Devan cukup terkejut ketika dia sudah sampai di lokasi yang ditunjukkan oleh sistem yang dia miliki.
"Apa yang.... Oh tidak, kenapa Diana bisa berada ditempat seperti ini?" Gumam Devan dalam hati.Saat ini Devan berdiri di depan sebuah bar yang terlihat mewah meski tak terlalu besar."Sepertinya aku harus masuk," ucap Devan sambil melangkahkan kakinya menuju bar tersebut.Memang saat mendapatkan misi, sistemnya mengatakan sebuah tempat yang sangat tidak asing bagi Devan, yaitu The Sunshine Bar.Namun, saat Devan sudah didepan pintu masuk bar tersebut, dua orang penjaga bar itu menahannya."Hey bocah, apa yang kau lakukan disini?" Ucap salah satu penjaga tersebut."Maaf, Tuan. Sepertinya aku mengenali seseorang didalam sana," ucap Devan menjelaskan.Namun seketika kedua penjaga itu menatap Devan dari ujung kaki sampai kepalanya."Anak muda, meski bar ini tak terlalu besar, namun tempat ini tak bisa dimasuki oleh sembarang orang begitu saja," ucap penjaga lainnya."Benar sekali, bar ini lebih berkelas dari yang kau bayangkan. Tapi...." Ucap penjaga lainnya sengaja menggantung kata-katanya."Tuan, apa maksudmu? Aku akan membayar berapapun yang kalian mau.""Anak muda, sepertinya kau memiliki uang yang banyak. Tapi, ini bukan soal harga."Ketika penjaga itu mengatakannya, Devan merasa sedikit kesal, "Tuan, biarkan aku masuk! Adikku, Diana ada didalam sana."Mendengar ucapan Devan, kedua penjaga itu saling bertatapan sejenak. Namun setelah itu, mereka menatap Devan."Apa benar gadis yang kau sebutkan tadi adalah adikmu?" Ucap salah satunya, namun saat Devan ingin mengatakan sesuatu, penjaga lainnya langsung memotongnya."Kalau memang benar, sebaiknya kau pergi dari sini."Mendengar itu, Devan semakin bertambah kesal. Devan berniat menerjang penjaga itu, dia tak peduli karena sistemnya telah memberikan keahlian bela diri padanya.Namun seketika perhatian Devan teralihkan ketika dia melihat seorang wanita cantik berjalan keluar dari dalam bar tersebut."Ada apa ini? Apa yang kalian bicarakan?" Ucap wanita itu pada ketiganya."Maaf Nona, pemuda ini memaksa masuk kedalam," ucap penjaga itu, "dia mengatakan ada seseorang yang dia kenal didalam," tambah penjaga lainnya.Melihat kedua penjaga itu yang begitu menghormati wanita itu, Devan menyimpulkan bahwa wanita itu adalah atasan mereka."Maaf Nona, aku mengenal seorang gadis yang mungkin berada didalam sana," ucap Devan kepada wanita itu."Apa yang kau maksud adalah Diana?"Mendengar pertanyaan wanita itu, pupil mata Devan sedikit membesar, ketika itu Devan langsung menganggukkan kepalanya dan berkata, "benar Nona, dia adalah adikku."Ketika mendengar pengakuan pemuda di hadapannya, Natalie terdiam sejenak seakan mempertimbangkan sesuatu."Baiklah, jika ada hal penting yang ingin kau bicarakan, masuklah! Ingat, dia sedang bekerja disini, jangan ganggu pekerjaannya!" Ucap Natalie pada Devan."Terima kasih, Nona."Setelah itu, Devan masuk kedalam bar bersama Natalie yang dia ketahui adalah manajer The Sunshine Bar.Natalie menunjukkan keberadaan Diana yang kini berada di ruangan karaoke kepada Devan lalu meninggalkannya begitu saja.Kemudian, Devan berjalan sedikit berlari menuju ruangan itu. Setelah dekat dengan ruangan karaoke tersebut, Devan langsung membuka pintu ruangan tersebut.Namun saat pintu itu terbuka, seketika mata Devan terbelalak melihat keadaan Diana didalam sana."Hentikan!"Devan berteriak dan membuat pria yang sedang berusaha melecehkan adiknya itu sedikit terkejut.Seketika Diana berusaha berdiri dan berlari mendekat kearah Devan.Melihat siapa yang datang, pria itu terlihat marah, "kau! Apa yang kau lakukan bajingan!" Ucap pria itu.Melihat siapa yang berusaha melecehkan adiknya, seketika membuat Devan merasa sangat kesal.Mendengar suara keributan didalam ruangan karaoke, membuat beberapa orang yang datang bersama Warren datang mendekat.Selain itu, melihat beberapa orang yang kini berjalan mendekat kedalam ruangan karaoke tersebut membuat Natalie Carson juga ikut mendekat.Memang tak terlalu menarik perhatian, namun posisi orang-orang itu yang sangat dekat dengan ruangan itu membuat mereka mendekat kesana."Tuan Warren Phillips, kau sudah memecatku apa kau belum puas? Apa yang kau lakukan dengan adikku?" Ucap Devan yang saat ini sudah tak memiliki rasa hormat kepada pria itu.Sebelumnya, Devan memang bekerja di sebuah hotel ternama di kota Luxburg.Namun siapa sangka, pria yang awalnya adalah bosnya itu, berniat akan memperkosa Diana, adiknya.Mendengar ucapan Devan, membuat Warren tersenyum meremehkan."Apa kau sudah mendapat pekerjaan lain setelah ku pecat? Ucap Warren kepada Devan, "sepertinya memang benar, kakak adik tak ada bedanya, pembuat masalah!" Tambahnya lagi.Melihat kejadian yang tak terduga itu, membuat Natalie juga melebarkan matanya.Dia tak menyangka pemuda yang baru saja masuk itu bertindak sejauh itu. Namun, Natalie juga tak bisa sepenuhnya menyalahkan Devan.Karena bagaimanapun dia juga sudah berjanji kepada Diana untuk memperlakukannya sebaik mungkin.Meskipun Diana hanya bekerja paruh waktu di bar miliknya, namun Diana selalu sangat baik dalam melakukan pekerjaannya.Memang benar Natalie sangat menghormati Warren, namun itu hanya karena pria itu adalah pemilik saham mayoritas di bar miliknya.Namun, hal tersebut juga malah membuat Natalie merasa dilema. Dia tak tahu apa yang harus dilakukan.Saat itu, Warren langsung menatap keberadaan Natalie yang saat itu terlihat kebingungan.Melihat ekspresi yang ditunjukkan oleh Natalie, Warren sudah menyimpulkan bahwa Natalie tak berusaha membelanya.Saat para pengikutnya ingin menghajar Devan dari belakangnya, Warren mengangkat tangan seolah meminta pengawalnya untuk tidak bertindak terlalu jauh."Nona Natalie, kenapa kau diam saja? Kenapa kau biarkan bocah bajingan ini masuk?" Ucap Warren sambil menunjuk kearah Devan."Diam kau Warren F*ckin Phillips! Aku dulu sangat menghormatimu, tapi saat ini kau sudah kelewatan!" Ucap Devan sambil menunjuk kearah Warren."Bahkan ini juga bukan kesalahan Nona Natalie...." Tambah Devan lagi."Baiklah, kalau begitu aku juga sudah muak berada di sini," ucap Warren sambil berjalan melewati Devan begitu saja.Namun saat Warren berada tepat disamping Natalie yang saat itu masih terdiam, dia berkata, "hey jallang, jangan salahkan jika aku menarik semua investasiku di tempat sialan ini."Setelah mengatakan itu, Warren pergi begitu saja meninggalkan mereka semua.Saat itu, Devan yang sudah mendapatkan ketenangannya terlebih dahulu, dia langsung memeluk Diana adiknya.Tentu Devan tak ingin hal buruk terjadi pada Diana, karena hanya gadis itulah yang dia miliki saat ini."Bruk!"Sementara itu, Natalie langsung terjatuh dan bersimpuh di lantai ruangan karaoke tersebut.Meski Warren hanyalah pemilik mayoritas saham di bar miliknya, namun jika dia memutuskan untuk menarik semua investasinya di bar ini, maka setidaknya Natalie harus membayar sekitar enam juta dollar pada Warren.Melihat keadaan Natalie saat ini, membuat perhatian Devan sedikit teralihkan.Devan mengulurkan tangannya dan meminta Natalie untuk berdiri."Nona, berdirilah. Jika memang orang tua itu ingin menarik semua nilai investasi yang dia miliki, aku bisa membantu," ucap Devan yang masih mengulurkan tangannya.Mendengar itu membuat Natalie mendongakkan kepala dan sedikit terkejut.Seketika itu dia berusaha berdiri dan berkata, "anak muda, meski bar ini tak cukup besar, tapi bahkan adikmu sendiri tahu betapa mewahnya bar ini."Natalie mengatakannya bukan tanpa alasan, mengingat ketika Devan ingin masuk kedalam bar tadi.Bahkan untuk masuk kedalam bar ini saja tak akan cukup jika seseorang memiliki uang banyak, namun status keluarga juga harus dipertimbangkan."Diana, tunggu aku diluar, aku ingin berbicara sebentar dengan Nona Natalie," ucap Devan sambil tersenyum.Setelah Diana keluar, Devan duduk di sofa ruangan ini dan meminta Natalie untuk ikut duduk bersamanya.Setelah itu Devan berkata ramah, "Nona Natalie, aku tahu apa yang kau maksud. Jadi, tolong katakan berapapun agar aku bisa menjadi pemilik saham satu-satunya di bar ini."Olivia sendiri memang mengetahui sesuatu yang tak banyak diketahui kebanyakan orang.Awalnya gadis itu hanya menganggap rumor, ketika Diana yang menggantikan Natalie sebagai manajer The Sunshine Bar.Namun saat Olivia ingin membuktikan sendiri, ternyata memang begitulah sebenarnya, meski itu hanya segelintir orang yang mengetahui.Belum sampai di situ, ketika Olivia menyadari ternyata Diana juga mengenal baik dengan Natalie, membuat gadis itu lebih terkejut lagi.Melihat anaknya yang tidak menanggapi pertanyaannya, Julie kembali memperingatkan Olivia, sehingga membuat gadis itu sedikit tersentak."Oliv, kau dengar apa yang ibu tanyakan?"Seketika Olivia mengerjapkan matanya beberapa kali lalu menggelengkan kepalanya, sebelum akhirnya gadis itu berbicara."Ibu, percayalah kau akan terkejut saat aku menceritakan kebenarannya.""Apa maksudmu? Kau tentu tahu siapa Nona Natalie, kebenaran apa yang kau maksud?"Olivia tidak tahu harus menjawab seperti apa, karena menurut Olivia saat ini buk
Devan yang menyadari seakan pembawa acara itu memanggil dirinya dan Diana, seketika bertanya sambil menunjuk ke arah dirinya sendiri, memastikan.Sementara itu Olivia yang baru saja naik dan kini berada di belakang panggung, juga menyadari bahwa ada masalah di depan sana.Sebenarnya begitu acaranya dimulai, beberapa saat lagi gadis itu akan di panggil untuk maju ke atas panggung, begitu saatnya tiba.Namun, ketiga Olivia hendak berdiri untuk melihat keadaan di depan sana, ibunya Julie Hamilton menahannya."Oliv, biarkan saja.... Pihak keamanan akan membereskannya, setelah ini aku akan memanggil Regina. Sepertinya dia tidak melakukan tigasnya dengan baik," ucap Julie, "Apa dia tidak tahu, jika ada Nona Natalie dari DB Investment ada di sini?.... Ah.... Ini membuatku kesal," lanjutnya memperingatkan.Melihat bagaimana reaksi yang ditunjukkan ibunya, Olivia terpaksa menahan dirinya untuk tidak keluar, dan melihat apa sebenarnya yang terjadi.Tapi, entah kenapa saat ini Olivia merasa jiga
"Hey, kau pikir kau siapa haha?.... Terisi?.... Apa ada yang melihat seseorang duduk di sini?" Alvin tidak menyangka jika pemuda yang akan duduk di bangku yang di tempati Devan, akan berbicara dengan meninggikan suaranya.Alih-alih menanggapi ucapan pemuda yang duduk di bangku milik Devan, Alvin berkata pada Tommy."Tommy, bukankah kau tahu kalau...."Apa yang dikatakan Alvin menguap begitu saja, karena saat itu juga Tommy sudah mengangkat salah satu tangannya, memintanya berhenti.Chris yang sejak tadi memperhatikan gerak gerik Tommy, yakin bahwa dia sengaja menyuruh mereka duduk di sana.Hingga saat Devan dan Diana kembali, tak ada lagi tempat duduk untuk keduanya di sana."Tommy, kami tahu kau tak begitu mengenal Devan, tapi kau tentu mengenali Diana, jadi setidaknya—"Chris tak sempat menyelesaikan kata-katanya, karena saat itu juga Tommy yang sejak tadi sudah duduk, kembali berdiri dan langsung memotongnya."Tentu aku mengenali Diana, dan aku akui aku juga menyukainya.... Sekara
Devan sempat melirik sebentar ke arah dimana Natalie saat ini berdiri, sebelum akhirnya kembali berbalik duduk.Lagipula, di luar pekerjaan dia tidak memiliki kepentingan dengan gadis yang sedang menyita perhatian itu."Devan, bukankah seharusnya kita juga ikut menyapa?"Mendengar Alvin yang bertanya, Devan hanya mengangkat sedikit bahu sebelum akhirnya berkata."Tidak perlu, biarkan Olivia sendiri yang menyapa."Merasa kedua sahabatnya bahkan Diana tak puas dengan jawaban yang dia berikan, Devan kembali berbicara."Lagipula, ini adalah pesta milik Olivia, biarkan dia sendiri yang menyapa."Mendengar penjelasan Devan barusan, akhirnya ketiganya saling bertatapan, sebelum akhirnya menganggukkan kepala mengerti.Setidaknya dengan begini mereka tidak perlu memikirkan adanya masalah lagi di tempat ini.Lain halnya dengan Alvin, Chris, maupun Diana yang merasa lega. Saat ini Ken dan Tommy masih terkejut dengan kejadian barusan.Meski tak tahu pasti siapa sebenarnya kakak Diana itu, membuat
Mendengar suara seorang gadis yang berkata seperti itu, membuat semua orang menoleh ke arah sumber suara itu.Saat itu Olivia Hamilton sudah berdiri di sebelah Nancy memotong pembicaraan gadis itu.Meski saat ini Olivia sendiri terlihat tersenyum, namun sangat jelas yang terjadi malam ini membuat gadis yang seharusnya menjadi bintang di acara ini, terlihat tidak senang."Olivia, kau terlihat sangat cantik.... Tapi lihatlah pecundang-pecundang ini, mereka berusaha menyelinap ke acara ulang tahunmu.""Ya, Olivia.... Aku yakin mereka sengaja memalsukan kartu itu dan berusaha menyelinap ke sini," ucap Nancy menyetujui apa yang dikatakan Tommy barusan."Aku tahu, aku yang mengundang mereka...."Nancy menganggukkan kepalanya seolah mengerti apa yang dikatakan temannya itu."Itu maksudku, tidak mungkin kau mengundang mereka, jadi cepat usir pecundang-pecundang....""Nancy!...."Apa yang dikatakan Nancy barusan menguap begitu saja di udara, karena Olivia langsung memotong perkataannya."Aku y
Mendengar ucapan Regina barusan, Ken benar-benar dibuat terdiam di tempatnya berdiri saat ini.Regina bisa saja bersikap lebih dari ini, karena bagaimanapun dia mengenal banyak orang-orang hebat di Luxburg.Tentu saja Regina juga tahu siaap Brent Owen ayah dari pemuda yang mengaku bernama Ken Owen ini.Namun karena dia tahu siapa Brent Owen itu, justru membuat Regina berani berkata seperti ini.Menurut Regina pemuda yang mengenakan pakaian sederhana dengan hoodie sebagai atasannya itu, memiliki seduatu yang bisa memastikan pemuda itu berada jauh di atas keluarga Owen.Manajer hotel itu sendiri sangat siap jika harus berhadapan dengan keluarga Owen. Akan tetapi, dia sama sekali tidak siap jika harus berhadapan dengan pemuda yang lebih memilih menyembunyikan identitasnya, dari pada orang yang memamerkan kekayaan keluarganya seperti Ken ini.Bagi Regina, pemuda seperti Devan sangatlah langka dan pasti sangat berbahaya. Membelanya tanpa mengungkapkan identitasnya adalah cara Regina menun