Share

Mommy Untuk Zee
Mommy Untuk Zee
Penulis: Si Nicegirl

Kehadiran Seorang Anak

Siang itu cuaca yang terlihat di luar jendela kaca ruang kerja Andre amatlah cerah. Namun hati Andre yang tetap terasa mendung sejak kembalinya wanita yang sangat ia cintai Azalea, ke dalam pelukan Aaron, semakin terasa mendung saat mendapati surat pengunduran diri sekretarisnya yang selama ini selalu dapat ia andalkan.

Dengan kesal ia membanting surat itu ke atas mejanya,

“Kenapa bisa tiba-tiba Lydia mengundurkan diri? Apa kau bisa handle semuanya seorang diri, Jo?” tanyanya pada Joshua asisten pribadinya.

Sebenarnya Andre tidak menginginkan seorang asisten pribadi yang selalu mengikutinya dengan berbagai agenda yang harus ia lakukan. Melebihi tugas seorang sekretaris yang telah lama ikut dengannya itu. Namun daddynya memaksanya untuk menerima Joshua sebagai asisten pribadinya.

“Hanya menambah job desk pekerjaan saya saja, Tuan. Tentu saja saya sanggup. Sampai saya menemukan sekretaris yang handal untuk menggantikan posisi Lydia,” jawab Joshua.

"Tidak akan ada yang sehandal dia, Jo! Saya bisa pastikan itu! Daripada kau buang waktu mencari sekretaris lainnya, kenapa tidak kau datangi saja Lydia, tanyakan padanya apa yang menyebabkannya mengundurkan diri, kalau masalah salary, saya bisa naikkan dua kali lipat dari yang sebelumnya!" saran Andre.

Jo sedikit menunduk saat menjawab,  

"Baik Tuan Andre. Saya akan mencari tahu dan membujuknya untuk mau kembali bekerja di sini lagi."

Dengan gerakan tangannya, Andre meminta Joshua keluar dari ruangannya,

"Pergilah, dan bawa wanita itu secepatnya!" perintahnya.

Joshua baru akan melangkah keluar saat terdengar ketukan pintu, asisten pribadinya itu pun langsung membukanya dan mendapati salah satu anak buahnya tengah menggendong seorang anak perempuan,

"Apa kau lupa ini masih jam kantor? Kenapa kau membawa anak ke sini?" tanya Joshua.

Suaranya terdengar tegas dan berwibawa saat berbicara dengan anak buahnya, tidak selembut saat berbicara dengan Andre.

"Maaf, Pak Jo. Tapi ini bukan anak saya," jawab anak buahnya.

"Kalau bukan anak kamu, kenapa kamu membawanya ke sini? Apa kau mau memancing kemarahan Tuan Andre?"

Apa mereka tidak tahu kalau suasana hati Andre selalu terlihat buruk. Sedikit saja kesalahan maka pria itu tidak akan segan-segan memecat mereka.

"Maaf Pak Jo, saya tidak akan berani. Tapi tadi seseorang menitipkan anak ini pada saya, dan menegaskan kalau anak ini adalah milik Tuan Andre."

"Jangan gila kamu! Sejak kapan Tuan andre memiliki anak? Menikah saja belum! Berhubungan ba ... " Joshua mengibas tangannya dengan tidak sabar,

"Sudahlah, bawa anak itu keluar! Dan kembalikan pada siapapun yang memberikannya padamu barusan!" perintahnya.

"Tapi ... "

"Apa kau sedang mencoba untuk mengabaikan perintah saya?"

Melihat tatapan tajam Joshua seketika itu juga anak buahnya menunduk, entah karena hormat atau ketakutan.

"Baik Pak Jo. Saya akan kembalikan lagi anak ini!"

Anak buahnya balik badan sambil menggerutu pelan,

"Apa Pak Jo tidak melihat mata anak ini sebiru mata Tuan Andre? Bukan anaknya darimana?"

"Apa yang kau ucapkan barusan?"

Pertanyaan Joshua membuat langkah anak buahnya terhenti. Punggungnya menegang karena ketakutannya akan amarah yang akan ia terima dari Joshua nantinya, ia tidak menyangka kalau gumamannya dapat tertangkap telinga atasannya itu.

Perlahan anak buahnya balik badan kembali ke arah Joshua. Dan saat itu, anak yang semula sedang tertidur dengan menyandarkan kepalanya di dada anak buahnya, sekarang mulai terbangun dan perlahan membuka kedua matanya.

Joshua mundur beberapa langkah ke belakangnya, karena apa yang anak buahnya ucapkan tadi ada benarnya juga, mata anak perempuan itu sama birunya dengan mata Andre. Mata yang saat ini amatlah langka.

"Mommy .... Mommy ... " rengek anak itu dengan bibir bawahnya yang bergetar, sebentar lagi pasti akan segera nangis mencari sosok yang anak itu kenali.

"Bawa masuk!" perintah Joshua, ia membuka pintu lebar-lebar dan menutupnya kembali setelah anak buahnya masuk sambil terus menggendong anak kecil itu.

Lebih baik mereka membicarakannya di dalam, untuk menghindari spekulasi buruk dari para karyawannya nantinya.

"Apa-apaan ini?" tanya Andre saat melihat seseorang memasuki ruangannya dengan seorang anak yang sedang merengek sedih.

"Bawa anak itu ke sana!" seru Joshua sambil menunjuk sofa melingkar di sisi jendela kaca besar yang menampakkan gedung-gedung bertingkat yang seolah berlomba-lomba meninggikan bangunannya.

"Jo! Jelaskan padaku sekarang!" geram Andre. Matanya mengikuti gerak langkah anak buahnya yang sedang menuju sofa tempat Andre biasanya duduk santai.

"Seseorang telah menyerahkan anak itu pada anak buah kita, Tuan. Menurut penuturannya, anak itu adalah milik anda Tuan," jelas Joshua.

Andre menyipitkan kedua matanya dengan dongkol,

"Dan kau percaya begitu saja?"

"Tentu saja saya tidak langsung percaya, Tuan. Mengingat saya tahu hidup selibat anda. Tapi, kalau anda melihat mata anak itu, anda akan mendapati mata yang sama dengan mata anda."

Bahkan Thomas adik kandung Andre sekalipun tidak memiliki mata yang sebiru cerah itu. Sama dengan birunya langit saat ini.

Penasaran dengan yang Joshua ucapkan barusan, Andre pun menoleh ke anak perempuan yang sedang fokus memandangi gedung perkantoran, juga lalu lalang mobil yang terlihat di atas jalan layang depan kantor Andre.

"Bawa ke sini anak itu!" perintahnya.

Dan saat anak buahnya melangkah mendekati Andre, anak yang tadinya terlihat merajuk kini wajahnya mulai terlihat ceria. Pandangan Andre pun langsung tertuju ke dua pasang mata berwarna biru sebiru warna mata Andre,

"Memangnya apa yang orang itu ucapkan saat menyatakan anak itu adalah anak saya?" tanya Andre pada anak buahnya itu.

"Tolong serahkan anak ini pada Tuan Beaufort, dia membutuhkan Daddynya, karena Mommynya sudah tidak sanggup lagi merawatnya," jawab anak buahnya.

"Beaufort siapa yang orang itu maksud? Saya, Daddy saya? atau Thomas?" cecar Andre.

Ia sedikit dongkol dengan cara kerja anak buahnya itu. Nanti, ia akan meminta Joshua untuk melatih kesigapan mereka lagi.

"Maaf, Tuan. Hanya itu yang diucapkan sebelum pria itu bergegas pergi dengan sangat terburu-buru."

Andre bisa mencoret Thomas dari daftar ayah anak ini, karena matanya yang tidak sebiru mata Andre dan mata daddy mereka. Thomas memiliki warna mata mommy mereka.

Dan mengingat Andre tidak pernah sekalipun menyentuh wanita, maka bisa dipastikan kalau anak perempuan itu adalah milik daddynya. Kedua tangannya pun mengepal erat,

"Sial! Apa aku punya adik lagi?" geramnya.

Menghadapi keliaran Thomas saja Andre sudah dibuat pusing, ditambah lagi satu orang adik yang masih batita.

Apa anak ini hasil hubungan daddynya dengan Kitty?

Mengetahui hal itu Andre semakin terbakar emosinya. Ia seolah tidak dapat menerima memiliki adik dari wanita yang pernah kedapatan mencoba menggoda dirinya.

"Jo! Segera hubungi Tuan Beaufort!" perintahnya dengan nada tajam.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status