"Nona muda, apakah kau memandang dirimu setinggi itu? Kau pikir, Tuan Devan tertarik padamu?"Miranda sendiri sangat cantik dengan kulit putih mulus, ditambah dengan kecerdasan yang dimiliki gadis itu dan juga meski usianya cukup muda, gadis itu juga memiliki posisi cukup tinggi sejak bekerja di DB Investment membuat siapapun pasti tertarik dengannya.Namun, semua orang yang berada di ruangan itu sadar, tentu dengan kekayaan yang dimiliki Devan, pemuda itu dengan mudah mendapatkan gadis manapun yang dia inginkan.Bahkan setiap gadis yang Devan minta, akan suka rela merangkak kearah pemuda itu, jika saja Devan memintanya.Apa yang dikatakan Miranda tentu membuat Devan terkejut, ditambah lagi apa yang diucapkan Natalie lebih mengejutkan Devan.Devan sendiri tak menyangka akan dihadapkan dengan situasi seperti ini, dalam batinnya Devan berkata, "Aku baru saja dikhianati pacarku, beberapa hari yang lalu?....""A-aku.... Aku...."Saat itu Natalie sudah berjalan mendekat pada gadis itu, apa
"Diana, kau yakin kita bisa ke sana menggunakan kartu ini?"Malam ini Diana mendatangi kedua temannya yaitu Alvin dan Chris, untuk mengajak keduanya datang ke acara di The Royal Shiren.Beberapa waktu yang lalu, ketiganya merasa cukup putus asa, ketika mereka menyadari untuk datang kesana, mereka harus memiliki semacam kartu undangan atau kartu akses untuk menuju ke tempat itu.Namun, meski mereka memiliki kartu itu, mereka menyadari bahwa kartu yang mereka miliki sangatlah berbeda dengan milik orang lain.Dimana saat kemarin saja, mereka melihat dengan mata kepala mereka sendiri. Jika mereka ingin kesana, ketiganya harus memiliki kartu khusus berwarna gold seperti yang ditunjukkan oleh Ken.Akan tetapi, kartu yang mereka miliki berwarna hitam dan terdapat logo DB Investment juga tulisan All Access berwarna gold."Dari mana kau mendapatkan kartu ini?" Tanya Alvin yang saat itu melihat kartu tersebut dengan lekat."Kakakku memberikannya padaku," ucap Diana, "Dia bilang, Nona Natalie se
"Ken, sebaiknya kita cepat masuk kesana, aku penasaran dengan kartu yang dimiliki para pecundang itu."Ken yang mendengar perkataan Tommy barusan membuatnya tersentak dari lamunannya.Hal yang sama juga dialami oleh Nancy dan juga Morgan, saat itu keduanya juga melihat dengan mata kepala mereka sendiri, bagaimana perlakuan yang didapatkan oleh ketiganya.Saat itu juga mereka berempat langsung berjalan mendekati penjaga itu untuk menunjukkan apa yang merek miliki.Namun begitu, para penjaga tersebut hanya menyapa mereka berempat, bahkan sapaan itu terlihat hanya sekedar formalitas belaka."Sial, sepertinya rasa tertarikku pada gadis itu sudah menghilang karena hal tadi," ucap Tommy."F*ck, Tommy. Kau juga menyukai Diana?"Ken yang tak terima jika temannya itu juga menyukai gadis yang dia sukai, merasa tak terima. Akan tetapi, melihat bagaimana gadis itu selalu menolak ajakannya, juga membuat Ken merasa tak terima."Tapi, kau benar Tommy. Sepertinya aku juga mulai muak dengan gadis itu.
Sesampainya di tempat yang dimaksud oleh Natalie, Devan sedikit heran dibuatnya.Tidak seperti dugaannya, tempat yang dikatakan Natalie bahwa hiburan yang sesungguhnya ini ternyata terlihat sangat sepi. Dimana tak ada orang lain selain para penjaga yang berdiri di antara pintu masuk gedung itu.Setelah Devan keluar dari mobil dan mengikuti Natalie berjalan masuk kedalam gedung itu, para penjaga itu serentak membungkukkan badan lalu menyambutnya."Selamat datang, Bos...." Ucap mereka serentak.Apa yang dilakukan para penjaga itu membuat Devan tersenyum, "Natalie, apa kau yang mengatur ini semua?"Mendengar itu, Natalie kemudian tersenyum namun menggelengkan kepalanya."Bukan aku, tapi Frankie yang mengatur ini untukmu, sekali lagi selamat datang, Bos...."Setelah itu Natalie mengangkat salah satu tangannya mempersilakan Devan untuk masuk."Terima kasih, kalian memanglah yang terbaik," ucap Devan tersenyum.Keduanya berjalan melewati para penjaga tersebut masuk kedalam gedung termegah d
"Devan, bagaimana kau bisa berada di sini? Oh, tidak. Tentu saja kau bisa, tapi...."Saat itu Alvin yang merasa penasaran langsung berbisik pada Devan, padahal saat itu Natalie juga berjalan bersama mereka.Namun begitu, saking terkejutnya dengan kejadian barusan, membuat Alvin tak bisa menyusun kata-katanya."Aku hanya menyusul kalian, tentu saja Diana yang mengajak kalian bukan?"Mata Alvin bahkan Chris yang juga mendengarnya ikut melebar, tapi otak mereka bekerja lebih keras dari biasanya, karena bukan itulah jawaban yang mereka inginkan.Sedangkan Diana sendiri juga tak menyangka jika Devan bisa bersama dengan Natalie saat itu.Yang gadis itu ketahui saat ini hanyalah Natalie dan kakaknya itu memang memiliki hubungan yang baik.Bahkan gadis itu juga melihat kedekatan keduanya saat pertama kalinya terjadi masalah di bar milik Natalie.Saat ini baik Alvin, Chris, maupun Diana hanya diam mengikuti kemana Natalie mengajak mereka.Bukan karena tak ingin berbicara, melainkan ketiganya s
Saat itu Devan sengaja meminta Natalie untuk membawanya juga ke rumah milik Natalie.Pemuda itu berniat untuk mengabari sahabat dan adiknya itu keesokan harinya, saat semua sudah sedikit lebih tenang.Selama perjalanan pulang ke rumah Natalie, keduanya hanya terdiam. Bahkan sesampainya di sana Natalie tak mengucapkan sepatah katapun.Devan sendiri juga tak tahu apa yang harus pemuda itu katakan pada Natalie.Devan hanya menelfon Darwin Parker untuk mengurus sisa kekacauan yang ada di Grand Plaza, lalu meminta Brock Harvey untuk berjaga demi memastikan keselamatan sahabat dan adiknya.Bisa dipastikan saat mereka keluar Harold sudah tak bernyawa, dan keduanya berharap dua orang yang menjadi pengawal Harold juga tak lagi bernyawa di tangan para penjaga Grand Plaza.Saat ini Devan sadar bahwa dia sudah melakukan pembunuhan pertamanya, namun dia sama sekali tak merasa takut ataupun menyesal.Entah kenapa saat melakukan pembunuhan itu, Devan malah merasa lebih lega."Devan!...."Saat itu, N
Akhir pekan saat menjelang siang hari, ketika Alvin dan Chris berbicara dengan Damien di ruangannya, Diana menunggu keduanya di luar dengan sedikit cemas.Meski mereka tak memiliki satupun masalah dengan pria yang kini menjadi salah satu dari orang kepercayaan Natalie di DB Investment, namun bagi mereka apa yang dilakukan tadi malam, mungkin menyinggung pria itu.Sesaat setelahnya, Diana tersadar dari lamunannya saat pintu ruangan Damien itu terbuka, dan terlihatlah Alvin dan Chris yang baru saja keluar dari sana.Sehingga membuat Diana melompat dan berdiri lalu menghampiri mereka, namun gadis itu merasa sedikit ada yang aneh dengan keduanya.Kali ini benar-benar tak ada raut wajah kesedihan atau penyesalan diantara mereka.Bahkan Diana melihat sendiri bagaimana Alvin dan Chris yang saat ini malah tersenyum padanya."Diana, kami diterima kerja di DB Investment.""Ya, bahkan kami bukan hanya magang, melainkan mulai hari senin besok kami harus mulai bekerja."Saat itu Diana yang baru sa
"Prang!....""F*ck, mereka pikir, mereka siapa hah?"Saat mendengar kabar kematian orang-orangnya, Warren Phillips langsung menghempaskan gelas kaca yang berisi anggur yang ada di tangannya karena murka.Harold yang merupakan orang kepercayaan Phillips, tiba-tiba saja tadi pagi jasadnya sudah terbaring di halaman rumahnya bersama dengan kedua jasad bawahan Harold.Saat ini rumahnya, di ruang kerja miliknya, Warren Phillips benar-benar murka.Bagi pria tua itu, jika ada orang yang berani mengusik Harold, itu sama saja orang tersebut tidak memandangnya sama sekali, apalagi sampai membunuhnya.Akan tetapi, meski terlihat sangat murka, Warren Phillips harus tetap bisa berpikir jernih dan tenang."Panggil Brent Owen dan Peter Brock ke sini!" Perintah Warren pada beberapa orang di sana."Natalie.... Kau yang memulai, kau juga yang akan menanggungnya," gumam Warren.Sementara itu di sore hari masih di rumah milik Natalie, Devan masih belum berniat untuk pulang ke apartemennya.Setelah sediki