Mendengar suara adiknya di seberang sana, Devan mengurungkan niatnya. Tak mungkin jika dia mengganggu jam kuliah adiknya, Diana.
Devan berpikir sejenak dan akhirnya dia memutuskan untuk membiarkan adiknya kuliah terlebih dahulu."Hmm, baiklah kalau begitu. Kita akan membicarakannya lagi saat kamu sudah dirumah.""Baiklah, tapi kak...."Diana sengaja menggantung kata-katanya seakan mempertimbangkan sesuatu."Aku nanti pulang agak malam, apa kakak keberatan?"Mendengar ucapan adiknya, Devan terdiam. Entah kenapa beberapa hari terakhir ini adiknya selalu pulang sampai larut malam.Tak ingin membebani adiknya, Devan menganggukkan kepala. Meski adiknya tak melihatnya."Okey, kakak akan menunggumu. Jaga diri baik-baik," ucapnya sambil menutup panggilan itu.Setelah itu, Devan melihat uang yang ada di tangannya dan seolah berpikir sejenak, "apa sistem ini juga memberiku kekayaan?" Gumamnya.Setelah dia memasukkan uang kedalam saku celananya, Devan menyalakan kembali ponselnya dan membuka aplikasi perbankan di ponselnya tersebut.Saat muncul keterangan saldo di sana, seketika membuat mata Devan terbuka lebar, dan mulutnya yang terbuka tak kalah lebarnya.Karena di sana hanya terdapat barisan angka sembilan sebanyak lima belas digit. Namun, yang membuatnya terkejut, jumlah angka tersebut tak berkurang sedikitpun meski Devan baru saja mengambil sejumlah uangnya di mesin atm."Shit, sial! Kenapa aku baru mendapatkannya sekarang? Hahaha...." Ucapnya dengan penuh semangat.Sehingga membuat orang-orang yang berada di sekitar Devan menoleh dan menatapnya heran.Sementara itu, beberapa jam kemudian di Universitas Luxburg, seorang gadis berjalan sedikit terburu-buru."Sial, aku bisa terlambat kalau tidak cepat-cepat kesana." Diana mengumpat kesal dan berjalan melewati pintu gerbang kampusnya.Setelah sedikit menunggu, sebuah taksi datang hingga Diana melambaikan tangannya agar taksi itu berhenti.Setelah sampai di tempat yang dimaksud, Diana menghela nafas panjang. Ternyata dia masih belum terlambat."Syukurlah ternyata aku belum terlambat," ucap Diana merasa lega dan diapun berjalan masuk.Selain kuliah, Diana juga bekerja paruh waktu di sebuah bar yang bernama The Sunshine Bar.Meski tidak terlalu mewah, tapi bar ini selalu ramai setiap malamnya. Karena di dalam bar tersebut juga terdapat ruangan untuk karaoke. Diana sendiri bekerja disini setiap pulang kuliah hingga malam.Beruntung baginya, manajer bar ini sangat mengerti dengan keadaanya dan membiarkan Diana bekerja mulai dari jam buka saat sore hari, sampai sekitar jam delapan malam saja.Saat Diana sedang bersih-bersih, perhatiannya teralihkan dengan datangnya beberapa orang dari pintu masuk bar tersebut.Diana sangat mengenali salah satu dari mereka yang berjalan masuk, dia adalah Nona Natalie Carson, manajer bar ini.Namun, tidak dengan sisanya. Gadis itu bahkan tak mengenal mereka yang tampak begitu rapi dengan pakaian serba hitam dan kacamata hitam itu.Beberapa jam kemudian seorang pria sedang duduk di kursi bar dan di sebelahnya ada Natalie yang juga duduk di kursi bar.Ternyata pria yang tadi masuk bersamaan dengan Natali tadi adalah Tuan Warren Phillips, pemilik saham mayoritas di bar ini.Sedangkan beberapa pria berpakaian serba hitam tadi adalah anak buah dari pria tersebut.Cukup lama mereka mengobrol hingga akhirnya Natalie memanggil Diana. Saat itu Natalie menyuruhnya untuk menemani pria tadi ke ruangan karaoke.Diana pun langsung bergegas menemani Tuan Phillips menuju ke ruangan karaoke yang letaknya agak ke belakang.Meski ruangan itu tak terlalu besar, namun tata ruang didalamnya tersusun dengan sangat baik. Sehingga akan membuat nyaman bagi siapapun yang ada di dalamnya.Diana dan Tuan Phillips duduk di sebuah sofa bersamaan sambil bernyanyi. Awalnya Diana merasa gugup, namun lama-lama dia sudah terbiasa, bahkan Tuan Phillips memuji suara merdu milik Diana."Diana! Suaramu sangat merdu, saya suka mendengarnya," ucap Tuan Phillips, "kamu juga sangat cantik," tambahnya lagi namun dengan tersenyum genit.Diana hanya menganggukkan kepalanya, dia merasa malu karena baru kali ini ada seseorang yang memuji kecantikannya.Diana juga tahu, kalau sebenarnya dia sangat cantik, namun keadaan ekonomi yang membuatnya terlihat sedikit tidak terurus.Namun beberapa saat kemudian, Diana merasakan ponselnya bergetar. Melihat nama yang memanggilnya, Diana meminta izin kepada Tuan Phillips untuk mengangkat panggilan itu."Diana! Dimana kamu sekarang?" Ucap seseorang di seberang sana yang ternyata adalah Devan."K-kak! A-aku.... A-aku...." Diana tak bisa berkata apa-apa, dia bingung harus bagaimana menjelaskan pada Devan."Baiklah, Diana. Kamu bisa pulang sekarang?""Maaf, kak. Aku sedang ada kerja kelompok sama teman-temanku," ucap Diana berbohong.Diana tak mungkin mengatakan yang sebenarnya bahwa dia sedang bekerja paruh waktu untuk membantu kakaknya."Baiklah, jangan pulang terlalu malam.""I-iya kak, aku janji." Diana langsung menutup panggilan begitu saja, dia tak ingin jika kakaknya curiga."Diana...."Diana menoleh ketika Tuan Phillips memanggilnya, namun saat itu juga mata Diana terbuka lebar. Karena saat itu juga Tuan Phillips sudah menggenggam lengannya dan menariknya ke pangkuan Tuan Phillips."Kita senang-senang sekarang, sepertinya saya sudah tak tahan lagi ingin menikmati tubuhmu.""Tu-tuan!.... Tolong lepaskan saya." Diana berusaha memberontak hingga membuatnya terjatuh ke lantai.Tuan Phillips tersenyum dan berjalan mendekati Diana yang saat ini berusaha menjauh darinya."Tolong...." Diana berusaha teriak, namun saat itu juga pria itu memotongnya, "teriak sekencangnya, tak akan ada yang bisa mendengarmu," ucap pria itu masih terus tersenyum.Sementara itu, beberapa saat sebelumnya, Devan sudah berada di dalam tempat tinggalnya.Dia hanya berjalan mondar-mandir seperti orang yang sedang gelisah. Tak tahu apa yang membuatnya merasa begitu gelisah.Hingga Devan memutuskan untuk duduk di sofa yang terlihat sudah sedikit jebol dan mengambil ponselnya.Dia mencari salah satu nama di sana dan menekan tombol memanggil, Devan merasa semakin gelisah."Diana! Dimana kamu sekarang?" Ucapnya begitu panggilan itu tersambung."K-kak! A-aku.... A-aku...." Diana tak bisa berkata apa-apa, dia bingung harus bagaimana menjelaskan pada Devan.Saat itu juga, Devan mendengar seperti ada keramaian di tempat Diana berada."Baiklah, Diana. Kamu bisa pulang sekarang?""Maaf, kak. Aku sedang ada kerja kelompok sama teman-temanku," ucap Diana di seberang sana.Devan sengaja diam sejenak seakan mempertimbangkan sesuatu."Baiklah, jangan pulang terlalu malam," ucap Devan berharap Diana mengerti kekhawatirannya."I-iya kak, aku janji."Devan ingin mengatakan sesuatu, namun saat itu Diana sudah memutus panggilan tersebut begitu saja.Devan terdiam sejenak, dia berusaha memikirkan apa yang sebenarnya terjadi. Tak lama kemudian, Devan mendengar suara dentingan di kepalanya."Ting...."Setelah mendengar dentingan itu, tanpa pikir panjang Devan langsung membuka sistemnya.[Pembaruan Sistem]....[Fitur Baru Ditambahkan]....[Pembaruan Sistem Selesai]....[Nama Pengguna = Devan Blackwell][Jumlah Poin = 20][Status = Jomblo Akut][Pengalaman = 60][Berbicara = 20][Kemampuan Berpikir : 35][Serangan Kritis = 20][Pertahanan = 20][Daya Tahan = 20][Kemampuan Super = 1][Saldo = ∞ Dollar][Jenis Sistem = Penguasa][Misi Harian = Selamatkan Diana][Toko = !]Tak ada banyak perubahan di sistemnya, namun kali ini ada pembaruan misi harian yang membuatnya terkejut."Sial!...." Umpat Devan, "Jadi ini yang membuatku gelisah, apa yang terjadi dengan Diana?" Tambahnya lagi dengan perasaan yang khawatir.Namun, perhatiannya sedikit teralihkan ketika Devan melihat ada penambahan menu toko di sistemnya."Apa ini? Coba ku lihat."Saat menu toko dibuka, ada banyak item yang bisa Devan temukan disana. Diantaranya ada kemampuan bela diri dan beberapa ramuan di menu toko sistemnya.Mengingat misi hariannya saat ini, Devan langsung membuka menu item kemampuan bela diri itu dan membelinya."F*ck! Sial! Mahal sekali!"Kemampuan ini memang spesial dan tak banyak yang bisa menguasainya, itulah kenapa harganya cukup mahal, yaitu sekitar lima ribu dollar.Namun, Devan tak peduli dan membeli kemampuan itu.[Pembelian berhasil, pembayaran akan dilakukan dengan pengurangan saldo pengguna]Seperti itulah kalimat yang muncul di bar sistem setelah Devan membeli kemampuan tersebut.Sekarang Devan memiliki kemampuan bela diri lever ahli dan bisa ditingkatkan dengan menggunakan poin sistem.Namun setelah Devan menutup panel sistemnya, dia merasakan sakit di sekujur tubuhnya dan semua gerakan-gerakan bela diri masuk ke ingatannya.Beberapa saat kemudian, Devan merasa tubuhnya sangat bugar dan dia merasa lebih percaya diri."Baiklah, mari kita lihat apa yang terjadi dengan Diana. Sistem, tunjukkan kepadaku dimana Diana saat ini!"Olivia sendiri memang mengetahui sesuatu yang tak banyak diketahui kebanyakan orang.Awalnya gadis itu hanya menganggap rumor, ketika Diana yang menggantikan Natalie sebagai manajer The Sunshine Bar.Namun saat Olivia ingin membuktikan sendiri, ternyata memang begitulah sebenarnya, meski itu hanya segelintir orang yang mengetahui.Belum sampai di situ, ketika Olivia menyadari ternyata Diana juga mengenal baik dengan Natalie, membuat gadis itu lebih terkejut lagi.Melihat anaknya yang tidak menanggapi pertanyaannya, Julie kembali memperingatkan Olivia, sehingga membuat gadis itu sedikit tersentak."Oliv, kau dengar apa yang ibu tanyakan?"Seketika Olivia mengerjapkan matanya beberapa kali lalu menggelengkan kepalanya, sebelum akhirnya gadis itu berbicara."Ibu, percayalah kau akan terkejut saat aku menceritakan kebenarannya.""Apa maksudmu? Kau tentu tahu siapa Nona Natalie, kebenaran apa yang kau maksud?"Olivia tidak tahu harus menjawab seperti apa, karena menurut Olivia saat ini buk
Devan yang menyadari seakan pembawa acara itu memanggil dirinya dan Diana, seketika bertanya sambil menunjuk ke arah dirinya sendiri, memastikan.Sementara itu Olivia yang baru saja naik dan kini berada di belakang panggung, juga menyadari bahwa ada masalah di depan sana.Sebenarnya begitu acaranya dimulai, beberapa saat lagi gadis itu akan di panggil untuk maju ke atas panggung, begitu saatnya tiba.Namun, ketiga Olivia hendak berdiri untuk melihat keadaan di depan sana, ibunya Julie Hamilton menahannya."Oliv, biarkan saja.... Pihak keamanan akan membereskannya, setelah ini aku akan memanggil Regina. Sepertinya dia tidak melakukan tigasnya dengan baik," ucap Julie, "Apa dia tidak tahu, jika ada Nona Natalie dari DB Investment ada di sini?.... Ah.... Ini membuatku kesal," lanjutnya memperingatkan.Melihat bagaimana reaksi yang ditunjukkan ibunya, Olivia terpaksa menahan dirinya untuk tidak keluar, dan melihat apa sebenarnya yang terjadi.Tapi, entah kenapa saat ini Olivia merasa jiga
"Hey, kau pikir kau siapa haha?.... Terisi?.... Apa ada yang melihat seseorang duduk di sini?" Alvin tidak menyangka jika pemuda yang akan duduk di bangku yang di tempati Devan, akan berbicara dengan meninggikan suaranya.Alih-alih menanggapi ucapan pemuda yang duduk di bangku milik Devan, Alvin berkata pada Tommy."Tommy, bukankah kau tahu kalau...."Apa yang dikatakan Alvin menguap begitu saja, karena saat itu juga Tommy sudah mengangkat salah satu tangannya, memintanya berhenti.Chris yang sejak tadi memperhatikan gerak gerik Tommy, yakin bahwa dia sengaja menyuruh mereka duduk di sana.Hingga saat Devan dan Diana kembali, tak ada lagi tempat duduk untuk keduanya di sana."Tommy, kami tahu kau tak begitu mengenal Devan, tapi kau tentu mengenali Diana, jadi setidaknya—"Chris tak sempat menyelesaikan kata-katanya, karena saat itu juga Tommy yang sejak tadi sudah duduk, kembali berdiri dan langsung memotongnya."Tentu aku mengenali Diana, dan aku akui aku juga menyukainya.... Sekara
Devan sempat melirik sebentar ke arah dimana Natalie saat ini berdiri, sebelum akhirnya kembali berbalik duduk.Lagipula, di luar pekerjaan dia tidak memiliki kepentingan dengan gadis yang sedang menyita perhatian itu."Devan, bukankah seharusnya kita juga ikut menyapa?"Mendengar Alvin yang bertanya, Devan hanya mengangkat sedikit bahu sebelum akhirnya berkata."Tidak perlu, biarkan Olivia sendiri yang menyapa."Merasa kedua sahabatnya bahkan Diana tak puas dengan jawaban yang dia berikan, Devan kembali berbicara."Lagipula, ini adalah pesta milik Olivia, biarkan dia sendiri yang menyapa."Mendengar penjelasan Devan barusan, akhirnya ketiganya saling bertatapan, sebelum akhirnya menganggukkan kepala mengerti.Setidaknya dengan begini mereka tidak perlu memikirkan adanya masalah lagi di tempat ini.Lain halnya dengan Alvin, Chris, maupun Diana yang merasa lega. Saat ini Ken dan Tommy masih terkejut dengan kejadian barusan.Meski tak tahu pasti siapa sebenarnya kakak Diana itu, membuat
Mendengar suara seorang gadis yang berkata seperti itu, membuat semua orang menoleh ke arah sumber suara itu.Saat itu Olivia Hamilton sudah berdiri di sebelah Nancy memotong pembicaraan gadis itu.Meski saat ini Olivia sendiri terlihat tersenyum, namun sangat jelas yang terjadi malam ini membuat gadis yang seharusnya menjadi bintang di acara ini, terlihat tidak senang."Olivia, kau terlihat sangat cantik.... Tapi lihatlah pecundang-pecundang ini, mereka berusaha menyelinap ke acara ulang tahunmu.""Ya, Olivia.... Aku yakin mereka sengaja memalsukan kartu itu dan berusaha menyelinap ke sini," ucap Nancy menyetujui apa yang dikatakan Tommy barusan."Aku tahu, aku yang mengundang mereka...."Nancy menganggukkan kepalanya seolah mengerti apa yang dikatakan temannya itu."Itu maksudku, tidak mungkin kau mengundang mereka, jadi cepat usir pecundang-pecundang....""Nancy!...."Apa yang dikatakan Nancy barusan menguap begitu saja di udara, karena Olivia langsung memotong perkataannya."Aku y
Mendengar ucapan Regina barusan, Ken benar-benar dibuat terdiam di tempatnya berdiri saat ini.Regina bisa saja bersikap lebih dari ini, karena bagaimanapun dia mengenal banyak orang-orang hebat di Luxburg.Tentu saja Regina juga tahu siaap Brent Owen ayah dari pemuda yang mengaku bernama Ken Owen ini.Namun karena dia tahu siapa Brent Owen itu, justru membuat Regina berani berkata seperti ini.Menurut Regina pemuda yang mengenakan pakaian sederhana dengan hoodie sebagai atasannya itu, memiliki seduatu yang bisa memastikan pemuda itu berada jauh di atas keluarga Owen.Manajer hotel itu sendiri sangat siap jika harus berhadapan dengan keluarga Owen. Akan tetapi, dia sama sekali tidak siap jika harus berhadapan dengan pemuda yang lebih memilih menyembunyikan identitasnya, dari pada orang yang memamerkan kekayaan keluarganya seperti Ken ini.Bagi Regina, pemuda seperti Devan sangatlah langka dan pasti sangat berbahaya. Membelanya tanpa mengungkapkan identitasnya adalah cara Regina menun