringat lagi akan pembicaraannya beberapa jam yang lalu dengan sang papa dan adiknya. Pak Utama dan Agnes meminta Leon untuk pulang ke rumah karena nyonya Kartika yang tengah sakit sebulan terakhir ini.Sebenarnya sakitnya nyonya Kartika sudah dari beberapa bulan yang lalu semenjak perjanjian yang dibuat bersama Leon. Semenjak itu keadaan nyonya Kartika semakin drop, dan parahnya sebulan belakangan ini.Nyonya Kartika jarang makan karena seringnya menolak makan, dan kerap kali mengigau menyebut nama Leon dalam tidurnya. Nyonya Kartika bahkan acap kali mengucapkan permintaan maaf berulang kali yang sepertinya ditujukan pada Leon dan Mila.Sebab itulah pak Utama dan Agnes nekat mem
Beberapa bulan kemudian....Hari ini seperti biasanya, Mila terbangun dengan ceria. Setelah mengecup mesra pipi suaminya, Mila beranjak bangun dari ranjang dengan perlahan. Perutnya yang sudah mulai kelihatan sedikit buncit membuatnya lebih berhati-hati lagi dalam bergerak melakukan aktivitas."Sayang...."Langkah Mila terhenti begitu mendengar suara suaminya yang memanggil namanya. Mila membalikkan badan dan terkejut saat mendapati tubuh Leon yang masih terbaring nyaman di ranjang."Astaga, dia mengigau menyebut namaku." gumam Mila menepuk jidatnya pelan.Kemudian Mila segera bergegas beranjak keluar dari kamar sebelum suaminya itu benar-benar terbangun dan menggeretnya untuk kembali tidur di ranjang."Bibi," sapa Mila melihat bi Marsiah ketika ia tiba di dapur.Bi Marsiah menoleh sebentar dan membalas sapaan Mila sebelum kembali fokus pada masakannya.
Leon menatap dingin sang mama yang datang ke rumahnya. Sedangkan Mila dan bi Marsiah tampak ketakutan melihat kedatangan nyonya Kartika.Kata angkuh tentu saja masih tetap melekat di diri seorang nyonya Kartika yang selalu menatap rendah orang miskin.Membandingkan derajat dan kekayaan orang lain, pada akhirnya membuat nyonya Kartika memilih-milih teman untuk bergaul.Begitupun dalam memilih menantu untuk anak-anaknya. Mila jelas jauh dari kriteria menantu idaman yang di impikannya. Sayangnya, putranya Leon begitu sangat mencintai Mila."Ada apa Mama kesini?" tanya Leon to the point atas kedatangan nyonya Kartika ke rumahnya. Terlihat jelas raut wajah tak bersahabat di wajah Leon, karena ia tentunya masih marah atas sikap dan tindakan jahat mamanya.Nyonya Kartika mengumpat dalam hatinya melihat dingin dan datarnya sikap sang anak padanya. Nyonya Kartika vpastilah Mila sudah mengatakan yang seb
Pak Utama dan Agnes tersenyum menyambut kepulangan menantu dan juga besannya. Pak Utama menepuk bangga puteranya yang telah berhasil menemukan dan membawa pulang kedua wanita tersebut.Mila menghambur memeluk pak Utama yang melebarkan kedua tangannya, tangis Mila pecah di pelukan sang papa mertua yang memberikan kecupan sayang di puncak kepalanya.Mila beralih memeluk Agnes, adik iparnya yang sudah ia anggap seperti adik kandungnya sendiri. Sama seperti pak Utama yang sudah di anggap seperti bapak kandungnya sendiri.Dan dari kedua orang itulah Mila seperti kembali merasakan kebahagiaan bersama keluarga. Sayang, masih kurang lengkap. batin Mila sedih kala mengingat kurangnya satu orang lagi yang seharusnya juga melengkapi kebahagiaan ini.Perubahan raut wajah Mila yang tadinya ceria kini terlihat murung kembali. Dahinya mengernyit mengikuti arah pandangan mat